Komunitas Pembelajar

Pengurus Wilayah

Pelajar Islam Indonesia ( PII )

Sumatera Barat

Gedung Student Centre Jln.Gunung Pangilun Padang ( Depan MTsN Model Padang)

Search

Rabu, 28 Januari 2009

PII Dukung Fatwa merokok haram

Jakarta - Meski mendapat penolakan dari beberapa kalangan masyarakat, fatwa haram rokok yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia mendapat sambutan positif. Salah satunya dari Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII).

Berdasarkan rilis yang diterima detikcom, Selasa (27/1/2009), PII menjelaskan bahwa hampir 70 persen perokok di Indonesia adalah kalangan pemuda dan pelajar, baik di tingkat SMP maupun SMU. Bahkan seringkali ditemukan juga anak-anak SD yang telah merokok.

"Hal ini sangat memperihatinkan karena pemuda dan pelajar adalah generasi penerus bangsa. Apabila mereka sudah sakit-sakitan diakibatkan oleh rokok maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang lemah dan sangat mudah untuk dikendalikan oleh bangsa lain," ujar Ketua Umum PII Nasrullah.

Melihat hal ini, maka perlu adanya pencegahan akan bahaya rokok, salah satunya dengan larangan merokok atau fatwa haram untuk merokok bagi kalangan remaja dan anak-anak yang merupakan komsumen terbesar dari produk rokok.

"Sebagai organisasi pelajar yang peduli dan konsen akan nasib pelajar, dengan ini mendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang pengharaman merokok bagi anak-anak, remaja dan ibu hamil," jelasnya.

Menurut data dari WHO yang dikutip PII, setiap tahunnya hampir 4 Juta orang meninggal dunia karena kasus yang berhubungan dengan tembakau (rokok) dan sebagaian besar yang meninggal adalah kalangan remaja. (fiq/mok)

Pasaman Suksesi

Pasaman,24 januari 2009.
Suksesi, ya itulah kata yang tepat untuk menyatakan apa yang telah dilakukan oleh PD PII Pasaman, sabtu-minggu 24-25 januari 2009 yang lalu. di PII kita sebut dengan Konverensi daerah ( KONDA . Kegiatan ini berlangsung di mesjid Agung almuttaqin lubuk sikaping, pasaman.
konverensi ini dihadiri oleh para kader PII se pasaman sebagai peserta penuh dan juga dihadiri oleh PW PII Sumbar, dalam hal ini utusan PW PII SUmbar adalah Efri Yunaidi ( Kabid KPL )sebagai peninjau, juga dihadiri oleh Keluarga Besar KB PII Pasaman antara Lain : Kanda Irvan, kanda riki dan kanda fero.
selama kegiatan sidang dipimpin oleh presidium sidan terpilih yaitu, iim, diki dan mega. laiknya pimpinan sidanbg DPR mereka kala itu.
Persidangan berjalan dengan dinamikanya sendiri, dinamika sudah mulai terasa sewaktu pembahasan terbib sidang baru saja dimulai, dan sangat terasa ketika sidang komisi yang membahas rekomendasi internal, eksternal dan tata cara pemilihan imamah.
terjadi perdebatan konseptual (meminjam istilah idrus marham)antara peserta, kemanaPD PII Pasaman akan di arahkan 1 tahun yang akan datang.Masing-masing peserta mngajukan usul untuk kemajuan PII sebagai mata rantai perjuangan umat islam kedepan.
Pada akhirnya sidang memasuki sesi pemilihan imamah, Pada pemilihan imamah, prosesnya berjalan 3 sesi, pertama setiap peserta menuliskan nama-nama kandidat yang dianggap memenuhi kriteria (sebagiaman disusun oleh komisi C ) untuk duduk sebagai formatur PD PII Pasaman setelah itu nama-nama yang terpilih di screaning sesuai kreiteria yang telah ditetapkan untuk mendapatkan calon tetap.
Setelkah calon tetap didapat, maka selanjutnya peserta memilih 2 nama yang dianggap cocok untuk maju ke pemilihan berikutnya. 5 kandidat yang mendapat suara tertinggi di screaning untuk maju sebagai ketua formatur PD PII Pasaman, adapun yang terpilih sebagi formatur adalah : Nisa Umi Khairullana, Puput, fatma, iim, dan mega.
sedangkan yang terpilih sebagai ketua Umum PD PII pasaman periode 2009-2010 adalah Nisa Umi Khairullana, pelajar SMPN3 Lubuk Sikaping kelas 3.
Kegiatan ditutup dengan pelantikan dewan formatur oleh Utusan PW PII Sumbar Efri Yunaidi, mewakili ketua Umum sdr Aldi Sanusi.
Pada sesi penutupan,Kanda Irvan selaku perwakilan keluarga besar mengharapkan kepada Pengurus Baru yang terpilih untuk senantias meningkatkan kapasitas diri untuk tercapainya Pribadi yang MUSLIM, PEMIMPIN DAN CENDEKIA dan untuk menyongsong hari depan yang cerah.....


SEMANGAT, LA TAHZAN INNALLAHA MAANA>>

Kamis, 15 Januari 2009

"BRIGADE" BANGKIT DAN BERDIRI

Terlahir dari sebuah kesadaran
bangkit dan bergerak dari suatu ke iklasan
maju dan terus maju
berjuang dan terus berjuang

masa demi masa
generasi demi generasi
s'lalu terus berdiri
dan...
tak akan pernah mati

brigade...
brigade...
brigade...PII....

langkahmu terus melaju
semangatmu tak pernah redup
maju...
dan...
terus maju

brigade...
brigade...
brigade..PII

terus bergerak
gapai mimpi
kejar semua cita-cita..!
ter...ciptanya..
Izzul Islam wal muslimin!

brigade...
brigade...
brigade...PII

kibarkan benderamu..!
Rapatkan Barisanmu..!
Satukan Niat
Gapai... semua... cita-cita !

Allohuakbar....!

oleh Fasya Elhany.
Komandan Brigade Subang

Potret Buram Pelajar Indonesia

Tahun 2008, tahun penuh dengan kemurakan bagi pelajar Indonesia, kekerasan dan anakhisme menjadi salah satu topik hangat untuk didiskusikan ketika berbicara tentang pelajar Indonesia hari ini, hampir setiap bulan ada berita tentang tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar, baik dilakukan dengan teman-teman satu sekolah, antara kakak kelas dengan adik kelasnya, atau antar sekolah dengan perkelahian massa (baca : tawuran) yang terjadi hanya dengan alasan sepele yang berakibat jatuhnya korban
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pelajar diakhir tahun ini adalah di SMU 90 Jakarta, yang terekspos oleh media, (mungkin masih banyak tindakan kekerasan yang tidak terekspos). Tradisi tindak kekerasan yang terjadi di SMU 90 yang dilakukan oleh kakak kelas kepada adik kelasnya merupakan tradisi turun temurun, seperti yang ditemukan oleh komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) yang mengunjungin sekolah itu (Koran Tempo, 3 Desember 2008).
Menurut data dari Komnas PA sejak awal tahun 2008, setidaknya terdapat 1.500 kasus kekerasan terhadap, ini dapat yang terlaporkan masih banyak lagi kasus yang tidak terlaporkan, fenomena ini seperti gunung es. Sebagian kecil kasus kekerasan terjadi dilingkungan sekolah, seperti yang tersorot di Aceh, Berau, dan Lubuk Linggau.
Perilaku kekerasan dikalangan pelajar sudah sangat terorganisir dengan baik, organisasi itu berbentuk geng-geng atau kelompok-kelompok pelajar, seperti geng NERO di Jawa Tengah, dan geng sejenis yang ada dibeberapa wilayah. Geng ini dalam tindakannya suka menggunakan kekerasan fisik.
Budaya tindak kekerasan yang terjadi di pelajar bukanlah suatu hal yang datang secara begitu saja, banyak alasan yang dapat dikaitkan dengan tindakan tersebut, salah satunya adalah peran media elektronik melalui film atau sinetron yang menjadi tonton utama pelajar Indonesia hari ini, dimana film dan sinetron banyak yang menayangkan aksi-aksi kekerasan, sehingga menimbulkan sifat agresif pelajar yang sering menonton tayang-tayangan kekerasan itu sehingga mengakibatkan mereka untuk mencontoh atau melakukan apa yang ditayangkan di televisi.
Selain tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar, para pelajar pemakai narkotika pun lumayan banyak, menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) sekitar 1,5 persen dari seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 3,2 juta hingga 3,6 juta adalah pemakai narkoba, dari jumlah tersebut, 1,1 Juta pemakai narkoba adalah pelajar dan mahasiswa. Dari angka tersebut 15 ribu orang harus meregang nyawa setiap tahunnya. Tak kurang dari 78 persen korban yang tewas akibat narkoba merupakan anak muda berusia antara 19 s.d 21 tahun.
Pemakaian narkotika tidak hanya ditemukan di sekolah-sekolah tingkat atas tetapi juga ada kasus pemakaian narkoba dikalangan pelajar sekolah dasar. Awal mula pemakaian narkoba oleh pelajar biasanya dimulai dengan merokok, dimana membeli rokok sama seperti membeli permen bagi anak-anak, yang mana dijual bebas disemua warung tanpa ada larangan, sehingga apabila mereka sudah kecanduan dengan rokok seringkali timbul keinginan untuk mencoba yang lebih, yaitu mengkomsumsi narkotika dan zat aditif lainnya, baik jenis pil ataupun dengan ganja.
Perokok dikalangan pelajar setiap tahunya terus meningkat pesat, hal ini juga dengan gencarnya promosi, iklan dan produksi dari para produsen rokok, baik dalam maupun luar negeri, karena melihat pangsa pasar rokok di Indonesia sangat tinggi. Sehingga perlunya suatu sikap yang tegas oleh pemerintah untuk membatasi iklan dan promosi rokok dan kalau pemerintah serius terhadap nasib generasi muda yaitu dengan memberikan batasan umur bagi para penikmat rokok.
Selain potret diatas, satu lagi potret buram pelajar Indonesia hari ini yaitu perbuatan seks bebas. Seks bebas dikalangan pelajar dapat diketahui dengan banyaknya video porno yang pelakunya adalah para pelajar, video porno ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia hal ini mengindikasikan bahwa perilaku seks bebas di kalangan pelajar sudah menjadi perilaku yang sangat memperihatinkan bagi bangsa ini.
Perilaku seks bebas dikalangan pelajar sangatlah mungkin dipengaruhi oleh tayang-tayangan yang ditampilkan di televisi, atau mereka dipengaruhi dari CD porno yang dapat dengan mudah dibeli dengan harga yang cukup terjangkau oleh kantong pelajar. Semua ini dapat membentuk pemikiran pelajar untuk mencontoh apa yang mereka lihat dan saksikan secara terbuka.
Pelaku seks bebas tidak hanya dilakukan oleh pelajar disekolah tingkat atas akan tetapi juga dilakukan oleh pelajar di sekolah menengah. Apabila perilaku ini tidak segera dihentikan maka nasib bangsa ini akan mengalami keterpurukan yang sangat dalam dan bisa saja bangsa ini akan kembali terjajah secara fisik oleh negara lain, karena generasi mudanya sudah tidak peduli dengan nasib bangsa ini.
Potret buram pelajar Indonesia hari ini, tidak semuanya terjadi pada para pelajar, masih ada pelajar yang memiliki prestasi yang mengharumkan nama bangsa, seperti para pemenangan olimpiade-olimpiade dalam bidang Kimia, Biologi, Fisika dan Matematika atau mereka pelajar yang memiliki prestasi di bidang olahraga, tetapi jumlah mereka sangat sedikit dari jumlah pejalar secara keseluruhan.
Kenapa para pelajar tersebut dapat memperoleh prsetasi yang dapat mengharumkan nama bangsa di dunia internasional? Sudah pasti jawabannya adalah karena mereka memiliki pendidikan yang sangat luar biasa dan memadai untuk menunjang proses belajar, mereka tidak perlu lagi bersusah-susah karena semua buku mudah didapat di perpustakaan sekolah serta ketika mereka ingin mengadakan penelitian, laboratarium sekolah tersedia dengan baik.
Fasilitas-fasilitas tersebut tidak semua dapat dimiliki oleh pelajar Indonesia, masih sangat banyak pelajar harus belajar dialam terbuka karena sekolah mereka ambruk, ruang perpustakaan seperti gudang karena tidak layak untuk dijadikan tempat untuk mencari buku sebagai bahan rujukan dalam belajar, walaupun ada buku-buku itupun sudah ketinggalan zaman
Sekolah =penjara pelajar
Semua potret buram pelajar Indonesia hari ini dimulai dari sekolah, sekolah telah menjadi sebuah penjara besar yang memenjarakan pelajar, mereka tidak dapat berekspresi sesuai dengan apa yang mereka miliki, suatu perbuatan yang mereka lakukan berbeda dengan kebiasaan disekolah maka itu dianggap suatu kesalahan dan harus dihukum. Hukum yang diberikan membuat pelajar semangkin keras untuk melawannya karena memang jiwa pelajar sangat suka tantangan, hukuman dianggap suatu tantangan bukan suatu yang perlu ditakuti.
Sekolah sudah gagal dalam memberikan pendidikan yang memanusiakan seorang pelajar. Tindak kekerasan, pemakaian narkoba dan seks bebas yang dilakukan oleh pelajar merupakan bentuk kegagalan sekolah dalam mentrasfer nilai-nilai kehidupan kepada pelajar.
Kegagalan yang dilakukan sekolah tidak dipersalahkan kepada para pengelolah sekolah dan pejabat-pejabat negara yang membuat kebijakan dalam bidang pendidikan tetapi yang dipersalahkan adalah pelajar itu sendiri, mereka yang layak untuk mendapat hukuman, baik itu hukuman dalam bentuk sanksi disiplin dengan cara di skors sampai dengan dikeluarkan dari sekolah hingga ada pelajar yang dibawa ke muka pengadilan serta dijatuhi hukum pidana seperti seorang kriminal.
Seharusnya sekolah tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual saja tetapi juga membentuk kecerdasan dalam aspek emosional, spiritulitas dan sosial pada diri pelajar sehingga pelajar juga memiliki kemampuan untuk dapat berinteraksi sosial dengan dunia luar dan tidak terpenjara oleh belenggu sekolah.
Penulis adalah Ketua Bidang Pembinaan Masyarakat Pelajar (PMP) Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) Periode 2008- 2010
Artikel ini Pernah Dimuat Di http://www.hupelita .com/baca. php?id=61962