Komunitas Pembelajar

Pengurus Wilayah

Pelajar Islam Indonesia ( PII )

Sumatera Barat

Gedung Student Centre Jln.Gunung Pangilun Padang ( Depan MTsN Model Padang)

Search

Selasa, 29 Desember 2009




Training di Bukittinggi 27 desember 2009-2 january 2010




Training di Bukittinggi 27 desember 2009-2 january 2010

Selasa, 22 Desember 2009

Rinduku ibunda…


Kemilau peluh bersinar di wajah berbinar
Tak terpancar letih meski langkah tertatih
Kau sembunyikan ragu yang terus menghantu
Kau jaga pelita agar tetap bercahaya..



Warna hari kaususun dengan kasih
Warna kisah kaurajut dengan ikhlas
Warna cinta kaubingkai dengan doa

Rinduku ibunda…
Mungkin tak seluas ladang cinta yang kausemai
Mungkin tak sedalam kesabaran yang kautanam
Mungkin tak sebesar harap yang kausimpan

Rinduku ibunda…
Tercurah lewat butir doa dalam sujudku
Tercurah lewat lantunan kalam-Nya kutitipkan untukmu
Tercurah lewat kesungguhan penuhi harapmu
Terkumpul dalam gumpalan keinginan
Cepat kembali tunaikan bakti
Padang,21 Des'09_Kerang_Hatiakhwat

Hari ibu ini kupersembahkan untukmu. You will always be the best mother for me..



Dina M.A
Korwil PII WATI Sumbar

Menjadi Kader Militan itu, Harus!!!


Hanya satu negeri yang menjadi negeriku
Ia tumbuh dari perbuatan
Dan perbuatan itu adalah usahaku (rene de clerq)

Masih jernih dalam ingatan kita, ketika mengingat tragedi berdarah bom bunuh diri dihotel Jw Marriot dan Rize Callton dll sebagainya. Para pelaku serta unsur-unsurnya yang berada dalam peristiwa tersebut dicap sebagai Teroris.... Ekstremis... Militan dan sebagainya.


Dan jika bertanya kepada masyarakat, apa yang dimaksud dengan kata-kata militan, jawabannya tak lepas dari Teroris, Ekstremis, dan Pemberontak!!!
Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kata-kata militan tersebut?? Dan bagaimana seorang militan tersebut???
Menurut The American Heritage Dictionaries, kata Militan tersebut berasal dari kata latin militans (militare, berarti melayani / mengabdi laiknya tentara). Kamus Online Wikipedia menulis kata militan merujuk individu atau pihak yang terlibat dalam penyerangan secara agresif maupuin verbal. Seiring waktu berlalu kata militan ini disenonimkan dengan teroris.
Bila merujuk sejarah bangsa Indonesia mengenai siapa-siapa saja pahlawan Indonesia, maka kita akan menemui diantara mereka (pahlawan) tersebut sosok Bung Tomo,Bung Hatta, Bung Karno, Jend. Sudirman, Natsir, serta Agus Salim dll. Mereka semua orang-orang yang memiliki militansi tinggi,dan tidak diragukan bagi masyarakat Indonesia. Mereka semua memiliki semangat yang tinggi dalam memperjuangkan apa yang mereka yakini, dan bahkan mereka siap mengorbankan harta dan jiwa untuk melepaskan dan menjaga Indonesia dari cengkraman para penjajah. Daya juang mereka tak habis dimakan usia, seperti Jend. Sudirman, kemana-mana harus di tandu, tapi tak menyurutkan langkahnya untuk memimpin geriliya.
Dengan melihat militansi para pahlawan Indonesia, membuat dada penjajah bergetar. Sehingga dalam pandangan mereka, orang-orang militan tak ubahnya ekstremis atau sponsor kekerasan, tapi bagi Indonesia, ia pahlawan. Mahatma Ghandi bagi penjajah Inggris dalah ektremis, tapi bagi India dan bahkan dunia, ia ikon perjuangan dan seorang militan sejati.
Menurut A. Riawan Amin orang militan itu mempunyai tiga ciri. Pertama, ia seorang aktivis. Ia melihat problem dan tampil untuk menyelesaikannya. Kedua, seorang militan tak pernah berhenti berjuang. Ia tahu bahwa kemenangan adalah hasil perjuangan panjang. Ketiga, seorang militan memilliki strong leaderhip (kepemimpinan yang kuat) dan visioner.
Awal-awal perkembangan agama islam juga tak luput dari militansi Rasulullah Saw dan para sahabat r.a pada waktu itu, mereka yakin terhadap apa yang mereka perjuangkan dan mereka juga megorbankan harta dan jiwa demi tegaknya kalimat tauhid. Dengan melihat militansi kaum muslimin, para penguasa qurays da penguasa penyembah berhala merasa risih, gundah dan geram melihat tindakan kaum muslimin dalam mengembangkan ajaran islam. Tak ada yang bisa mempengaruhi atau menghalangi perjuangan rasul dan para sahabat walaupun diantara mereka disiksa dan dibunuh oleh penguasa kafir.
Dengan merenung sejena, dapat diartikan bahwa mengartikan militan sebagai teroris tidaklah tepat. Karna seorang militan bukanlah teroris.
Bagaimana dengan kita sebagai kader yang memperjuangkan izzul islam wal muslimin??? Masih adakah militansi itu bersemayam di dada kita?? Jagan pernah meragukan apa yang kita perjuangkan, sesungguhnya apa yang kita perjuangkan tersebut akan oleh Yang Maha Kuasa di akhir nanti.
Hanya satu negeri yang menjadi negeriku
Ia tumbuh dari perbuatan
Dan perbuatan itu adalah usahaku
Puisi gubahan penyair Rene De Clerq ini, sering dikutip Muhammad Hatta atau dikenal dalam perjuangan sebagai Bung Hatta. Puisi ini seolah melukiskan pergolakan jiwanya yang pantang menyerah. Sekali menceburkan diri dalam perjuangan ia akan membayarnya meskipun bahaya menghadang dihadapan mata ( A. Riawan Amin, Indonesia Militan)
Menjadi militan itu harus.......!!!!
1. Mempunyai imajinasi
2. Visioner
3. Intelek
4. Tahan uji dan godaan
]


Hamda Risman
Kabid PPO PW Sumbar

Minggu, 13 Desember 2009

UN ku,UN mu, UN kita...?


Putusan MA yang tentang pelaksanaan UN akhir-akhir ini tetap menjadi perdebatan, di sini.
Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya keberatan akan diberlakukannya UN, diantaranya :
1. Berdasarkan teori pendidikan pedagogis
Kemampuan peserta didik memiliki 3 aspek yaitu : pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Tapi yang dinilai dalam UN hanya satu aspek kemampuan, yaitu kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan.


2. Berdasarkan aspek yuridis
UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, misalnya pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Sedangkan dengan pelaksanaan UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dengan standar yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah.

Pasal 58 ayat 1 menyatakan, evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Pelaksanaan UN pada gilirannya telah menjadikan evaluasi hasil belajar sebagaimana diamanatkan oleh pasal tersebut telah dilanggar, UN telah menjadi instrument evaluasi sepihak dan menghilangkan hak pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar.

Pasal 59 ayat 1 menyatakan pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola , satuan, jenjang dan jenis pendidikan.Sedangkan dengan pemberlakuan UN pemerintah hanya mengevaluasi hasil beajar yang seyogyanya menjadi hak serta kewajiban pendidik sebagaimana amanat UU pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 58 ayat 1.

Dalam pelaksanaan Un pun, tidak terlepas dari hal-hal yang merusak wibawa UN itu sendiri.Misalkan fasilitas yang tidak merata disetiap sekolah penyelenggara UN. Disatu sekolah bias memiliki perlengkapan yang lebih memadai sedangkan pada sekolah yang lain fasilitas tersebut sangat minim.
Permasalahan yang lain adalah lemahnya pengawasan oleh guru pengawas terhadap peserta dan bahkan ada “kesepakatan” antar sekolah asal pengawas untuk “sama-sama tau”.

Efri Yunaidi

Sabtu, 12 Desember 2009

Kebangkitan Anak Nagari


Kebangkitan anak nagari 1 di kecamatan nan sabaris 15 November sudah selesai, begitu juga KAN 2 di sungai limau juga sudah selesai dan alumni kebangkitan anak nagari yang tergabung dalam komunitas pelajar pemimpin dan berprestasi sudah melakukan pertemua follouw up di SMA 1 nan sabaris untuk alumni kan 1 dan SMA1 sungai limau Untuk Alumni KAN 2 pada tanggal 6 desember 2009 lalu.
Bertepatan dengan tanggal tersebut (6 desember 2009) juga dilaksanakan kebangkitan anak nagari 3 di aula STIA BNM kecamatan pariaman tengah,Kota Pariaman.
Kegiatan yang digawangi oleh KPP-PII ini di ikuti oleh pengurus OSIS dari SMA 1 Pariaman Tengah dan pengurus osis SMP 1 Pariaman Tengah dari 5 sekolah yang diundang.


KAN 3 ini di kelola oleh team PII dan Fathir fahmi Mujahid selaku team dari PNP Greatness Center yang juga merupakan Staff bidang KPL PW PII Sumbar . Dari jalannya kegiatan terlihat bahwa peserta yang mengikuti kegiatan antusias dan bersemangat serta meunjukkan apresiasi yang tinggi terhadap “asupan” yang doberikan oleh PII, bahkan ada peserta yang ingin membuat himpunan pelajar pecinta fisika dan PII siap untuk menjembatani itu.
Alumni KAN 3 ini juga akan tergabung dalam Komunitas Pelajar pemimpin dan berprestasi dan suatu hari nanti akan dipertumkan dengan anggotan Komunitas lain PII dalam suatu agenda lain, insyaAllah habis ujian.Tunggu saja…
Untuk keberlanjutan pembinaan pelajar yang lebih luas dan menyeluruh, PII tetap membutuhkan dukungan kita semua.
PII Siap
PII jihad
PII AllahuAkbar

Jumat, 11 Desember 2009

Pelajar Garut Tolak UN



GARUT, KOMPAS.com - Sedikitnya 1.000 pelajar SMA di Kabupaten Garut yang mengatasnamakan Aliansi Pelajar Garut berunjuk rasa menolak penyelenggaraan ujian nasional atau UN, Kamis (10/12/09). Aksi mereka juga didukung oleh Dinas Pendidikan dan Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Garut.



Ribuan siswa yang berunjuk rasa itu berjalan kaki berangkat dari sekolahnya masing-masing sekitar pukul 09.00 menuju Gadung DPRD Kabupaten Garut. Di sana mereka berorasi dan menyebarkan pernyataan sikapnya terkait menolakan UN. Sejumlah spanduk dan poster juga dipampangkan.









Di Gedung DPRD mereka diterima oleh Komisi D DPRD Garut. Di hadapan Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Garut Helmi Budiman dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut Komar Mariuna, Ketua OSIS SMKN 1 Garut Sandi, menegaskan, pelajar menentang keras penyelenggaraan UN.



"UN tidak bisa dijadikan tolok ukur kelulusan siswa. Banyak yang sehari-hari berprestasi tetapi gagal ketika UN. Pemerintah pusat tidak tahu bagaimana keadaan siswa yang sebenarnya sehari-hari," tutur Sandi.



Penyelenggaraan UN dinilai Sandi justru menghamburkan anggaran negara. Alangkah lebih baik apabila anggaran itu digunakan untuk membangun fasilitas pendidikan yang lebih baik di pelosok daerah.



Sandi menjelaskan, tidak meratanya fasilitas dan infrastruktur pendidikan di pelosok daerah seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah ketika memaksakan UN tetap digelar. "Fasilitas pendidikan tidak merata. seharusnya itu yang dipikirkan pemerintah," ujarnya.



Siswa kelas III jurusan Administrasi Perkantoran SMKN 1 Garut Destari Nurhidayat menambahkan, beban siswa kejuruan menjadi ganda karena selain menghadapi UN mereka juga menghadapi ujian kompetensi yang penilainnya dilakukan bukan oleh gurunya sendiri.



Bagi siswa administrasi perkantoran ada 12 pelajaran uji kompetensi. "Saya jadi stres, apalagi nanti kalau sudah dekat ujian. Kami ingin UN dihapus dan biarkan guru kami sendiri yang memberikan penilaian," tutur Destari.



Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Komar Mariuna, menegaskan, dirinya pun tidak sependapat jika UN dijadikan tolok ukur kelulusan siswa. Meskipun demikian, UN mungkin tetap dibutuhkan untuk mengevaluasi sejauh mana kualitas pendidikan di tanah air. "Kalau UN dijadikan ukuran kelulusan siswa saya kira saya juga tidak terima," ujarnya.



Terkait aspirasi penolakan UN ini, Ketua Komisi D DPRD Garut Helmi Budiman, mengutarakan, aspirasi penolakan UN tidak hanya muncul dari pelajar seperti yang dilakukan melalui unjuk rasa. Dewan sudah banyak menerima aspirasi penolakan UN ini dari berbagai kalangan, terutama di dunia pendidikan di Garut.



Helmi mengatakan, dewan akan menindaklanjuti aspirasi penolakan UN ini dengan mengirimkan surat kepada pemerintah pusat dan DPR RI yang isinya mempertimbangkan kembali UN sebagai syarat kelulusan.






Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/12/10/19113238/pelajar.garut.tolak.un..

Minggu, 29 November 2009

Kebangkitan Anak Nagari 2




Setelah sukses dengan kebangkitan anak nagari 1 di kecamatan Nan Sabaris tanggal 15 November yang lalu, komite peduli pelajar-pelajar islam indonesia kembali mengadakan Kebangkitan Anak Nagari 2 (KAN 2) pada tanggal 22 november 2009, kali ini diadakan di kecamatan sungai limau padang pariaman, tepatnya di SMA 2 kecamatan Sungai limau.







KAN2 kali ini diikuti oleh 5 sekolah, yaitu SMA1, SMA2,MAN 2,SMP1 dan SMP 3 kecamatan sungai limau.






Kebangkitan anak nagari kali ini dibuka secara langsung oleh pihak SMA 2 yang diwakili oleh wakil kepala karena pada saat yang bersamaan Kepala SMA 2 sedang mengikuti rapat pembangunan sekolah lanjut.






dalam sambutannya pihak SMA 2 mengatakan bahwa akan memfasilitasi semua kegiatan yang bersifat pengembangan terhadap kapasitas pelajar, berkaitan dengan itu semua alumni KAN 2 juga akan tergabung dalam komunitas "pelajar pemimpin dan berprestasi" yang merupakan komunitas yang dibentuk oleh Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII) Sumatera Barat guna mengembangkan kapasitas diri pelajar.







Kebangkitan kali ini juga menghadirkan Kanda efrizal S.Sos dari Cendekia Institute yang juga merupakan eks.Pengurus Besar Pelajar islam Indonsia (PB PII), sehingga dengan kehadiran beliau team KPP-PII juga dapat menambah wawasan dalam pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia khususnya pelajar.


Jumat, 27 November 2009

MA Menolak Kasasi UN




Rabu, 25 November 2009 - 10:46 wib
JAKARTA - Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi gugatan Ujian Nasional (UN) yang diajukan pemerintah. Dengan putusan ini, UN dinilai cacat hukum dan pemerintah dilarang menyelenggarakannya.





Berdasarkan informasi perkara di situs resmi MA, perkara gugatan warga negara (citizen lawsuit) yang diajukan Kristiono dkk tersebut diputus pada 14 September 2009 lalu oleh majelis hakim yang terdiri atas Mansur Kartayasa, Imam Harjadi, dan Abbas Said.









Putusan perkara dengan Nomor Register 2596 K/PDT/2008 itu sekaligus menguatkan putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta pada 6 Desember 2007 yang juga menolak permohonan pemerintah.





Dalam putusannya, para tergugat, yakni Presiden, Wakil Presiden, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), dan Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dinyatakan lalai memberikan pemenuhan hak asasi manusia (HAM) terhadap warga negara, khususnya hak atas pendidikan dan hak anak yang menjadi korban UN.





Pemerintah juga dinilai lalai meningkatkan kualitas guru, terutama sarana dan prasarana sekolah, akses informasi yang lengkap di seluruh daerah sebelum melaksanakan kebijakan UN.





Pemerintah diminta pula untuk segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi gangguan psikologis dan mental peserta didik usia anak akibat penyelenggaraan UN
(sumber : http://news.okezone.com/read/2009/11/25/337/278984/ma-larang-pemerintah-gelar-ujian-nasional)

SELAMAT IDUL ADHA 1430 H




SEGENAP PENGURUS WILAYAH


PELAJAR ISLAM INDONESIA SUMATERA BARAT 2009-2011


MENGUCAPKAN SELAMAT IDUL ADHA 1430 H!

Selasa, 17 November 2009

“KEBANGKITAN ANAK NAGARI” KOMITE PEDULI PELAJAR-PELAJAR ISLAM INDONESIA (KPP-PII) SUMATERA BARAT

Komite Peduli Pelajar-Pelajar Islam Indonesia (KPP-PII), Minggu 15 November 2009 mengadakan kegiatan pelatihan motivasi untuk pelajar di daerah gempa, tepatnya di SMPN1 Kec.Nan Sabaris Kab. Padang Pariaman.
Kegiatan yang dibalut dengan nama “kebangkitan Anak Nagari “ ini merupakan pelatihan motivasi untuk pelajar di daerah gempa, dengan adanya kegiatan ini diharapkan pelajar tidak hanya bisa beraktivitas secara normal tetapi lebih baik dari waktu sebelum gempa terjadi.


“Kebangkitan Anak Nagari” (KAN) 1, diikuti oleh pelajar dari 3 sekolah di lingkungan kec.Nan Sabaris yaitu : SMPN 1, MTsN dan SMAN 1 Kec.Nan Sabaris. Adapun yang menjadi utusan dari masing-masing sekolah adalah para pengurus OSIS masing-masing sekolah. Selanjutnya Alumni KAN 1 ini akan tergabung dalam komunitas “Pelajar Pemimpin dan Berprestasi “ yang merupakan komunitas yang dibuat oleh Pelajar Islam Indonesia (PII) untuk memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan kapasitas diri.
Pada tahap berikutnya Kebangkitan Anak Nagari ini akan dilaksanakan di kecamatan.yang berbeda di lingkungan Kabupaten dan kota Pariaman. KAN ini terselenggara atas partisipasi dan bantuan para dermawan untuk pelajar korban gempa melalui KPP-PII.

Senin, 09 November 2009

Permasalahan PII yang kompleks di satu sisi bisa kita pahami jika menimbang usianya yang sudah 62 tahun. Namun, jika melihat usia para penggerak organisasi yang notabene masih muda (pelajar), kompleksitas persoalan PII harusnya tidak sampai berlarut-larut seperti sekarang. Tuanya usia organisasi dan mudanya para penggerak seharusnya menjadi paduan yang bisa mengakhiri berlarut-larutnya persoalan PII saat ini. Beberapa persoalan yang rata-rata mengemuka, dari hasil pengamatan kami di beberapa pengurus PII, antara lain; kesulitan memperoleh kader penerus, jalannya kepengurusan yang sering vacuum, semakin berkurangnya basis, tidak berjalannya follow up kader pasca basic trainning, banyaknya pengurus yang mundur dalam satu periode kepengurusan, sulitnya menjalankan program-program yang non-konvensional (diluar trainning), dan meningkatnya konflik internal.


Persoalan yang disebutkan diatas bisa mewakili klaim kita kita bahwa memang persoalan PII saat ini sangat kompleks. Dalam beberapa periode terakhir, di tingkat Pengurus Besar dan di beberapa wilayah, sudah ada upaya-upaya untuk mengatasi hal tersebut. Secara nasional, pasca 1998, beberapa konsep yang dilahirkan antara lain Gerakan Seribu Komisariat, peremajaan usia kader, penambahan konsep kekaryaan dalam catur bhakti, dan terakhir adalah perubahan komisariat menjadi komunitas. Dengan tidak mengurangi penghargaan kita terhadap upaya-upaya tersebut, kita tetap harus melihat realitas PII sekarang secara kritis. Kenyataannya, setelah berbagai upaya tersebut, terlepas dari polemik apakah betul telah maksimal ataukah belum dalam implementasi, persoalan PII yang kita sebutkan diatas tetap saja masih ada dan bertambah parah.

Jika kita memakai pe-ibarat-an, maka bolehlah kita mengibaratkan segala upaya yang telah dilakukan tetapi tetap saja meninggalkan persoalan yang sama adalah seperti ”memotong rumput”. Jikalau kita ingin membersihkan rumput maka haruslah mencabut sampai ke akarnya. Pertanyaan kita kemudian adalah apa yang menjadi akar persoalan dari kompleksitas persoalan PII? Akar persoalan yang menumbuhkan kompleksitas! Makalah ini tidak akan menjawab persoalan yang disebutkan diatas satu persatu karena modusnya bisa sangat kasuistik. Makalah ini akan mencoba menelusuri akar persoalan dengan mengkaji prinsip-prinsip dasar bangunan sebuah gerakan.

Objek Kritik sebagai Raison de Etre

Sebuah gerakan selalu muncul karena ada sebuah situasi dan kondisi yang tidak ideal. Para pendiri gerakan selalu mengemukakkan kritik-kritik terhadap persoalan yang mereka anggap harus disikapi dan dicarikan solusi. Pada akhirnya sebuah gerakan akan menetapkan suatu sikap dan mempertegas posisi terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi. Pembacaan terhadap realitas sosial, menyampaikan kritik, menawarkan solusi, sehingga akhirnya melakukan perekrutan, adalah cikal bakal lahirnya sebuah gerakan. Dalam hal ini, validitas/ketepatan bacaan terhadap realitas menjadi penentu diterima/tidaknya sebuah gerakan oleh massa.

Raison de etre, atau alasan keberadaan sebuah gerakan berisi kritik yang menyiratkan idealisme. Realitas dihadapkan pada idealitas. Idealitas dibangun dari sumber-sumber nilai yang berada dalam rasio atau agama. Dalam kasus PII maka sumber nilai itu adalah segala sesuatu yang menjadi sumber nilai agama Islam. Jadi idealisme ”kesatuan umat” adalah konsep yang memuat niali-nilai yang bersumber dari Islam. Realitas keumatan yang terpecah belah menjadi raison de etre PII. Dalam pilihan strategisnya PII mengambil peran di segmen pelajar, dengan kata lain subjek seklaigus objek gerakan PII adalah pelajar.

Namun, mengingat raison de etre adalah realitas, maka dinamika/perubahan adalah sesuatu yang niscaya dialami. Dengan demikian muncullah pertanyaan,”apakah realitas yang menjadi alasan keberadaan PII masih kontekstual”? Dalam sebuah kajian yang dilakukan oleh A. Munir Mulkhan yang membahas tentang permasalahan dikotomi santri-abangan, menjelaskan bahwa pada akhir 1970-an dikotomi santri abangan sudah tidak relevan lagi. Artinya bahwa objek kritik PII, dimana menyatakan sistem pendidikan sebagai sumber perpecahan umat dengan membagi dalam dikotomi santri-abangan, sudah tidak ada! Raison de etre PII sudah tidak ada lagi. Perubahan kebijakan di zaman orde baru telah menghilangkan dikotomi tersebut dengan cara menghilangkan diskriminasi terhadap kaum santri dan membuka peluang yang sama antara santri dan abangan dalam mengelola negara. Walaupun kajian tersebut ditujukan kepada politik keterwakilan di pemerintahan, namun bisa digeneralisasi ke dalam lapangan sosial budaya. Dalam dunia pendidikan, terbentuknya institusi pendidikan yang mengakomodir ilmu umum dan ilmu keagamaan dalam satu sekolah oleh pemerintah, menjadi indikasi telah selesainya fenomena dikotomi santri abangan di level elit dan massa.

Dalam nalar sederhana, jika alasan sudah tidak ada maka seharusnya segala sesuatu tersebut tidak perlu diteruskan. Tetapi yang terjadi di PII adalah tidak demikian, PII masih mempertahankan eksistensinya. Keganjilan ini bukanlah sesuatu yang perlu kita bingungkan. Dalam banyak kasus, eksistensi gerakan tidak selalu berpatok pada tujuan awal. Terdapat banyak tujuan alternatif yang secara evolutif terbentuk dalam sebuah gerakan. Tujuan yang demikian bisa bersifat idealistis atau pragmatis. Setelah tujuan awal kehilangan alasannya, dan sebelum tujuan alternatif menjadi orientasi baru gerakan maka diperlukan suatu fase re-orientasi. Dalam fase ini akan terjadi dinamika yang bertujuan menentukan tujuan dan strategi baru. Dengan demikian, apakah pada akhir tahun 1980an terjadi dinamika di internal PII dan melahirkan orientasi baru gerakan? Untuk menjawab persoalan tersebut tidaklah pada makalah ini akan diuraikan. Makalah ini akan mengandaikan situasi serupa yang terjadi pada akhir 1990an dimana terjadi perubahan realitas eksternal di wilayah Indonesia. Apakah pada akhir 1990an tersebut terdapat upaya re-orientasi PII?

Re-Orientasi Gerakan PII?

Relasi antara tubuh gerakan dengan realitas eksternal bersifat saling mempengaruhi. Intervensi/rekayasa sosial yang diupayakan oleh gerakan akan mempengaruhi proses perubahan sosial. Demikian pula dengan realitas eksternal, perubahan alamiah yang terjadi di masyarakat akan mempengaruhi asumsi, penilaian, dan strategi gerakan. Relasi ini akan terus terjadi jika upaya saling mempengaruhi tidak berhenti.

Pada zaman orde baru, isu azas tunggal menjadi titik kritis gerakan PII. Terlepas dari pro kontra di internal PII, isu tersebut adalah concern PII selama hampir lebih dari satu dekade. Reformasi 1998 telah memberi pengaruh yang signifikan terhadap anasir isu tersebut. Tumbangnya orde baru telah menghilangkan ”sumber” persoalan seputar azas tunggal. Maka re-orientasi gerakan PII seharusnya terjadi dalam merespon perubahan eksternal tersebut. Pada situasi yang demikian sebuah gerakan harus kembali mereposisi dirinya. Momentum perubahan tersebut telah merubah kisaran dari berbagai elemen sosial politik. Konstelasi yang baru tidak lagi sama seperti sebelum reformasi!

Berbagai upaya perubahan di internal yang dilakukan oleh PII dalam rangka menghadapi perubahan pasca 1998 yang telah kita sebutkan diawal, bisa diartikan sebagai respon PII agar gerakan tetap kontekstual. Namun apakah upaya tersebut sudah menyentuh persoalan mendasar? Dalam sudut pandang saya upaya-upaya tersebut hanya menyentuh bagian tertentu/sektoral dan tidak mendasar. Gerakan seribu komisariat merupakan upaya programatik dalam memperluas lahan garap. Euphoria menyambut reformasi mendorong keinginan untuk secepatnya terjadi peningkatan kuantitas masaa. Seperti yang kita ketahui, upaya tersebut menemui jalan buntu ketika di lapisan masyarakat umum tawaran-tawaran ide PII tidak mendapat sambutan seperti yang dibayangkan. Secara kuantitas, sampai saat ini basis PII semakin berkurang. Kemudian di muktamar Ambon 2006, penambahan konsep kekaryaan di dalam catur bhakti ternyata berhenti hanya pada teks konstitusi. Revitalisasi sistem pengkaderan, yang terakhir pada sarasehan muadib nasional di Jakarta tahun 2008, tidak menemukan jalan keluar untuk mengatasi menyurutnya kuantitas dan kualitas kader. Upaya mutakhir adalah perubahan fungsi komisariat menjadi komunitas, dimana, ide ini disahkan pada muktamar Pontianak tahun 2008. Untuk hal yang terakhir kita belum bisa menilai secara penuh karena saat ini masih dalam periode kepengurusan hasil muktamar tersebut. Untuk sementara, terlihat bahwa upaya tersebut juga jauh dari apa yang diharapkan.

Secara umum bisa dinilai bahwa semua upaya tersebut masih belum menyentuh persoalan mendasar, raison de etre. Gejala umum yang biasa muncul ketika persoalan ini belum terrjawab adalah seringnya muncul pertanyaan; arah kemana gerakan PII saat ini?; perubahan seperti apa yang ditawarkan PII kepada umat?, dan beberapa pertanyaan yang senada. Pada tingkat yang kritis, pertanyaan tersebut akan hadir dan tak terjawab oleh pihak yang secara khusus melakukan kaderisasi, instruktur. Dengan tidak mengurangi penghargaan terhadap kebebasan interpretasi, apabila pertanyaan tersebut dijawab dalam variasi yang sangat banyak, maka boleh dikatakan telah terjadi miss-orientasi gerakan. Nampaknya gejala inilah yang terjadi pada tubuh PII sekarang.

Kecenderungan romatisme perlu kita perhatikan dalam keadaan miss orientasi. Dalam proses pencarian orientasi baru gerakan, terdapat dua kemungkinan, mengulang kejayaan masa lalu dengan mengambil modus-modus gerakan seperti di masa lalu atau, meng-kreasi modus baru gerakan dengan melakukan upaya pembacaan tentang realitas masa depan. Romantisme seringkali menjadi pilihan mengingat sebuah gerakan, terutama yang bertipikal ideologis, sulit untuk keluar dari kebiasaan. Upaya-upaya untuk keluar dari kebiasaan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang bukan berasal dari dalam gerakan. Para pelaku perubahan dianggap sebagai seseorang yang membuat kerusakan/instabilitas, atau lebih ekstrim disebut pengkhianat (traitor). Jika pelaku perubahan tersebut memiliki kebertahanan ide dan loyalitas tinggi maka perubahan bisa terjadi secara berangsur-angsur, namun jika tidak maka ”mengundurkan diri” adalah pilihan lain apabila tidak diberhentikan. Kemungkinan kedua adalah yang dominan terjadi di PII.

Keharusan re-orinetasi gerakan

Kang Kuntowijoyo dalam buku Identitas Politik Umat Islam menyatakan bahwa tugas dari gerakan iIslam adalah menawarkan cara pandang alternatif terhadap umat Islam. Tugas demikian mengandung arti bahwa realitas sebenarnya memang tidak pernah ideal dan sebuah gerakan harus selalu mengasah sikap kritis terhadap realitas kekinian untuk menggapai idealitas yang di ajarkan Islam. Objek kritik akan selalu ada namun perlu upaya untuk bisa melihat dan menyikapinya. Kemampuan membaca realitas tentu saja membutuhkan kaca mata yang dibentuk dari nilai-nilai dan ilmu pengetahuan. Sikap-sikap seperti ketidakpedulian, jumud, pragmatisme,ashobiah dan sejenisnya yang mengahalangi masuknya ilmu, adalah sikap yang harus dihindari.

Melihat sejarah dan potensi kekuatan yang dimiliki oleh PII, keinginan untuk mempertahankan eksistensi, serta mengingat perubahan eksternal yang begitu nyata dan berlansung cepat, re-orientasi PII adalah keharusan. Perlu disadari bahwa potensi yang dimiliki oleh gerakan PII bukanlah sesuatu yang mudah untuk didapat. Jejaring yang secara geografis sangat luas, secara kelas sosial bisa ditelusuri dari masyarakat bawah sampai elit kekuasaan, dan karakter khas gerakan yang sudah terbentuk. Apabila upaya penemuan orientasi kontekstual PII tidak segera ditegaskan maka efek ”ekor tikus” akan dialami PII, semakin keujung semakin kecil. Jika keadaan mis orientasi ini dibiarkan berlarut, eksistensi PII bisa tetap dikatakan ada tetapi hanya sekedar sebagai ”penjaga musium”, hanya mengurusi peninggalan-peninggalan generasi lama, dan jika terdesak, barang-barang lama tersebut akan menjadi komoditas yang diperjual belikan.

Beberapa alternatif yang mungkin bisa menjadi pilihan PII bisa kita gali dari rumusan cita-cita perjuangan yang termuat dalam Falsafah Gerakan. Yang perlu diingat dalam upaya penemuan orientasi baru gerakan PII adalah harus berangkat dari sumber nilai yang sama dengan bermodalkan dari segala segala sesuatu yang ada dan ”mengada” di dalam tubuh PII. Jika tidak demikian maka hal tersebut bukan lagi disebut re-orientasi tetapi pembentukan gerakan baru. Jika hal yang terakhir tersebut terjadi maka itu berada diluar konteks re-orientasi. Dengan berkaca pada realitas sosio-religi saat ini, upaya implementasi nilai-nilai Islam bersifat strategis jika mampu mengatasi persoalan-persoalan keterancaman masa depan kehidupan manusia yang berkaitan dengan psikologi sosial dan lingkungan hidup. Gejala individualistik, hilangnya kebermaknaan hidup individu, berkeluarga, dan bermasyarakat, serta gejala ketidakseimbangan alam, adalah beberapa indikasi persoalan manusia dewasa ini. Kemungkinan-kemungkinan lain masih sangat banyak jika kita mempertajam penglihatan dan pendengaran kita akan segala sesuatu yang menjadi jeritan manusia saat ini.

Islam sebagai solusi haruslah dibuktikan dengan kemampuan umatnya dalam menggali petunjuk-petunjuk di Allah di Alqur’an dalam mengatasi persoalan manusia di bumi. Selain membutuhkan penggalian nilai-nilai Islam dengan ilmu pengetahuan, kreasi terorganisir (berjamaah) menjadi faktor penentu dalam pengejawantahan kehendak Allah SWT. wallahu a’lam bisshowwab.

Oleh: M.Ridha
Departemen Pembinaan Wilayah PB PII 2008-20010

Sabtu, 31 Oktober 2009

Pelajar peduli pelajar


Gempa di Sumatra Barat memang telah lewat. Sisa-sisa dampaknya masih bisa kita temui. Sebagian saudara kita yang menjadi korban masih berada dalam kondisi yang memilukan. Tempat tinggal mereka hancur sehingga harus melepas penat di bawah tenda. Sebagian, beberapa anggota keluarga sudah tak bersama lagi. Murid-murid sekolah belajar di halaman sekolah. Sebagian besar masih trauma dengan kata-kata gempa. Sepantasnya, kita yang masih diberi nikmat oleh Allah menjadi penolong bagi sesama. Bisa melalui individu maupun berkelompok.

Sebagai bentuk kepedulian Pelajar Islam Indonesia (PII) Sumatra Barat terhadap penanganan koban paska bencana alam di Pariaman dan sekitarnya, khususnya para pelajar, pengurus PII Sumbar membentuk sebuah komite yang terdiri dari anggota-anggota yang siap menjadi relawan. Komite ini diberi nama Komite Peduli Pelajar PII (KPP-PII) yang concern terhadap pendidikan dan kepelajaran. Relawannya adalah kader-kader PII dari seluruh Nusantara. Komite ini dikomando langsung oleh ketua PII Sumatra Barat.

Kegiatan komite, Sabtu, tanggal 24 Oktober 2009, melakukan aksi sosialnya dengan memberikan bantuan berupa tas sekolah, seragam sekolah, buku tulis serta alat-alat tulis untuk murid-murid SD di Kecamatan Ulakan Tapakis meliputi Korong Manggopoh Dalam dan Korong Padang Toboh serta Kecamatan Sungai Limau di Korong Durian Daun Pilubang. Para pelajar SD di sana begitu antusias dengan manfaat bantuan yang diberikan. Bantuan ini hasil kerja sama KPP-PII dengan RISEAP (Region Islamic Da’wah Council of South East and Pacific).

Kendatipun fokus terhadap pendidikan, KPP-PII juga memberikan pelayanan berupa pelayanan kesehatan (medical service), pembagian logistik, dan pelayanan penyembuhan trauma (trauma healing). Selanjutnya, KPP-PII akan tetap melakukan pendampingan bagi pelajar-pelajar korban gempa dengan memberikan pelatihan-pelatihan seperti motivation training agar mereka tetap optimis dalam menjalani aktivitas belajar dan semakin berprestasi. Diharapkan bantuan ini tepat sasaran dan berguna bagi masyrakat korban gempa di Sumatra Barat.

Senin, 10 Agustus 2009

NUGROHO NOTOSUSANTO : propogandis penyusun “sedjarah singkat perdjuangan Bersendjata bangsa Indonesia”

Nugroho notosusanto merupakan salah seorang propagandis penting1 dalam penyusunan sejarah perjuangan Indonesia khususnya angkatan bersenjata republic Indonesia.
Nugroho dilahirkan pada tanggal 15 juni 1931dirembang jawa tengah, dengan status social yang tinggi.

Kakek nuggroho adalah patih kabupaten rembang2 , raden panji notomidjojo namanya. Sehingga nugrohopun diberi gelar raden panji, memiliki kesempatan untuk mengadakan hubungan social dan professional dengan kalangan eropa, tidak terkecuali pendidikan dapat diakses dengan mudah.Layaknya keluarga elit, keluarga nugroho juga memakai bahasa belanda dalam kehidupan sehari-harinya.



Nugroho dibesarkan di empat kota yaitu rembang, malang Yogyakarta dan Jakarta. Pada awal kemerdekaan nugroho mudamenunjukkan komitment yang kuat terhadap perjuangan republic dan pada usia 14 tahun dia bergabung dengan tentara pelajar pada thaun 1945. Aktifitas nugroho pada tentara pelajar sangat meberi pengaruh pada pola piker dan sikapnya terhadap perjuangan Indonesia dan pemahamannya terhadap generasi-generasi yang ada dalam sedjarah Indonesia.



Nugroho percaya bahwa generasinya ( tentara pelajar yang rela meninggalkan bangku sekolah untuk berjaung memikul sendjata untuk membeaskan nusantara) memilki mandate khusu untuk membangun indonesia dan cenderung agak merendahkan para pemimpin sipil.

Dalam salah satu suratnya kepada seorang penulis belanda jeft last3:
“ sesungghunya bapak-bapak kita yang sekarang banyak berteori, gemetar ketakutan dan menasihati kita bahwa kita perlu mulai berunding.kita sebaiknya berunding dan terus berunding tanpa menggalang dukungan sebanyak mungkin.Mereka penuh rasa hornatterhadap ‘standar internasional’, sedangkan kami berjuang menghadapi kesulitan-kesulitan setinggi gunung.dan setelah kesulitan-kesulitan ini dapat disisihkan mudahlah bagi mereka untuk menepuk punggung para pemuda sambil member pujian-pujian yang melekat seperti sirup…”

Kendatipun tawaran pendidikan militer(bagi eks-tentara pelajar) ke Breda ditolaknya, lnataran ayahnya tidak setuju, penghormatannya terhadap militer tidak pernah pudar.
Pada fase berikutnya nugroho melanjutkan pendidikannya di jurusan sejarah Universitas Indonesia dan menjadi aktifis ulung disanan, yang banyak mewakili universitas dalam kegiatan-kegiatan baik tingkat nasional maupun internasional. Nugroho merupakan salah seorang yang setuju dengan ide penyusunan sedjarah untuk meningkatkan rasa nasionalisme.

Awal nugroho bergabung dalam penulisan sedajrah perjuagn Indonesia adalah karena adanya anggapan bahwa amir anwar sanusi selaku wakil sekretaris jendral Front nasional menyalahgunakan posisi ini untuk menulis sedjarah nasional versi PKI. A.A sanusi juga merupakan anggota politburo PKI. Dicurigai A.A sanusi tidak akan memasukkan peristiowa madiun (peristiwa 18 september 1948) sebagi pemberontakan PKI dan itu terbukti.

Untuk membendung sedjarah versi PKI ini jendral Nasution berinisiatif membentuk sedjarh versi republic (angkatan darat), maka nasution meminta bantuan fakultas sastra UI.sehingga nugroho dari jurusan sejaran dan beberapa dosen lain ditunjuk untuk bekerja pada pusat sejarah ABRI.

Proyek penyusunan sejarah perjuangan versi angkatan darat” Sedjarah Singkat perjdjuangan Besendjata bangsa Indonesia” ini terdiri dari 5 periode;(1) kebesaran Zaman Emas, membahas kebesaran kerajaan zaman hindu budha. (2) Pendahuluan ke Kemerdekaan, memusatkan perhatian pada perlawanan bersenjata (3) Perang kemerdekaan, menyoroti berdirinya militer, sumbangsih sudirman, agresi militer belanda 1 dan Hari Pahlawan(4) Menyelamatkan revolusi,menyproti sumbangan militer(5) meningkatkan pembelaan terhadap revolusi4.


Seiring dengan tujuannya untuk melawan sejarah versi sanusi, buku yang disusun ugroho atas nama Major jendral A.J.Mokoginta ini memang menitik beratkan kepada peristiwa madiun5.

Pada tahun 1964 Nugroho ditunjuk oleh nasution sebagai Kepala Pusat Sejarah ABRI, yang pada awalnya didirikan dengan tujuan politis untuk membela versi sejarahnya sendiri , dari posisi inilah nugroho mengukuhkan peran militer dan kesaktiannya di Indonesia.

Sejarah itu tetap diajarkan di institusi pendidikan Indonesia!!!
Dari berbagai sumber

1. Katharine E.Mc Gregor,ketika seajarh berseragam,Yogyakarta;Syarikat 2008.hal 75
2. Dutch east indies algemeene secretarie, reegering almanac voor nederlandsch-indie.hal 198
3. Notosusanto,A new generation (1952) dalam faith dan castle.Indonesian Political Thingking” hal.68-71
4. Katharine E.Mc Gregor,ketika seajarh berseragam,Yogyakarta;Syarikat 2008.hal112
5. Dephankam Pusat sejarah ABRI,sepuluh tahun pusat sejarah ABRI, hal 1

Efri Yunaidi

Sabtu, 01 Agustus 2009

INILAH ZAMAN KITA

Di sini kini berdiri
Dalam masa yang sudah lama
Adalah dulu tak sama sekarang
Realitas zaman berlaku beda

Coba lihat sekarang
Remaja putri berseragam itu
Dia asik dengan mainan digitalnya
Apa yang dilihatnya

Dia sedang menyapa teman-teman lama
Lalu kenapa yang lain murung
Dia gundah jika ayahnya tahu
adegan mesumnya bersama sang pacar
Telah beredar
di mainan digitalnya
juga mainan digital teman-temannya



Kegundahannya semakin menjadi
Perutnya membuncit bukan karena cacingan
Dia menambah nista dirinya
Mendatangai sang bidan dengan sogokan
Ia mengeram kesakitan
Tanpa sadar nyawanyanya terancam


Tak beda dengan yang di desa
tertekuk wajah manisnya karena murung
dia harus menebus utang sang ayah
Untuk bayar sekolah adik

Yang dipinjam dari rentenir pembawa badik
Dengan lagak menghardik
Tak perlu ditebus dengan uang
Sebab tubuhnya akan laku di negara tetangga
Sebagai tebusan utang tak seberapa jumlahnya
Dibanding uang yang menganga
Di saku baju para koruptor

Inilah realitas zaman kita
Bukan nostalgia yang dulu
Untuk dikenang dan dibanggakan



Inilah batu penghadang jalan kita
Yang harus dihancurkan dengan buah pikir dan kerja
Biarkan kita berbuat sebatas mampu
Beri sedikit arti untuk bangsa yang lecak dan lusuh ini
Sebab kita tak mau menjadi pecundang
Dalam sejarah kehidupan


(SELAMAT HARLAH PII WATI ke-45 )

Kepada para yunda pendiri serta alumni PII WATI, penghargaan kami sampaikan atas perjuangan, pengorbanan dan keikhlasan, semoga kami dapat mencontoh dan belajar.

Kepada seluruh pejuang PIIWATI se-tanah air, tetap semangat beri kontribusi terbaik kita)


salam cinta dan perjuangan

N. Amelia K.
(KORPUS PIIWATI)

Siaran TV tidak mendidik

(koran tempo, Kamis, 23 Juli 2009)
Pemberitaan tentang bom juga dapat menimbulkan trauma bagi anak.
Tayangan televisi menghambat pertumbuhan anak secara fisik dan psikis. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Hadi Supeno mengatakan program televisi tidak sesuai dengan kebutuhan anak karena mengandung kekerasan, adegan seks, dan mistis. “Partisipasi anak menonton televisi terlalu banyak daripada belajar,” katanya dalam diskusi kampanye “Hari Tanpa TV” di kantornya kemarin.

Rata-rata anak menonton televisi selama 30-35 jam per minggu atau hampir lima jam sehari. Mereka menyerap begitu saja apa yang ditayangkan televisi, termasuk materi untuk dewasa. Akibatnya, terjadi peniruan oleh anak-anak dan remaja, terutama atas hal-hal yang bersifat negatif.

Berdasarkan sejumlah riset perguruan tinggi, tayangan televisi-antara lain sinetron–mengandung materi kekerasan hingga 90 persen.
Detailnya, 50 persen secara fisik dan 40 persen secara psikologis. Selain itu, ada penampakan ikon mistik sebanyak 75 persen, adegan seks 50 persen, pemerkosaan 20 persen, dan perkataan cabul 20 persen. Menurut dia, anak-anak kurang dari usia tiga tahun yang cenderung pasif seharusnya tidak diperbolehkan menonton televisi. Hal itu dapat menghambat potensi aktifnya dan mengurangi daya imajinasi.

Begitu juga anak usia kurang dari 5 tahun. Dalam umur itu, menonton televisi mengganggu perkembangan otak dan kemampuan belajarnya. Dia menilai, program televisi untuk anak seharusnya diatur jam tayangnya, yakni dari pukul 15.00 sampai 18.00.

Anggota Pengurus Pusat Bidang Pengabdian Masyarakat Ikatan Dokter Anak Indonesia, Soedjatmiko, menambahkan bahwa jam menonton anak sebaiknya dibatasi tak lebih dari dua jam per hari. Kalaupun menonton, sebaiknya didampingi dan diberi penjelasan agar pesan tidak diterima begitu saja.

Menurut dia, tayangan televisi bisa berdampak positif apabila pesan disampaikan dengan cara yang sederhana, perlahan, dan diulangulang sehingga mudah dicerna. Hal ini diperlukan terutama untuk anak usia 3-4 tahun karena perkembangan otaknya masih lambat.

Namun, tayangan televisi juga menimbulkan dampak negatif secara fisik dan nonfisik. Pertumbuhan fisik anak-anak yang terlalu banyak menonton televisi terhambat karena kurang aktivitas. Mereka pasif duduk di depan televisi sambil mengudap makanan yang dapat memicu kegemukan. Padahal gerakan aktif diperlukan untuk mendorong pertumbuhan.

Menonton televisi juga dapat menyebabkan kerusakan mata meski tidak terlalu banyak. Sinar ultraviolet mengganggu ketajaman mata, tetapi secara alamiah sebenarnya mata memiliki refleks untuk melihat yang nyaman.

Dampak positif dari program yang sesuai akan membantu memperkaya informasi, terutama program yang tidak terlalu banyak mengandalkan tulisan. Namun, bagi anak yang sudah bisa membaca, televisi akan memberi dampak negatif, yaitu cenderung malas membaca.

Televisi dapat membuat anak menjadi tak suka berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Saat menonton televisi, ada proses belajar sehingga program yang menayangkan kekerasan fisik dan verbal, konsumerisme, dan sikap antisosial akan ditiru. Untuk itu, kata dia, anak-anak perlu didampingi saat nonton TV.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Hadi Sumpeno secara terpisah mengatakan pemberitaan tentang bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta, dapat menimbulkan trauma bagi anak. “Membuat trauma psikososial,” kata Hadi kemarin.

Anak-anak yang membaca atau menyaksikan gambar tentang korban pengeboman, menurut Hadi, akan mengingat peristiwa tersebut.
Khususnya, anak para korban bom, baik di tempat yang sama pada 2003 maupun korban bom di Bali. Dia menambahkan, meskipun kemungkinannya kecil, bisa saja pengeboman semacam ini menjadi inspirasi bagi anak-anak bahwa kemarahan dapat dilampiaskan dengan melakukan pengeboman.

Program Yang dinilai tidak mendidik :

1. Termehek-mehek, Trans TV

2. Happy Family : Me VS Mom, Trans TV

3. Idola Cilik, RCTI

4. Bukan Empat Mata, Trans &

Jumat, 24 Juli 2009

Ramdhan sabanta lai!

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir………
tentu siangnya engkau sibuk berzikir
tentu engkau tak akan jemu melagukan syair rindu mendayu..merayu...kepada-NYA Tuhan yang satu

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir………

tentu sholatmu kau kerjakan di awal waktu sholat yang dikerjakan...sungguh khusyuk lagi tawadhu'
tubuh dan qalbu...bersatu memperhamba diri menghadap Rabbul Jalil... menangisi kecurangan janji "innasolati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil 'alamin"
[sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku, dan matiku...
kuserahkan hanya kepada Allah Tuhan seru sekalian alam]


andai kau tahu ini Ramadhan terakhir………

tidak akan kau sia siakan walau sesaat yang berlalu setiap masa tak akan dibiarkan begitu saja di setiap kesempatan juga masa yang terluang alunan Al-Quran bakal kau dendang...bakal kau syairkan

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir………
tentu malammu engkau sibukkan dengan
bertarawih...berqiamullail...bertahajjud...
mengadu...merintih...meminta belas kasih "sesungguhnya aku tidak layak untuk ke syurga-MU tapi...aku juga tidak sanggup untuk ke neraka-MU"

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir………
tentu dirimu tak akan melupakan mereka yang tersayang mari kita meriahkan Ramadhan kita buru...kita cari...suatu malam idaman yang lebih baik dari seribu bulan

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir………
tentu engkau bakal menyediakan batin dan zahir mempersiap diri...rohani dan jasmani menanti-nanti jemputan Izrail di kiri dan kanan ...lorong-lorong ridha Ar-Rahman



Duhai Ilahi....


andai ini Ramadhan terakhir buat kami……… jadikanlah ia Ramadhan paling berarti...paling berseri...
menerangi kegelapan hati kami
menyeru ke jalan menuju ridho serta kasih sayangMu Ya Ilahi semoga bakal mewarnai kehidupan kami di sana nanti

Namun teman...tak akan ada manusia yang bakal mengetahui apakah Ramadhan ini merupakan yang terakhir kali bagi dirinya yang mampu bagi seorang hamba itu hanyalah berusaha...bersedia...meminta belas-NYA


andai mungkin ini Ramadhan terakhir buat kita Maafkan semua kesalahan yang pernah aku lakukan ………..


" MARHABAN YAA RAMADHAN "
(Aditya Kurniawan)

Rabu, 08 Juli 2009

Training (leadership basic training pelajar islam Indonesia) di padang panjang. 3-7 Juli 2009

Iko pertama sekali bagi awak yang jadi inlok (instruktur local maksdunye), kalw jadi instrukjtur nateri lah pernah, observer pun alah jua.
Lain pula menariknya jadi inlok ko, raso-raso ada pula hak bagi awak untuk mempertahankan peserta dan membuat suasana kondusif untuk melanjutkan proses.
Hari pertamo,sabana lotiah,peserta banyak pulo kisahnye masing-masing tu, ado nan pamulang, ado nan acuah tak acuh se (cuek gt) ado pulo nan mono se, nan hampa sajo hari ko,sealin itu ado pulo nan bak nyan inyo se ka ilia ka mudiak nyo didalam ruangan tu, manggaduah kawan-kawanyo, ado pulo nan rajin sangat pulo berpendapat, pasti ado se pendapatnyo. Ha kalu sauasana nyo masihmode itu tentu proses lun bisa be jalan optimal lai, klw kecek urang ingroupnye lun tobontuak lai.
Ha oleh karena itu, dengan cara seksama dan dalam tempo se optimal munkin inlok lah nan meng-ekspek (expectation;maaf pembaca penjelasan lebih lanjut mengenai kata ini jangan hubungi saya) local tu samo urang-urangye gai. Disitu dicubo membentuk ingroupnye tadi. Peserta nan datang tu kan beragam pula alasan nyo ikut acara ko ( training ko maksud wak), ado nan disuruah gaek e gai, disuruh kawanye, di paso dek pengurus musajid e ado pulo nan berasal dari lubuk hati yang paling dalam dan dengan keikhlasan penuh kepada Allah dengan hasrat melatih diri melalui pelajar islam Indonesia serta insyaf dan sadar akan tanggung jawab pelajar muslim maka saya mengikuti kegiatan ini.cieh… tu iyo matab tu!
Tujuan e, perangai e tentu lah berbeda pula, oleh karena itu yang seperti itu tu kita cuba pula untuk menyatukanya, ha dan juga dibuat pula peraturan-peraturan lokalnya itu, biar nanti perangai nya yang berbeda beda itu tidak sekelemak hatinya saja, agar kawan-kawan nya dilihat dan dipertimbangkanya pula.
Ha itu lah..
Tapi hari pertama dan hari kedua itu, walaupun segala-gala nya sudah dibuat tapi tetap saja masih ada nan melanggar peraturan tu, msialkan peraturanya itu harus disiplin, ha enak saja hatinya melangga itu, terlambat saja dia datang padahal kawan-kawannya sudah letih menantinya di local, terpaksa pula kita bicarakan masalah in dulu, ndak penat kita tu….
O iya, lupa pula awak sampaikan, training ini di laksanakan di mesjid nurul ihsan padang panjang, kalau kecat urang sini kampung manggis kampung kecil nya….
Balik pula lah kita ke crita nan tadi caka tu, ,hari ke satu dan ke dua itu, masih belum begitu rancak lah, banyak juga baru nan tidak mau untuk mengecat dan menyampaikan apa yang ada dikepalnaya itu, percaya drinya itu yang tidak nampak, menun juk kawannya saja dia mau…
Melihat kondisi yang seperti itu tu, berpikir pula utak kita ini jadinya, bagaimana kalau di sekolah, apakah system pedidikan nasional kita ini pula yang salah, atau belum optimal? Entahlah, tidak tau pula kita itu,…awak rang kampuang nye mang…
Iya…….kok seperti ini pula anak sekolah nan mau masuk SMA sebentarl lagi itu,,,
Ha sekarang kan nia pemilu ini, pilpres kata orang, berpesan pula lah kita pada bapak-bapak ja ibuk nan nio maju jadi presiden kita tu, untuk benar-benar dilihatnya pendidikan kita ini dengan penuh perhatian hendaknya, kita tentu tidak mau anak-anak kita nan menjadi pemimpin kalau dia sudah besar ini, menjadi orang-orang nan indak punya percaya diri ini dan tidak independent ini.
Independent?
Iya independent, tidak percaya saja dia dengan pendapatnya itu, dan juga tidak ada…….,apala namanya itu saya juga tidak tau,,dia maunya ditujukkan saja terus, tidak mau dia ber inisiasi.
Masuk hari ketiga, tidak bisa pula saya ceritakan secara langsung, karena saya pergi ujian, UAS..psikologi industry nama mata kuliahnya.sedikit pula yang dapat bagi saya, tapi saya dapat kata kuncinya, ada saja yang meberikan ke saya, ha kalau masalah mengembangkan kalimat jangan ragulah dengan saya…dapat juga lah bagi saya ujian itu jadinya, tapi tidak sesuai dengan kata-kata yang diajarkan pak dosen (mudahan Allah member pahala yang berlipat untuk beliau) itu jadinya…..
Misalnya teori kebutuhan menurut maslow(sudah saya hapal pendapat maslow ini sejak tahun 2004, tepatnya beberapa hari sesdah hari raya, ketika berdiskusi di rumah da yudi di payakumbuh) , kalaw yang bapak dosen ajarkan pakai bahasa inggris, tapi saya tidak tau bahasa inggrisnya, saya buat sajalah pakai bahasa saya, nan saya dapatkan dari diskusi sama da yudi itu, waktu itu saya kelas satu baru di MAN 2 Payakumbuh…karena saya ketua PD PII waktu itu, berkunjung/ silaturrahim pulah lah saya ke rumah KB dan alumni PII waktu itu..;lain pula enaknya…
Setelah ujian baliak pula saya ke padang panjnag baliak.
Balik pula lah kita ke cerita pendidikan kita yang tadi lagi,kalau umar sihab yang orang pandai itu menuliskan dalam bukunya kontekstualitas alquran itu, dia ketakan kalau pendidikan itu proses memanusiakan manusia seutuhnya, ntah apa pula lah maksudnya itu kurang jelas pula dek kita..
Munkin beliau nak menyampaiakn kalaw orang ini tidak dinilai dari raport sekolahnya saja (walapun ini sangat penting,sekali lagi sangat penting), banyak pula nilai –nilai lain yang perlu pula rasanya dikembangkan…banyaklah pokoknya……
Ha juga satu lagi pesan untuk nan mau jadi presiden besok itu, diperhatikanya benar pula lah hendaknya nasib para pahlawan tanpa tanda jasa kita ini,,guru guru kita itu,,kalau kini kita calik banyak juga guru kita itu nan perlu ditongkatkan kemampuannya, baik itu secara financial dan kemampuan mengajar dll nya…
Anggaran pendidikan kata orang nan dinaikkan, supaya pendidikan kita ini jadi baik pula lah hendaknya,dan dana pendidikan itu janga disunat pula lah hendaknya oleh ketu-ketua kita nan memegan unag tu, biar enak pula adiak-adiak kita tu sekolahnya….
Kini kan tidak, katanya pendidikan sd dan smp itu gratis pula, tapi nyatanya kepatang itu kita baca pula Koran dikampung kita ini, ada juga baru yang mengambil uang-uang nta apa pula itu, tapi kata ibuk-ibuk nan jadi wali murid itu, tidak enak pula hatinya membayar yang katanya gratis itu…
Bagaimana sebenarnya ini?
Kita nan orang kampung ini susah juga nantinya, kalau kata bapak-bapak nan hebat itu gratis, tidak ada membayar, tapi itulah, membayar juga jadinya…
Munkin itu lah nan bisa kita sampaikan sedikit,kita nan cadiak indak cerdas bakalabiahan ko patut pula lah rasanaya untuk banyak belajar….
Lupa kita, kita ceritakan pulalah sedikit untuk hai ke empat dan seterusnya..
Hari ke empat dan seterusnya itu sudah mulai agak rancak, tapi ada pula sayangya sedikit, banyak pula pesertanya yang pulang dia,, tidak mau lagi ikut training, entahlah….
Rumahnya dekat, disampang penginapan itu rumahnya….
Bagi para pembaca nan ingin pula mendapatkan tulisan buruk ini dalam bahasa inggris dan arab, dapat pula kita berikan caranya………
Lihat sajalah di www.efriyunaidi.co.cc

Minggu, 21 Juni 2009

RBT PII

Bagi yang berminat RBT PII
untuk Telkomsel,flexi,esia dan 3
mars PII=1376626
hymne PII =1376627
musafir = 1376628

cubo y...

Jumat, 19 Juni 2009

Tidak Lulus UN

PADANG--MI: Dari 56.607 siswa peserta Ujian Nasional (UN) tingkat SLTA di Sumatra Barat, 3.409 siswa tidak lulus. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sumbar Burhasman Bur, Minggu (14/6) mengatakan persentase kelulusan siswa pada UN 2008/2009 mencapai 95,98%.

"Jumlah ini meningkat dari persentase kelulusan tahun sebelumnya sebesar 87,55%," katanya. Menurutnya, pengumuman kelulusan UN dilakukan serentak di 19 kabupaten dan kota di Sumbar pada Senin (15/6). Pengumuman dilakukan sekolah masing-masing melalui amplop tertutup dan pengumuman terbuka. Adapun bagi siswa SLTA di Kota Padang kelulusan bisa diketahui melalui SMS mulai Senin (15/6), pukul 00.00 WIB.

Ia mengatakan, untuk SMA, tingkat kelulusan peserta jurusan I PA mencapai 14.481 siswa (99,29%), jurusan IPS mencapai 20.353 siswa (95,97%), sedangkan tingkat kelulusan peserta jurusan Bahasa mencapai 171 siswa (64,29%). Adapun untuk tingkat SMK, tingkat kelulusan mencapai 11.609 siswa (88,22%) dari 13.159 peserta UN. (AA/OL-06)
(mediaindonesia.com)

Kamis, 11 Juni 2009

Berita Duka

Innalillahi wainnailaihi Rojiun
Telah berpulang ke rahmatullah orang tua laki-laki dari sahabat kita:
Arif Rahman (ketua PD PII Tanah Datar), rabu 10 Juni 2009.
Segenap PW PII Sumatera Barat turut berduka cita atas ujian ini..
Semoga almarhum dberi kelapangan oleh Allah dan keluarga yang ditinggalkan senantiasa sabar..


Efri Yunaidi
Ketua Umum

Selasa, 09 Juni 2009

HARAPAN PELAJAR KEPADA PRESIDEN

…engkau sarjana muda resah mencari kerja

mengandalkan ijazahmu,

empat tahun lamanya bergelut dengan buku

‘tuk jaminan masa depan…

(“Sarjana Muda” Iwan Fals)

Menjadi seorang sarjana bukan menjadi jaminan akan mudah mendapat suatu pekerjaan perlu pengorbanan yang besar dan harus sabar menunggu datangnya panggilan untuk bisa bekerja. Seperti lagu “Sarjana Muda” ciptaan Iwa Fals yang dirilis 20 tahun yang lalu, dan lagu itu masih sangat relevan dengan nasib para sarjana hari ini.

Menurut data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), menyebutkan bahwa jumlah pengangguran berpendidikan tinggi menunjukan kecenderungan terus menaik. Kecenderungan ini tidak hanya terjadi pada kalangan sarjana (lulusan S-1) tetapi juga pada lulusan Diploma yang ditekankan pada ilmu praktik. Pada tahun 2006 saja jumlah sarjana yang tak bekerja mencapai 771.155 orang dan terus meningkat hingga mencapai 1, 2 juta orang pada tahun 2008, sedangkan untuk lulusan Diploma yang tidak bekerja walaupun tidak sebanyak lulusan sarjana, pada tahun 2006 mencapai 631.358 orang sedangkan pada tahun 2008 mencapai angka 882.550 orang, tetapi angka yang lebih besar lagi akan kita dapatkan ketika kita menghitung jumlah pelajar yang lulus Sekolah Menengah Atas, Kejuruan atau Madrasyah Aliyah yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi dan belum bekerja.

Sumbangsih pengangguran yang berpendidikan tinggi, tak urung menaikkan jumlah pengangguran di Indonesia, apalagi dengan adanya krisis ekonomi global yang melanda Indonesia, jumlah penganguran meningkat cukup tajam pada tahun 2009. Berdasar proyeksi Institute for Development Economics and Finance (Indef), tingkat pengangguran akan mencapai 9,5%, angka tersebut jauh di atas target pemerintah, yaitu 7–8%. Proyeksi itu juga jauh di atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004–2009 dengan target angka pengangguran 5,1%.

Dilema tidak memiliki pekerjaan atau menjadi pengangguran bagi kalangan pelajar dan sarjana merupakan suatu ketakutan yang sangat besar, apalagi ketika warga negara asing masuk ke Indonesia dan bisa bekerja disini dengan kemampuan dan kepintaran yang dianggap melebihi anak bangsa, maka anak bangsa ini hanya akan menjadi jongos atau babu di bangsanya sendiri.

Ketakutan menjadi pengangguran atau tidak mendapat pekerjaan belum akan dipikirkan oleh para pelajar yang hari ini masih mengeyam pendidikan di bangku sekolah atau di kampus, tetapi yang lebih menakutkan bagi pelajar hari ini adalah kebijakkan pemerintah tentang Ujian Nasional (UN) yang hari ini masih diterapkan walaupun banyak orang yang menyerukan untuk dicabut.

Tidak hanya itu saja ketakutan yang dirasakan oleh para pelajar hari ini, mereka pun takut untuk bersekolah karena mereka takut orang tua mereka tidak memiliki cukup uang untuk membiayai sekolah mereka, kalaupun mampu maka mereka hanya akan bersekolah dengan pas-pasan, kenapa pas-pasan? Karena sekolah mereka bangunannya pada rusak, ada yang sudah hampir roboh, fasilitas sekolah mereka minim, tidak ada perpustakaan yang baik, tidak ada laboratorium yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan penelitian. Sehingga wajar saja kalau kualitas pendidikan yang mereka peroleh tidak maksimal.

Semua ketakutan yang ada seharusnya menjadi tanggung jawab pemimpin bangsa yang telah dipilih secara langsung oleh rakyat untuk memimpin mereka, seharusnya para pemimpin bangsa ini dapat memberikan solusi akan ketakutan yang dirasakan oleh para pelajar dan juga lulusannya, baik masalah itu masalah pekerjaan dengan menyediakan lapangan pekerjaan ataupun memberikan fasilitas pendidikan yang memadai dengan biaya yang terjangkau oleh rakyat Indonesia serta membuat kebijakkan yang sesuai dengan kemampuan anak bangsa.

Tetapi kenyataannya para pemimpin bangsa belum melakukan hal ini, hanya klaim-klaim keberhasilan saja yang mereka sampaikan walaupun tidak sesuai dengan fakta yang ada dilapangan.

Harapan Pada Presiden ke Depan

8 Juli 2009 merupakan tanggal yang sangat menentukan bagi rakyat Indonesia 5 tahun kedepan, tanggal tersebut merupakan tanggal pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, kalau rakyat salah memilih maka akan menderita selama 5 tahun, tetapi kalau pilihannya tepat maka akan ada harapan untuk merasakan kehidupan yang lebih baik.

Pelajar sebagai pemilih pemula, yang jumlahnya hampir 30 % dari semua rakyat yang berhak memilih harus dapat memilih para calon Presiden dan Wakil Presiden yang benar-benar dapat memberikan kebaikan dan kemudahan bagi diri mereka pada khusunya dan pada rakyat Indonesia secara keseluruhan pada umumnya.

Untuk mengetahui calon Presiden dan Wakil Presiden itu baik adalah dengan melihat program atau kebijakan yang telah mereka buat dan lakukan selama mereka menjadi pejabat negara atau pemimpin bangsa ini, karena para calon Presiden yang akan kita pilih nanti adalah mereka yang pernah memimpin bangsa ini, ada yang telah menjadi Presiden dan ada yang telah menjadi Wakil Presiden.

Apakah kebijakan yang mereka lakukan selama ini telah benar-benar berpihak kepada pelajar atau malahan kebijakan yang mereka buat menimbulkan kesengsaraan dan kesulitan?

Setelah kita melihat kebijakan yang telah mereka buat maka kita juga melihat kebijakan-kebijakan atau program-program yang akan mereka lakukan ketika mereka nanti terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden, apakah ada kebijakan baru yang merubah atau menyempurnakan kebijakan yang lama ataukah tidak ada sama sekali kebijakan yang baru, walaupun ada itu hanyalah retorika politik saja dan tidak mungkin untuk dapat direalisasikan?

Setelah melihat kebijakan mereka, baik yang telah dilakukan atau yang akan mereka lakukan ketika menjadi Presiden nanti, maka kita juga harus menyatakan harapan kita kepada mereka, yang kita harapan dapat mereka tepati ketika mereka terpilih menjadi Presiden nantinya. Harapan kita minimal adalah adanya perbaikan sistem pendidikan di Indonesia yang lebih berpihak kepada pelajar serta tersedianya fasilitas pendidikan yang mencukupi dengan biaya pendidikan yang terjangkau hingga perguruan tinggi serta ketika kita menamatkan sekolah baik di tingkat atas maupun perguruan tinggi akan tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai.

Siapa pun Presiden yang terpilih nantinya maka perbaikan sistem pendidikan haruslah menjadi agenda utama karena perbaikan bangsa ini akan dapat dilakukan dengan cepat apabila sistem pendidikannya baik.


(Penulis adalah Ketua Bidang Pembinaan Masyarakat Pelajar Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia periode 2008 - 2010)

Sabtu, 30 Mei 2009

Hasil KONWIL XX PII SUmatera Barat

Konwil XX PII Sumatera Barat sudah selesai hari senin 25 Mei 2009, adapun hasil yang didapat ( dalam hal ini ketua ) untuk Ketua Umum Terpiliha Adalah Efri Yunaidi (www.efriyunaidi.co.cc fb:efriyunaidi@)yahoo.com, kordinator wilayah piiwati: dina maria astuti sedangkan kordinator wilayah brigade :jummy elvia...

Mudah-mudahan dapat mengemban amanah dengan sebaik-baiknya...

Selasa, 19 Mei 2009

APA SETELAH PEMILU??

Pendidikan, Berdasarkan UU no20/2003 mengenai system pendiidkan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan tujuan pendidikan menurut UU No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.”
Dalam setiap Negara pendidikan menjadi factor penting untuk menaikkan kesejahteraan Negara tersebut, pendidikn yang buruk ( konsep maupun aplikasi) akan menghasilkan output yang tidak bertanggungan jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Begitu juga dalam agama ( Islam) menempatkan pendidikan sebagai suatu kewajiban bagi setiap muslim
“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Mujadalah [58]:11)
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Adi dan Baihaqi)
Oleh karenannya maka layaklah pendidikan menjadi tempat investasi untuk memebangun bangsa ke depan.
Terkait dengan itu, pendidikan sebagai suatu sub sistem dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara maka ia terkait dengan sub sistem yang lain baik itu sistem politik, , ekonomi, keamaman dan stabilitas begara dll.
Pemilu sebagai suatu bentuk kegiatan politik tentu akan berdampak terhadap pendidikan. Penyelenggaran pendidikan mengalami dinamikan sesuai zamannya dipengaruhi oleh political will dan dinamika sosial yang terbentuk.
Poltitcal will pemerintah akan menghasilkan produk hukum/sistem yang dijalankan di seluruh wilayah kesatuan RI. Jika yang mengisi pemerintahan adalah orang-oarang yang peduli dengan pendidikan maka seyogyanya akan dihasilkan produk-produk hukum yang peduli pendidikan atau malah sebaliknya.
Melalui pemilu tentu para penguasa akan mengalami pergantian, sehingga belum dapat dipastikan bagaimana kondisi pendidikan nasional 5 tahun ke depan. Terlihat hari ini para elit politik seolah-olah memperlihatkan sikap oportunisnya masing-masing sehingga menghasilkan politikus-politikus machiavelis (melakukan segala cara demi mendapatkan keuntungan) di kalangan eksekutif dan legislatif termasuk dalam perumusan kebijakan pendidikan indonesia.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh indobarometer dapat dilihat bahwa pelayanan 57,6 persen responden sangat yakin akan ada perbaikan pelayanan pendidikan, 34,1 persen kurang yakin, dan hanya 8,3 persen tidak tahu,"
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang meragukan akan bertambah baiknya pendidikan di negeri kita ini.
Kembali kepada political will pemerintah, hal ini tidak dapat dielakkan menjadi point penting dalam membangun pendidikan indonesia ke depan. Saya melihat yang penting disini adalah keberanian untuk berubah. We have to canghe. Tahun 2004, saya baca buku Indra Jati Sidi (DIKTI) menggagas paradigma baru masyarakat belajar. Beliau mengatakan bahwa sistem pendidikan di indonesia memang tertinggal dari negara lain, misalkan, jepang dan germany memiliki jam belajar disekolah yang jauh lebih sedikit ketimbang indoensia dan diakui lebih baik dari indoensia. Tetapi kendatipun demikian tetap saja waktu belajar berjalan dari pagi sampai sore, bahkan ada full day school yang menurut eko prasetyo ( orang miskin dilarang sekolah ) membuat para siswa tercerabut dari wilayah sosialnya dan menjadi beban lingkungan karena terperangkap dengan ilmu pengetahuannya.
Sekali lagi political will pemerintah kita tunggu. Semoga saja!


Efri Yunaidi
KPL PW PII SUMBAR

Senin, 06 April 2009

Kegiatan

Mohon maaf ... jadwal kegiatan dan Training belum di masukkan...mohon bersabar

Kamis, 12 Februari 2009

Struktur Pengurus Wilayah Periode 2009-2011

Maaf Data yang anda cari belum di masukkan...mohon bersabar

Valentine ?

Di awali dari sejarahnya…..
Banyak versi yang menerangkan asal muasal VD. Versi Pertama, VD adalah sebuah tanggal untuk mengenang tokoh Kristen bernama Santa Valentine yang tewas sebagai martir, ia hukum mati dengan cara dipukuli dan dipenggal kepalanya pada tanggal 14 Februari 270 M oleh Kaisar Romawi yaitu Raja Cladius II (268-270). Versi Kedua, VD adalah sebuah tanggal untuk untuk menghormati Dewi Juno yang dikenal dengan Dewi perempuan dan perkawinan, adalah suatu kepercaayaan bangsa Romawi Kuno bahwa Dewi Juno adalah Ratu dari Dewa dan Dewi bangsa Romawi. Kemudian diikuti oleh hari sesudahnya yaitu tanggal 15 Februari sebagai Perayaan Lupercalia yakni sebuah upacara pensucian serta memohon perlindungan kepada Dewa Lupercalia dari gangguan Srigala dan ganguan-ganguan lainnya. Versi Ketiga, Ken Sweiger dalam artikel "Should Biblical Christian Observe It?" mengatakan bahwa kata "Valentine" adalah berasal dari kata Latin yang memiliki arti : "Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa" yang ditujukan kepada Tuhan orang Romawi yaitu Nimrod dan Lupercus. Nah sekarang coba anda fikirkan apabila anda mengatakan "to be my Valentine" ini berarti anda memintanya menjadi "Sang Maha Kuasa" sesuatu yang sangat berlebihan sekali.
Bagaimana dengan kita……
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikiran. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi'ar dan kebiasaan. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, artinya,
"Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. At-
Tirmidzi).

Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, "Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, "Selamat hari raya!" dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wata?ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wata?ala dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid'ah atau kekufuran. Padahal dengan itu ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah subhanahu wata’ala."
Terus Gimana Duwnk…..
Firman Allah swt.: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paing bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal." (Q.S. al-Hujurat:13).
Nabi Saw., bersabda : "Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri." (H.R. Bukhari). Islam sangat melarang keras untuk saling membenci dan bermusuhan, namun sangat menjunjung tinggi akan arti kasih sayang terhadap umat manusia. Rasulullah saw. bersabda : "Janganlah kamu saling membenci, berdengki-dengkian, saling berpalingan, dan jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Juga tidak dibolehkan seorang muslim meninggalkan (tidak bertegur sapa) terhadap sudaranya lewat tiga hari" HR. Muslim.
• Seorang muslim dilarang untuk meniru-niru kebiasan orang-orang di luar Islam, apalagi jika yang ditiru adalah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan, pemikiran dan adat kebiasaan mereka.
• Bahwa mengucapkan selamat terhadap acara kekufuran adalah lebih besar dosanya dari pada mengucapkan selamat kepada kemaksiatan seperti meminum minuman keras dan sebagainya.
• Haram hukumnya umat Islam ikut merayakan Hari Raya orang-orang di luar Islam.
• Valentine's Day adalah Hari Raya di luar Islam untuk memperingati pendeta St. Valentin yang dihukum mati karena menentang Kaisar yang melarang pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu tidak boleh ummat Islam memperingati hari Valentin's tersebut.( dari berbagai sumber )

by KPL Pelajar Islam Indonesia ( PII )Wilayah Sumatera Barat
piisumbar@yahoo.com
www.pelajar-islam.or.id

Rabu, 28 Januari 2009

PII Dukung Fatwa merokok haram

Jakarta - Meski mendapat penolakan dari beberapa kalangan masyarakat, fatwa haram rokok yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia mendapat sambutan positif. Salah satunya dari Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII).

Berdasarkan rilis yang diterima detikcom, Selasa (27/1/2009), PII menjelaskan bahwa hampir 70 persen perokok di Indonesia adalah kalangan pemuda dan pelajar, baik di tingkat SMP maupun SMU. Bahkan seringkali ditemukan juga anak-anak SD yang telah merokok.

"Hal ini sangat memperihatinkan karena pemuda dan pelajar adalah generasi penerus bangsa. Apabila mereka sudah sakit-sakitan diakibatkan oleh rokok maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang lemah dan sangat mudah untuk dikendalikan oleh bangsa lain," ujar Ketua Umum PII Nasrullah.

Melihat hal ini, maka perlu adanya pencegahan akan bahaya rokok, salah satunya dengan larangan merokok atau fatwa haram untuk merokok bagi kalangan remaja dan anak-anak yang merupakan komsumen terbesar dari produk rokok.

"Sebagai organisasi pelajar yang peduli dan konsen akan nasib pelajar, dengan ini mendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang pengharaman merokok bagi anak-anak, remaja dan ibu hamil," jelasnya.

Menurut data dari WHO yang dikutip PII, setiap tahunnya hampir 4 Juta orang meninggal dunia karena kasus yang berhubungan dengan tembakau (rokok) dan sebagaian besar yang meninggal adalah kalangan remaja. (fiq/mok)

Pasaman Suksesi

Pasaman,24 januari 2009.
Suksesi, ya itulah kata yang tepat untuk menyatakan apa yang telah dilakukan oleh PD PII Pasaman, sabtu-minggu 24-25 januari 2009 yang lalu. di PII kita sebut dengan Konverensi daerah ( KONDA . Kegiatan ini berlangsung di mesjid Agung almuttaqin lubuk sikaping, pasaman.
konverensi ini dihadiri oleh para kader PII se pasaman sebagai peserta penuh dan juga dihadiri oleh PW PII Sumbar, dalam hal ini utusan PW PII SUmbar adalah Efri Yunaidi ( Kabid KPL )sebagai peninjau, juga dihadiri oleh Keluarga Besar KB PII Pasaman antara Lain : Kanda Irvan, kanda riki dan kanda fero.
selama kegiatan sidang dipimpin oleh presidium sidan terpilih yaitu, iim, diki dan mega. laiknya pimpinan sidanbg DPR mereka kala itu.
Persidangan berjalan dengan dinamikanya sendiri, dinamika sudah mulai terasa sewaktu pembahasan terbib sidang baru saja dimulai, dan sangat terasa ketika sidang komisi yang membahas rekomendasi internal, eksternal dan tata cara pemilihan imamah.
terjadi perdebatan konseptual (meminjam istilah idrus marham)antara peserta, kemanaPD PII Pasaman akan di arahkan 1 tahun yang akan datang.Masing-masing peserta mngajukan usul untuk kemajuan PII sebagai mata rantai perjuangan umat islam kedepan.
Pada akhirnya sidang memasuki sesi pemilihan imamah, Pada pemilihan imamah, prosesnya berjalan 3 sesi, pertama setiap peserta menuliskan nama-nama kandidat yang dianggap memenuhi kriteria (sebagiaman disusun oleh komisi C ) untuk duduk sebagai formatur PD PII Pasaman setelah itu nama-nama yang terpilih di screaning sesuai kreiteria yang telah ditetapkan untuk mendapatkan calon tetap.
Setelkah calon tetap didapat, maka selanjutnya peserta memilih 2 nama yang dianggap cocok untuk maju ke pemilihan berikutnya. 5 kandidat yang mendapat suara tertinggi di screaning untuk maju sebagai ketua formatur PD PII Pasaman, adapun yang terpilih sebagi formatur adalah : Nisa Umi Khairullana, Puput, fatma, iim, dan mega.
sedangkan yang terpilih sebagai ketua Umum PD PII pasaman periode 2009-2010 adalah Nisa Umi Khairullana, pelajar SMPN3 Lubuk Sikaping kelas 3.
Kegiatan ditutup dengan pelantikan dewan formatur oleh Utusan PW PII Sumbar Efri Yunaidi, mewakili ketua Umum sdr Aldi Sanusi.
Pada sesi penutupan,Kanda Irvan selaku perwakilan keluarga besar mengharapkan kepada Pengurus Baru yang terpilih untuk senantias meningkatkan kapasitas diri untuk tercapainya Pribadi yang MUSLIM, PEMIMPIN DAN CENDEKIA dan untuk menyongsong hari depan yang cerah.....


SEMANGAT, LA TAHZAN INNALLAHA MAANA>>

Kamis, 15 Januari 2009

"BRIGADE" BANGKIT DAN BERDIRI

Terlahir dari sebuah kesadaran
bangkit dan bergerak dari suatu ke iklasan
maju dan terus maju
berjuang dan terus berjuang

masa demi masa
generasi demi generasi
s'lalu terus berdiri
dan...
tak akan pernah mati

brigade...
brigade...
brigade...PII....

langkahmu terus melaju
semangatmu tak pernah redup
maju...
dan...
terus maju

brigade...
brigade...
brigade..PII

terus bergerak
gapai mimpi
kejar semua cita-cita..!
ter...ciptanya..
Izzul Islam wal muslimin!

brigade...
brigade...
brigade...PII

kibarkan benderamu..!
Rapatkan Barisanmu..!
Satukan Niat
Gapai... semua... cita-cita !

Allohuakbar....!

oleh Fasya Elhany.
Komandan Brigade Subang

Potret Buram Pelajar Indonesia

Tahun 2008, tahun penuh dengan kemurakan bagi pelajar Indonesia, kekerasan dan anakhisme menjadi salah satu topik hangat untuk didiskusikan ketika berbicara tentang pelajar Indonesia hari ini, hampir setiap bulan ada berita tentang tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar, baik dilakukan dengan teman-teman satu sekolah, antara kakak kelas dengan adik kelasnya, atau antar sekolah dengan perkelahian massa (baca : tawuran) yang terjadi hanya dengan alasan sepele yang berakibat jatuhnya korban
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pelajar diakhir tahun ini adalah di SMU 90 Jakarta, yang terekspos oleh media, (mungkin masih banyak tindakan kekerasan yang tidak terekspos). Tradisi tindak kekerasan yang terjadi di SMU 90 yang dilakukan oleh kakak kelas kepada adik kelasnya merupakan tradisi turun temurun, seperti yang ditemukan oleh komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) yang mengunjungin sekolah itu (Koran Tempo, 3 Desember 2008).
Menurut data dari Komnas PA sejak awal tahun 2008, setidaknya terdapat 1.500 kasus kekerasan terhadap, ini dapat yang terlaporkan masih banyak lagi kasus yang tidak terlaporkan, fenomena ini seperti gunung es. Sebagian kecil kasus kekerasan terjadi dilingkungan sekolah, seperti yang tersorot di Aceh, Berau, dan Lubuk Linggau.
Perilaku kekerasan dikalangan pelajar sudah sangat terorganisir dengan baik, organisasi itu berbentuk geng-geng atau kelompok-kelompok pelajar, seperti geng NERO di Jawa Tengah, dan geng sejenis yang ada dibeberapa wilayah. Geng ini dalam tindakannya suka menggunakan kekerasan fisik.
Budaya tindak kekerasan yang terjadi di pelajar bukanlah suatu hal yang datang secara begitu saja, banyak alasan yang dapat dikaitkan dengan tindakan tersebut, salah satunya adalah peran media elektronik melalui film atau sinetron yang menjadi tonton utama pelajar Indonesia hari ini, dimana film dan sinetron banyak yang menayangkan aksi-aksi kekerasan, sehingga menimbulkan sifat agresif pelajar yang sering menonton tayang-tayangan kekerasan itu sehingga mengakibatkan mereka untuk mencontoh atau melakukan apa yang ditayangkan di televisi.
Selain tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar, para pelajar pemakai narkotika pun lumayan banyak, menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) sekitar 1,5 persen dari seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 3,2 juta hingga 3,6 juta adalah pemakai narkoba, dari jumlah tersebut, 1,1 Juta pemakai narkoba adalah pelajar dan mahasiswa. Dari angka tersebut 15 ribu orang harus meregang nyawa setiap tahunnya. Tak kurang dari 78 persen korban yang tewas akibat narkoba merupakan anak muda berusia antara 19 s.d 21 tahun.
Pemakaian narkotika tidak hanya ditemukan di sekolah-sekolah tingkat atas tetapi juga ada kasus pemakaian narkoba dikalangan pelajar sekolah dasar. Awal mula pemakaian narkoba oleh pelajar biasanya dimulai dengan merokok, dimana membeli rokok sama seperti membeli permen bagi anak-anak, yang mana dijual bebas disemua warung tanpa ada larangan, sehingga apabila mereka sudah kecanduan dengan rokok seringkali timbul keinginan untuk mencoba yang lebih, yaitu mengkomsumsi narkotika dan zat aditif lainnya, baik jenis pil ataupun dengan ganja.
Perokok dikalangan pelajar setiap tahunya terus meningkat pesat, hal ini juga dengan gencarnya promosi, iklan dan produksi dari para produsen rokok, baik dalam maupun luar negeri, karena melihat pangsa pasar rokok di Indonesia sangat tinggi. Sehingga perlunya suatu sikap yang tegas oleh pemerintah untuk membatasi iklan dan promosi rokok dan kalau pemerintah serius terhadap nasib generasi muda yaitu dengan memberikan batasan umur bagi para penikmat rokok.
Selain potret diatas, satu lagi potret buram pelajar Indonesia hari ini yaitu perbuatan seks bebas. Seks bebas dikalangan pelajar dapat diketahui dengan banyaknya video porno yang pelakunya adalah para pelajar, video porno ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia hal ini mengindikasikan bahwa perilaku seks bebas di kalangan pelajar sudah menjadi perilaku yang sangat memperihatinkan bagi bangsa ini.
Perilaku seks bebas dikalangan pelajar sangatlah mungkin dipengaruhi oleh tayang-tayangan yang ditampilkan di televisi, atau mereka dipengaruhi dari CD porno yang dapat dengan mudah dibeli dengan harga yang cukup terjangkau oleh kantong pelajar. Semua ini dapat membentuk pemikiran pelajar untuk mencontoh apa yang mereka lihat dan saksikan secara terbuka.
Pelaku seks bebas tidak hanya dilakukan oleh pelajar disekolah tingkat atas akan tetapi juga dilakukan oleh pelajar di sekolah menengah. Apabila perilaku ini tidak segera dihentikan maka nasib bangsa ini akan mengalami keterpurukan yang sangat dalam dan bisa saja bangsa ini akan kembali terjajah secara fisik oleh negara lain, karena generasi mudanya sudah tidak peduli dengan nasib bangsa ini.
Potret buram pelajar Indonesia hari ini, tidak semuanya terjadi pada para pelajar, masih ada pelajar yang memiliki prestasi yang mengharumkan nama bangsa, seperti para pemenangan olimpiade-olimpiade dalam bidang Kimia, Biologi, Fisika dan Matematika atau mereka pelajar yang memiliki prestasi di bidang olahraga, tetapi jumlah mereka sangat sedikit dari jumlah pejalar secara keseluruhan.
Kenapa para pelajar tersebut dapat memperoleh prsetasi yang dapat mengharumkan nama bangsa di dunia internasional? Sudah pasti jawabannya adalah karena mereka memiliki pendidikan yang sangat luar biasa dan memadai untuk menunjang proses belajar, mereka tidak perlu lagi bersusah-susah karena semua buku mudah didapat di perpustakaan sekolah serta ketika mereka ingin mengadakan penelitian, laboratarium sekolah tersedia dengan baik.
Fasilitas-fasilitas tersebut tidak semua dapat dimiliki oleh pelajar Indonesia, masih sangat banyak pelajar harus belajar dialam terbuka karena sekolah mereka ambruk, ruang perpustakaan seperti gudang karena tidak layak untuk dijadikan tempat untuk mencari buku sebagai bahan rujukan dalam belajar, walaupun ada buku-buku itupun sudah ketinggalan zaman
Sekolah =penjara pelajar
Semua potret buram pelajar Indonesia hari ini dimulai dari sekolah, sekolah telah menjadi sebuah penjara besar yang memenjarakan pelajar, mereka tidak dapat berekspresi sesuai dengan apa yang mereka miliki, suatu perbuatan yang mereka lakukan berbeda dengan kebiasaan disekolah maka itu dianggap suatu kesalahan dan harus dihukum. Hukum yang diberikan membuat pelajar semangkin keras untuk melawannya karena memang jiwa pelajar sangat suka tantangan, hukuman dianggap suatu tantangan bukan suatu yang perlu ditakuti.
Sekolah sudah gagal dalam memberikan pendidikan yang memanusiakan seorang pelajar. Tindak kekerasan, pemakaian narkoba dan seks bebas yang dilakukan oleh pelajar merupakan bentuk kegagalan sekolah dalam mentrasfer nilai-nilai kehidupan kepada pelajar.
Kegagalan yang dilakukan sekolah tidak dipersalahkan kepada para pengelolah sekolah dan pejabat-pejabat negara yang membuat kebijakan dalam bidang pendidikan tetapi yang dipersalahkan adalah pelajar itu sendiri, mereka yang layak untuk mendapat hukuman, baik itu hukuman dalam bentuk sanksi disiplin dengan cara di skors sampai dengan dikeluarkan dari sekolah hingga ada pelajar yang dibawa ke muka pengadilan serta dijatuhi hukum pidana seperti seorang kriminal.
Seharusnya sekolah tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual saja tetapi juga membentuk kecerdasan dalam aspek emosional, spiritulitas dan sosial pada diri pelajar sehingga pelajar juga memiliki kemampuan untuk dapat berinteraksi sosial dengan dunia luar dan tidak terpenjara oleh belenggu sekolah.
Penulis adalah Ketua Bidang Pembinaan Masyarakat Pelajar (PMP) Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) Periode 2008- 2010
Artikel ini Pernah Dimuat Di http://www.hupelita .com/baca. php?id=61962