Posted by PII-SUMBAR on Rabu, Desember 21, 2011. - No comments
LATAR BELAKANG
PERGAULAN DAN KORUPSI
Globalisasi sebagai
kecenderungan transparansi tata pergaulan dan kerjasama dunia tidak mungkin kita hindari. Hal
tersebut akan mempertinggi tingkat keterpengaruhan dan interaksi budaya dan
perubahan dunia. Akulturasi budaya akan berlangsung secara lebih kompleks dan
rumit. Kebudayaan dan peradaban yang kuat dan memiliki nilai universal akan
terjaga eksistensinya dan sebaliknya kebudayaan dan peradaban yang lemah akan
hilang secara alamiah.
Konsumtivisme dan
hedonisme akhir-akhir ini semakin menguat dan memiliki kecenderungan untuk
semakin meluas pada masa yang akan datang. Tantangan ini tentunya harus
dihadapi secara serius agar kita bisa terhindar dari keserakahan dan kendali
hawa nafsu sebagai akibat perilaku konsumtivisme dan hedonisme. Sudah terlalu
banyak bukti sejarah yang menunjukkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan akan hilang
dan tergelincir karena manusia tidak mampu mengendalikan hawa nafsu dan
bertindak serakah.
LINGKUNGAN
HIDUP
WALHI mencatat lebih
dari 170 ribu hektar hutan lindung telah dialihfungsikan dalam tiga tahun
terakhir. lebih dari 80 persen diantaranya dilakukan secara ilegal dalam artian
tidak ada proses alih fungsi lahan sama sekali. Semuanya berjalan tanpa ada
upaya hukum sama sekali dari pemerintah. (walhi.or.id, 18/03/11)
Kelestarian
lingkungan sebagai nikmat dan anugrah dari Allah Swt. perlu dijaga dan
dipelihara. Lingkungan hidup merupakan satu keharmonisan kehidupan manusia dan
alam yang tak terpisahkan yang diatur untuk kesejahteraan bersama. Oleh karena
kedudukan manusia sebagai khalifah yang bertanggung jawab atas kelangsungan
hidup bersama tersebut, maka sudah selayaknya apabila manusia mempunyai peran
yang sangat menentukan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Ulah manusia
yang serakah dan tidak bermoralmenyebabkan manusia lainnya sengsara dan juga seluruh makhluk dan alam
sekitarnya.
NARKOBA
Kejahatan Narkoba
menjadi ancaman besar masyarakat dan generasi. Hal itu mengingat sangat
banyaknya orang yang terlibat. Di tahun 2006, menurut Kalakhar BNN kala itu,
Brigjen Pol dr Eddy Saparwoko, jumlah pengguna Narkoba di Indonesia
diperkirakan mencapai 3,2 Juta orang, terdiri atas 69% kelompok teratur pakai,
dan 31% merupakan kelompok pecandu; dimana laki-laki 79% dan perempuan 21%
(kapanlagi.com, 28/3/2006).
Buruknya budaya
hidup sehat dapat terlihat dari banyaknya aktifitas masyarakat yang rentan
terhadap penyakit serta lingkungan yang tidak sehat. Padahal kesehatan fisik
amat mendukung bagi aktualisasi diri seseorang. Nabi Saw. Sendiri mengingatkan
bahwa muslim yang kuat lebih baik dari muslim yang lemah. Kuat di sinidisamping kuat secara psikologis juga kuat
dan sehat secara fisik. Lingkungan yang tidak sehat juga mempengaruhi kesehatan
diri. Untuk menciptakan kesehatan diri dan masyarakat perlu diciptakan budaya
hidup sehat, tindakan preventif, menjaga dan menjamin kebugaran diri serta
penjagaan dan pemenuhan gizi.
WAWASAN DAN AKHLAK
Ketertinggalan dalam
wawasan iptek dan kebodohan menyebabkan kita kehilangan akses terhadap
peluang-peluang dan kesempatan-kesempatan dan kemudahan yang ditawarkan oleh
kemajuan ilmu dan teknologi. Ini berdampak pada rendahnya kinerja dan
produktivitas individu dan masyarakat. Rendahnya minat baca tulis menyebabkan
buruk dan rendahnya tradisi dan prestasi ilmiah seseorang dan masyarakat. Itu
lebih jauh akan menjadikan seseorang lemah dalam kemampuan memahami
(konseptualisasi) sumber-sumber ajaran, memahami dan menyikapi realitas empirik
secara arif, dengan pendekatan keilmuan yang kritis, obyektif dan sistematis.
Krisis spiritual dan
dekadensi moral menyebabkan seseorang kehilangan kendali ketika harus mengambil
keputusan dan sikap, sehingga perilakunya tidak terkontrol. Penyimpangan aqidah
berdampak pada semakin jauhnya seseorang dari hakikat dan misi penciptaan manusia
sebagai hamba (Abdullah) dan wakil Allah SWT. (Khalifatullah). Krisis identitas
menjadikan seseorang tidak memiliki konsep dan citra diri yang berdampak pada
kesulitan untuk mengambil keputusan dan menentukan sikap. Kesulitan bertindak
dalam rangka aktualisasi diri. Kondisi seperti ini menjadikan seseorang tidak
bisa mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk menunjang tugas-tugas
kehidupan, dan tidak mampu menyikapi dan mengatasi problem-problem diri dan
masyarakat. Sehingga kehadirannya cenderung menjadi beban sosial, bukan
dinantikan oleh masyarakat sekitarnya.
Di latar belakangi
dari semua hal di atas kami Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Sumatera
Barat bekerjasama dengan Komunitas SKY, ingin mengajak generasi muda khususnya
pelajar di sumatera barat untuk menyalurkan kepeduliannya terhadap kondisi
bangsa kita hari ini. Kepedulian
terhadap konsep diri dalam hidup, kepedulian terhadap kehidupan
sosial masyarakat dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Semuanya terangkum dalam tema kegiatan ini,
“Green Your
Self, Your Society, and Your World”.
Untuk itulah kami dari panitia pelaksana
mengadakan kegiatan Kompetisi Kreativitas Pelajar. Kompetisi tingkat pelajar
yang melihat sejauh mana kreativitas pelajar dalam memberikan solusi dari
persoalan-persoalan yang telah kita kemukakan sebelumnya. Ide itu disampaikan
dalam bentuk tulisan. Pelajar bebas mengekspresikan idenya dalam bentuk tulisan
apa saja sesuai kategori berikut. Seperti: Artikel, Cerpen,
dan Puisi.
Kegiatan yang akan kami
laksanakan ini adalah:
KERTAS
“Kompetisi
Kreativitas Pelajar, Sky”
Pelajar se
- Sumatera Barat
Ketentuan Kompetisi Kreatif Pelajar, SKY (KERTAS)
1.Peserta
merupakan pelajar SMP-SMA/sederajat.
2.Kompetisi
ini bersifat perorangan (Individu).
3.Karya
yang dilombakan belum pernah diterbitkan dalam bentuk buku, dan dipublikasikan
lewat media cetak atau elektronik, serta tidak sedang diikutkan dalam
kompetisi, lomba atau kegiatan serupa lainnya.
4.Karya
yang diikutsertakan bukan saduran, terjemahan, plagiat atau pun murni
menjiplak, baik sebagian maupun keseluruhan, dari naskah yang telah ada
sebelumnya.
5.Tiap
peserta hanya diperbolehkan mengirimkan satu karya untuk masing-masing
kategori.
6.Peserta
melampirkan Biodata singkat yang dilengkapi dengan Nomor Telepon/HP dan alamat
email aktif (dilampirkan bersama naskah cerpen/puisi/artikel).
10.Dan
dikirim ke email: sky.redaksi@yahoo.com dengan subject: Kertas (kategori
yang diikuti).
11.Peserta
wajib mengirimkan sms konfirmasi ke nomor: 085763524024/085767766725 dengan
format REG_(kategori yang diikuti)_nama_email.
12.Karya
diterima selambat-lambatnya tanggal 22 Februari 2012 pukul 23.59 WIB. Bagi yang
mengirimkan karya lewat dari batas waktu yang ditentukan tidak diterima oleh
panitia lomba.
13.Peserta
tidak dipungut biaya apapun.
14.Pemenang
akan diumumkan melalui website: inioke.com dan
WebBlog: www.pii-sumbar.blogspot.com pada
akhir Februari 2012. Setiap pemenang akan memperoleh tabanas+sertifikat dan akan
diundang untuk menghadiri acara seminar jurnalistik dan launching majalah SKY.
Posted by PII-SUMBAR on Sabtu, November 19, 2011. - No comments
Bismillahirrahmanirrahim
Pada
reportase ta’lim ali kali ini ,kita bukan hendak mencoba berbicara
menyoal konsep struktural seperti apa kebangkitan islam itu nantinya dan
bukan pula membahas kerangka atau pokok-pokok aqidah untuk menyatukan
umat ini pada salah satu main stream agama islam. Namun bagaimana
nantinya ikatan aqidah yang kita coba resapi ini punya implikasi kepada
semangat rasa yang mampu mendobrak benteng yang kokoh, menempuh jarak
yang seluas bumi,menyelami samudera terdalam dan menyibak rimba yang
gelap gulita untuk menyatukan umat ini dimanapun, kapanpun dan dalam
keadaan apapun saja.
Sebagaimana kita ketahui Islam datang
kepada seluruh manusia tanpa melihat status, kedudukan, ras, suku,
etnis begitu juga kepada mereka yang telah beragama yang tetap
merindukan kebenaran. Islam mengajarkan manusia hanya ada
satu jalinan hakiki yang mengikat manusia dengan Tuhannya dan semua
manusia sama dimana Tuhannya. Oleh karena itu tidak ada
yang mampu memberi jarak antara muslim yang satu dengan muslim yang
lainnya, meskipun berada di belahan bumi manapun bahkan planet sekalipun
begitu juga status dan kedudukannya. Semua muslim adalah
sama karena ikatan akidahnya, dan berarti juga bahwa akidahlah yang
menjadi sebab terikatnya persaudaraan antar sesama muslim.
Akibatnya, menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk saling mencintai,
tolong menolong, saling memberi, saling menguatkan, dan
nasehat-menasehati dalam menapaki realita kehidupan di dunia ini agar
menjadi lebih baik dan semakin lebih baik serta bersatu padu menegakkan
risalah yang mulia.
Beginilah seharusnya kita memahami akidah yang
mampu menjadi ruh, motivator dan tiang dalam membangun eksistensi umat
muslim dan umat manusia seluruhnya menuju kehidupan rahmatan lil’alamin.
Tidaklah berarti al-quran yang kita baca, shalat yang kita dirikan,
puasa yang kita tunaikan selama ini hanyalah menjadi aktivitas kosong
yang tidak menyentuh realita, peristiwa dan tidak membangun kehidupan
yang riil untuk lebih baik bagi umat islam itu sendiri, dan umat
manusia sepenuhnya.
Dalam perjalanannya sering kita
menghadapi gejala-gejala penyakit yang semakin
melemahkan kita dan bahkan mempertemukan kita pada penyakit yang
sesungguhnya. Maksudnya, sering kali ikatan-ikatan lain yang sebenarnya
juga dapat memusababkan suatu hubungan antar manusia dengan sesamanya
seperti halnya nasab, suku, status ,kedudukan, etnis, ras, dan lain-lain
sebagaimana yang kita singgung sebelumnya menjadi penyebab
merenggangnya atau mempersempit ruang hidup ikatan yang kita miliki
tersebut yaitu “ikatan akidah” sehingga pada akhirnya juga
akidah itu sendiri menjadi binasa karena tidak pernah dibina. Misalnya
kita hanya peduli dengan saudara sesama muslim kita lantaran dia satu
nasab dengan kita , lantaran memiliki status yang sama, lantaran
memiliki ras yang sama dengan ras kita. Padahal ikatan-ikatan demikian
bukanlah jaminan akan keselamatan seseorang terhadap akidah yang ia
miliki dan terhadap hidup yang akan ia jalani. Sebagai contoh: kita
dapat mentadaburi kisah yang diceritakan Al-quran dalam surah hud ayat
36-47 , dimana di ceritakan kisah nabi Nuh yang di suruh oleh Allah
untuk membuat sebuah BAHTERA untuk menyelamatkan kaumnya dari AIR BAH
yang akan melanda negerinya suatu saat nanti, namun ketika peristiwa itu
terjadi nabi Nuh tidak mampu membuat anaknya sendiri menjadi bagian
dari kaumnya dan pada akhirnya anaknya tersebut tidak selamat dari
bencana tersebut, bahkan Nuh pun meratap kepada Allah untuk tetap
diselamatkan anaknya namun itu sudah ketetapan Allah. Kemudian coba kita
baca Al-quran surrah maryam ayat 41-45, lagi-lagi kita mendapatkan
ibrah yang sama di mana nabi Ibrahim tidak mampu menyelamatkan ayahnya
dari kebodohon dan kecongkakkanya_yang mana dia sendiri membuat
berhala-berhala untuk disembahnya sendiri dan disembah kaumnya. Begitu
juga dengan bagaimana dengan nabi Muhammad sendiri tidak mampu
menyelamatkan sang paman (Abi Thalib) dari kekafirannya. Itu semua
merupakan pelajaran yang mempertegas bahwasanya ikatan nasab bukanlah
jaminan terhadap keselamatan ikatan akidah, begitu juga dengan ikatan
seperti suku, ras, kedudukan dan sebagainya yang juga bukan menjadi
jaminan terhadap ikatan akidah.
Namun tidaklah silap
kita bahwasanya masih ada sebenarnya ikatan-ikatan lain yang juga
merupakan gejala penyakit yang tidak boleh di anggap enteng karena
gejala tersebut dapat dikatakan memiliki tingkatan yang lebih tinggi
dari gejala-gejala penyakit yang kita singgung sebelumnya. Ya.. kita
akan dihadapkan dengan suatu ikatan yang disebut dengan IDEOLOGI. Berbicara ideology tentu kita akan mendapati beberapa dari
contohnya atau bentuknya seperti Marxisme, Sosialisme, Kapitalisme,
Humanisme, Feminimisme, Nasionalisme dan lain-lain sebagainya. Dan untuk
menguraikan satu-satu persatu dari ideology tersebut tentu tidaklah
cukup untuk tulisan kita yang singkat ini. Tetapi notabenenya
ideology-ideology semacam itu begitu membius bagi umat manusia dan tak
luput umat muslim didalamnya, seolah-olah teory-teory yang mendasarinya
begitu menjanjikan untuk perbaikan di dunia ini dan seolah-olah juga
seperti harga mati untuk tidak disandingkan dengan ikatatan lain,
termasuk juga ikatan akidah yang menjadi buhul bagi umat islam terhadap
tuhannya dan terhadap sesamanya.
Baiklah untuk
menyederhanakan tulisan ini yang perlu kita pertegas adalah ikatan
agama ini (islam) bukan ikatan darah , nasab, tanah air, bangsa, dan
bukan ikatan kaum maupun ikatan ras. Sebagai konsekwensi logis dari
berdirinya sebuah masyarakat atas landasan akidah_dan tidak berdiri ia
di atas unsure-unsur paksaan lainnya_ia mendirikan sebuah komunitas
kemanusiaan yang universal. Komunitas ini tidak boleh di hadang oleh
penghadang apapun, siapapun dan batasan-batasan yang di buat-buat
lainnya. Dan perlu kita yakini sebagaimana Allah mengatakan dalam surrah
Ali Imran : 110.
”Kamu adalah umat terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
dari yang mungkin dan beriman kepada allah..(QS. Ali imran :110).
Catt
: reportase ta’lim ali ini merupakan kajian yang mencoba memahami pesan
di balik tulisan sayyid quthb dalam bukunya ma’alim Fii Thariiq dan
buku Aku Wariskan kepada kalian.
Reportase ta’lim ali
ke-5
Ta’lim ali pada hari kamis tertanggal 03 November 2011 di
Markas Dakwah PW PII Sumatera Barat dengan Peserta Ta’lim:
Posted by PII-SUMBAR on Jumat, November 18, 2011. - No comments
Sungguh mengagumkan bila menjadi pribadi yang berbeda dari yang lain. Inilah salah satu orangnya, Muhaddits wanita yang apabila dengan izin Allah beliau tidak ada, mungkin kitab Shahih Bukhari tidak kita temukan seperti yang sekarang ini. hmm, seberapa besar andil beliau ini??
Menurut Syaikh Abdul Fattah, beliau adalah seorang wanita mulia dan ahli hadits yang sempurna, Karimah binti Ahmad bin Muhammad bin Hatim al-Marwaziyyah. Beliau bergelar Ummul Kiram dan Siti al-Kiram. Lahir di Marwa tahun 365 H. dianggap memiliki otoritas terbaik atas kitab hadits Sahih Al Bukhari. Al Khatib Al Baghdadi dan Al Humaidi adalah sebagian dari murid-muridnya. Disebutkan pula, diantara para imam yang belajar shahih Bukhori kepadanya adalah Hafizd Abu Bakar Al-Khatib dan Abu Thalib al Husain ibnu Muhammad Zainabi.
Banyak pujian yg dilontarkan untuk beliau. Bahkan Beliau diibaratkan sebagai tiang tengah penyangga hadis-hadis nabi.Leluasan ilmu dan penguasaannya terhadap hadis tidak diragukan lagi, sehingga para ulama besar rela berdesak-desakkan untuk menghadiri majlisnya, demi mendengarkan untaian-untaian hadisnya.
Para ulama mengakui keutamaan dan keteladannya sebagai orang yang pertama kali mengajarkan kitab sahih bukhori secra utuh, tuntas dan menyeluruh. Sehingga abu Dzar, seorang ulama hdis dari kota Harrah, berwasiat kepada murid-murid agar tidak belajar kitab Shahih Bukhari kecuali kepadanya.
Dan lagi-lagi, diberi penghargaan oleh seorang ulama besar, subhanallah.... Dalam kitab al-siyar, Ad Dzahabi menggambarkan karakternya sebagai berikut :
Wanita agung, ahli ilmu dan mempunyai sanad hadis yang derajtnya tinggi..Mempelajari shahih Bukhari dari jalur Abu Haitsam al Kusymihani, Dzahir Ibnu Ahmad as –Sarkhasi dan Abdullah ibnu Yusuf ibnu Bamuwaih As-Ashbahani. Tingkat pemahaman dan pengetahuannya di atas rata-rata semakin kuat dipadu dengan kebaikan pekerti dan ketekunannya beribadah.
Bukan hanya itu, Karimah adalah muhaddits yg teliti lagi tegas. Nah, tentang hal ini Imam Abu Ghanaim berkata : Suatu kali Karimah menyodorkan redaksi Shahih Bukhori kepadaku, dan aku menyalinnya sesuai dengan redaksinya. Ketika menyelesaikan tujuh bundel, aku membacanya di hadapannya. Selanjutnya aku bermaksud menyalinnnya sendiri tanpa harus membaca di hadapannya. Dan ketika aku utarakan keinginanku kepadanya, ia menjawab “Tidak bisa, kamu harus memeriksakannya kepadaku. Lalu aku selalu memberikan salinanku kepadanya.
Hm, beliau wafat di Makkah tahun 463 H. Semoga Allah merahmati beliau. Al-Hafizh ibnul Jauzi menyebutkan biografinya dalam kitab al-Muntazhim, VIII : 270, tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada tahun 463 H. Ibnul Jauzi menuturkan, “Pada tahun tersebut, telah wafat Karimah binti Ahmad bin Muhammad bin Abi Hatim al-Marwaziyyah. Beliau adalah salah seorang penduduk Kusymihan, sebuah perkampungan di Marwa. Beliau adalah seorang wanita ahli ilmu nan shalihah. Beliau belajar hadits Dari Abu al-Haitsam al-Kusymahani dan yang lainnya. Ada sejumlah imam yang belajar darinya, di antaranya adalah al-Khatib, Ibnu al-Muhthalib, As-Sam`ani dan Abu Thalib Az-Zainabi.”
Al-Hafizh Dzahabi juga berkata dalam kitab al-I`bar III : 254, tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada tahun 463 H, “Pada tahun tersebut, Karimah binti Ahmad bin Muhammad bin Hatim, Ummul Kiram al-Marwaziyyah yang tinggal di Makkah meninggal dunia. Ia meriwayatkan kitab Shahihul Bukhari dari al-Kusymihani. Beliau juga meriwayatkan hadits dari Zahir As-Sarakhsi. Beliau memiliki tulisan yang bagus dan salinannya banyak diterima orang. Beliau memiliki pemahaman dan kecerdasan yang menonjol. Beliau tidak pernah menikah sama sekali. Ada yang mengatakan bahwa beliau berusia 100 tahun. Dan banyak orang yang belajar darinya.”
Satu lagi yg unik dari beliau adalah Karimah al-Marwaziyyah salah satu dari ulama yang tidak menikah. Seperti Ibn Taimiyyah, Imam an-Nawawi, dan yang lainnya. Tapi, mereka sama sekali tidak bermaksud untuk menganjurkan meninggalkan sunnah tersebut, yaitu pernikahan. Sebab, menurut hemat penulis mereka juga memahami hal tersebut. Hal ini dikarenakan beliau sangat cinta dengan ilmu sehingga sibuk untuk melibatkan diri dalam perjuangan-perjuangan keilmuan.
Hal yang cukup unik dan langka untuk saat ini. meskipun Allah menyatakan “Ar-rijal qawwamuuna ‘alan nisa’ “ tapi untuk hal ini, akhwat bukan harus mengalah. Dan satu lagi yang menarik, para ulama yang belajar pada beliau-Karimah-tidak sungkan belajar pada seorang wanita. Karena untuk ilmu dan niat ibadah kepada Allah, seseorang berhak belajar pada siapa saja.
Semoga kita termasuk orang2 yang berfastabiqul khairat dan dimudahkan oleh Allah dalam menuntut ilmu, khususnya ilmu agama. Sehingga bisa menunaikan amanah liyuzhirud din di masa yang akan datang.
Posted by PII-SUMBAR on Kamis, November 17, 2011. - 1 comment
“Pelajar yang Mesti lebih Belajar”
Bidang Kemitraan Pelajar & Lembaga
Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Sumatera Barat 2011-2013
Kata-kata Pelajar bukanlah sebuah kata asing bagi kita semua (bahkan masyarakat awam sekalipun). Mulai dari defenisi paling sederhana yang diberikan, bahwa pelajar adalah sekelompok anak-anak yang belajar di sekolah formal mulai dari TK sampai SMA. Pelajar adalah komunitas anak yang identik dengan buku. Atau pelajar adalah sekelompok anak-anak yang masih berseragam warna-warni, dari merah putih, putih dongker hingga putih abu-abu. Namun, sesederhana itukah arti Pelajar? Kita lihat Dalam Falsafah Gerakkan Pelajar Islam Indonesia (PII; organisasi Pelajar Islam tertua di Indonesia) dijelaskan makna strategis pelajar. Petama, pelajar merupakan representasi dari lapisan sosial yang berjumlah massa sangat besar. Oleh karena jumlahnya yang begitu besar, keberadaan pelajar harus menjadi realitas yang diperhitungkan dalam pengambilan kebijakan sosial (public policy making) dibidang-bidang terkait. Kedua, pelajar merupakan gambaran dari generasi pemimpin umat dan bangsa pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, keyakinan terhadap adanya keniscayaan alih generasi pada masa yang akan datang akan selalu melibatkan pelajar sebagai salah satu komponen terpenting di dalamnya.
Maksudnya, esensi pelajar adalah tidak saja bermakna secara sosial, tetapi juga berkonotasi politis. Pelajar adalah komunitas yang eksistensinya terkait dengan proses belajar dan masuk dalam metamorfosa dunia pendidikan. Sedangkan Secara politis, keberadaanya merupakan representasi dari komunitas yang terdidik dan relatif berperadaban. Sehingga, tuntutan peranan untuk melakukan sebuah perubahan kearah yang lebih baik merupakan sebuah keniscayaan bagi komunitas pelajar yang sudah terlanjur mendapat label baik dari lingkungannya., sebagai kaum intelektual, urang cadiak pandai di ranah minang, yang mangarati sopan jo santun, dan sebagainya label yang diberikan untuk pelajar...tapi labeling itu telah berubah...pelajar hari ini lebih dikenal masyarakat sebagai kelompok pembuat onar, tawuran, kerusuhan dan berbagai sikap negatif lainnya, meskipun sejatinya tak semua pelajar menjadi pelakunya...
Kenapa kemudian perubahan label itu terjadi? Satu hal yang mesti diingat oleh pelajar, bahwa Sungguhpun berusia relatif sangat muda, pelajar bukanlah anak-anak; yang dalam bahasa kebanyakan sering dikesankan sebagai komunitas yang belum cukup dewasa. Oleh karena itu, kata-kata “pelajar” dengan “anak-anak” perlu didekonstruksi. Kita tidak ingin, kalau kemudian jebakkan kata anak-anak ternyata membuat pelajar merasa tidak memiliki beban apa-apa terhadap permasalahan yang melanda dunia mereka, dunia pendidikan. Dalam otak mereka sudah terprogram dengan baik bahwa mereka karena masih pelajar artinya masih anak-anak belum memiliki tanggung jawab terhadap lingkungannya. Yang mereka tahu bahwa kitalah (baca; Pelajar ) yang menjadi tanggung jawab mereka. Disamping itu, saya juga sedikit memperluas defenisi pelajar, bahwa pelajar tidak kemudian hanya orang-orang yang duduk di bangku sekolah saja, tapi mahasiswa atau masyarakat lainya yang sedang menempuh pendidikan juga merupakan pelajar. Jadi secara umumnya pelajar itu adalah orang-orang yang masih melakukan aktivitas belajar, menuntut ilmu baik melalui lembaga formal ataupun non formal.
Sebagai seorang intelektual, tugas dan prioritas seorang Pelajar memang untuk belajar dalam lingkup akademik baik di sekolah meraka, di perguruan tinggi atau tempat dimana mereka menuntut ilmu. Namun posisi yang diemban oleh pelajar sebagai seorang intelektual muda tersebut, juga mempunyai tanggung jawab yang tidak dapat diabaikan untuk dapat turut berpartisipasi aktif dalam menggerakkan dan menggagas perubahan dalam dunia sosialnya (Eko Prasetyo, jadilah intelektual progresif. 2007). Pelajar mesti belajar lebih banyak belajar lagi agar bisa memainkan perannya sebagi intelektual muda. Soe Hok Gie mengatakan “ Kaum pembelajar (Pelajar) sebagai intelektual muda harus bisa menciptakan sesuatu yang baru, untuk mengatasi keberlangsungan kehidupan masyarakat, bukan malah sebaliknya menjadi sampah masyarakat…”.
Sebagaimana yang juga disepakati oleh banyak kalangan pembelajar, sebagai seorang intelektual maka sebuah keniscayaan bagi seorang Pelajar untuk bersikap progresif. Progresif merupakan sikap yang tanggap, aktif, dan partisipatif dalam menyikapi setiap realitas disekitarnya (Eko Prasetyo, 2007), bukan malah apatis (tidak mau peduli) karena hal ini akan membawa pelajar menjawab tantangan kedepan menuju cita – cita bangsa.
Namun realitas yang terjadi saat ini, disaat semua fasilitas sudah tersedia, laju informasi yang pesat serta beragam kemudahan teknologi lainnya ternyata justru semakin melemahkan daya kritis dan gerak progresif Pelajar. Pelajar semakin manja dan bersikap apatis terhadap kehidupan sekitarnya. Kemajuan-kemajuan yang ada menanggalkan peran progresif kaum intelektual. Peran yang nyatanya ditelan oleh rendahnya kepedulian dan pengetahuan. Kepedulian tidak tertanam kuat karena watak kelas yang semakin memanjakan. Watak yang tidak tahan derita dan penuh dengan keinginan akan kemapanan. Cerminan tersebut nampak nyata dalam kehidupan para pelajar.
Untuk melihat root of problemnya, sebenarnya sederhana saja, Pelajar hanya tidak Menjalankan tugas utamanya, yang telah penulis sebutkan sebelumnya yaitu belajar yang lebih lagi. Karena realitas yang kita lihat, bukannya pelajar saat ini tidak lagi belajar, tapi belajar dalam ranah yang sangat sempit seperti hanya pada ranah akademis saja, sehingga hal-hal krusial lain dalam kehidupan social dan beragama menjadi sedikit terlupakan. Padahal, nyata dalam Falsafah kehidupan minang kabau, bahwa alam takambang jadi guru. Ini mensinyalir kepada kita semua bahwa kita mesti belajar lebih dari apa yang ada di hadapan kita. Falsafah ini Selayaknya jadi jargon kehidupan kita semua kaum pembelajar. Pelajar yang mesti belajar lebih.
Selamat hari Pelajar se Dunia. International students Day’s, 17 November 2011
Posted by PII-SUMBAR on Rabu, November 16, 2011. - No comments
Reportase ta'lim wustha ke- 2 & 3.
mu'alim: kanda Riski Fadli, Fikry Asyhary,
muta'lim: Nurhalimah, Hisna Humairah, Riski Velqi dan Tareq Albana.
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah KEADAAN yg ada pada diri mereka sendiri" (QS Ar-ra'du:11)
Jika kita merujuk kepada penafsirannya yang dimaksud dengan KEADAAN pada ayat di atas yaitu: Allah tidak akan merubah keadaan mereka, selama mereka tidak mengubah sebab2 kemunduran mereka.
tatkala dalam kehidupan ini ada masanya terkadang kita begitu bersemangat, tetapi terkadang kita tidak bergairah. terkadang kita begitu giat & terkadang begitu malas. Terkadang kita bergerak cepat & terkadang bergerak lambat.Terkadang kita begitu menggebu-gebu dalam beribadah tetapi dilain hal semangat kita menjadi layu.
Semuanya pasti pernah merasakan hal yg demikian. Yang menjadi pertanyaanya sekarang, akankah kita biarkan diri ini hidup tanpa gairah, selalu malas, bergerak begitu lambat & terkadang menjadi jiwa2 yg layu?????
tentu tidak!!! sebagai generasi muda yang beriman, berkecimpung serta berusaha untuk selalu berlari mengejar ilmu kita tidak akan rela membiarakan diri kita TERJATUH KEDALAM JURANG KEMUNDURAN SETIAP SAAT. Sebagai hamba2 yang yakin dengan petunjuk Allah serta balasan yang ia janjikan, kita akan selalu tetap berusaha melakukan PERUBAHAN.
"Allah akan mengangkat derjat orang2 yang beriman di antara kamu dan orang2 yang berilmu berapa derjat" (QS: Al-Mujadalah: 11)
BER-IMANLAH SERTA BER-ILMULAH !!!!!!!
Sebagai genersi muda bersegeralah untuk melakukan perubahan yang disertai dengan percepatan, sehingga Allah pun akan bersegera merubah keadaan kita.
Formulasi 3 M untuk perubahan besar:
1. Mulailah dari diri sendiri (ibdak binafsih)
2. Mulailah dari hal yang terkecil
3. mulailah dari sekarang
2 cara untuk menjadi generasi yang unggul:
1. lakukanlah percepatan
2. masuklah ke dalam sistem
Semoga kita menjadi generasi yang unggul, mampu dengan segera melakukan perubahan besar baik dari segi keimanan dan ketakwaan.
Ironisnya, saat ini kita hanya masih memikirkan diri sendiri tanpa peduli dengan lingkungan sekitar. hingga saat ini kita belum sadar pada dasarnya kita masih berjalan pincang dengan ketakwaan dan kesholehan kita. di satu sisi kita memiliki kesolehan personal yang tinggi kpda Allah, sementara di sisilain hak2 sosial dalam diri kita masih sering kita acuhkan. atau sebaliknya, kesolehan sosial berada pada prioritas tertinggi sementara kesalehan personal diacuhakan. secara tidak langsung kita sudah melakukan dikotomi terhadap kesolehan, seolah2 kesolehan itu terbagi 2.akan tetapi keduanya merupakan suatu yang saling terikat dan menyatu.
"Nabi pernah bersabda: "sampaikanlah ajaran2ku walau hanya 1 ayat"
ingatlah!!! kita tdk di tuntut menjadi seorang ulama.. satu ayat saja, tdk lebih dan tdk kurang. mengapa kita tdk mengajak org shalat? mengapa tdk mengajak org lain untk belajar shalat? mengapa kita pergi ke pengajian sendirian? dimana pengaruh kita terhadap org d sekeliling kita? apakah kita punya tanggung jawab da'wah? jika bukan kita yang bertanggung jawb dalam misi da'wah ini, lalu siapa lagi? sudahkah tugas da'wah ini menjadi perhatian kita?
apakah kita tidak gelisah melihat saudara kita sendiri tidak menutup aurat? apakah kita tidak tergerak untuk mengajak keluarga kita keluar dari kesyirikan? apakah kita tidak kasihan melihat saudara2 kita yang dengan musahnya berganti keyakinan demi sesuap nasi untuk menyambung hidup mereka? apakah kita pernah membayangkan perasaan saudara2 kita yang terzhalimi? apakah kita tidak tergerak mengajak orang2 kafir untuk masuk islam?
Ingatlah saudaraku, pada hakikatnya kita ini semua bersaudara. Sejauh ini, mungkin pernah terbesit dlm fikiran kita," kan masih banyak orang lain yang akan mrnjalankan misi ini, sudah tidak sanggup rasanya u melanjutkan perjuangan ini "capek" dan banyak lagi alasan2 kita yang lainnya... mari kita pahami ma'na da'wah itu kembali. setiap nabi dan rasul pada umumnya mengemban misi da'wahnya bertahun2. butuh kesabaran, ketabahan & kerja keras dalam menunaikan tugasnya, tidak sedikit hambatan dan rintangan serta siksaan yang di perolehnya.
saudaraku sungguh kita hanyalah hamba2 yang belum dapat melakukan hal yg cukup berarti bagi agama ini, ingat nabi nuh beliau berda'wah selama 1000 thn, nabi muhammad selama 23 thn dan banyak lagi nabi2 lainnya yang berjuang untuk mengajak umatnya untuk menyembah Allah.. ketabahan mereka sungguh sangat luarbiasa meski dihina, dicaci dll, namun mereka tetap menjalankan misi da'wah ini....
"Dari Abu hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: barang siapa yang mengajak kepada kebaikan dia akan memperoleh pahala atas perbuatan baiknya itu serta pahala orang yang mengikutinya & melaksanakan kebaikan dengan tanpa sikurangi sedikitpun"
wahai para generasi muda islam misi da'wah sungguh menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengajak orang lain taat beribadah kepada Allah terutama diri sendiri. kita harus yakin dan percaya, mari kita belajar mulai sekarang dan jangan katakan "saya takut dan saya tidak tahu".....
jika dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya jiwa2 yang sholeh itu idealnya adalah jiwa2 yang sholeh personal & shaleh sosial...
Posted by PII-SUMBAR on Minggu, April 17, 2011. - 1 comment
a. Siapkan mentalmu……
Mental itu perlu disiapkan supaya kalian siap dan tenang juga tidak mengalami stress dalam menghadapi UAN. Salah satu caranya adalah dengan banyak berdo’a, rajin beribadah dan mendekatkan diri pada pencipta kita Allah swt.
b. Siapkan pula fisikmu………
Menjaga kondisi tetap fit pada saat ujian sangatlah penting. Tips penting yaitu, jaga pola makan, meskipun belajar yang giat tapi jangan lupa makan yang teratur ya. Jangan begadang supaya ketika bangun pagi tetap fresh dan semangat.
c. Atur juga pola belajarnya………
Ibarat botol yang diisi air sekaligus, maka banyak airnya yang tumpah keluar dibanding dengan yang masuk. Nah begitulah yang akan kamu alami kalau pola belajarmu SKS atau sistem kebut smalam. Selain buat kamu stress dan pusing, juga apa yang dipelajari tidak akan bisa masuk semua ke otakmu. Maka dari itu kamu harus mengatur dan merancang pola belajar yang efektif. Dari jauh-jauh hari sudah start belajar, maka malamnya kamu tinggal fokus mengulang saja.
d. Persiapan teknis jangan dilupakan ya………
Persiapan teknisnya, jangan lupa disiapkan peralatan ujian seperi pensil 2B, penghapus, papan scanner, jangan lupa bawa kartu ujian, jangan terlambat datang, dan jangan lupa sarapan.
Yang terakhir, setelah usaha dilaksanakan, jangan lupa berdo’a dan tawakal kepada Allah swt. Yakinlah bahwa Allah itu mendengar do’a kita, dan juga jangan lupa senantiasa mendekatkan diri kepadaNya, baik itu denagn banyak berdo’a, perbanyak shalat sunnah, yang wajib juga harus dikerjakan ya… b(^.^)d Dan sebelum berangkat jangan lupa minta restu kepada orang tua, kakak, adik, saudara, dan teman-teman semua.
Selamat menempuh UAN, semoga sukses dan mendapatkan hasil yang maksimal…..
Posted by PII-SUMBAR on Jumat, April 15, 2011. - 1 comment
Kegiatan dalam waktu Dekat :
1. Leadership Basic Training PD PII Padang Panjang 16 April 2011. 2. Leadrship Basic Training di Pariaman 16 April 2011 3. Konverensi Wilayah PII Sumatera Barat ke 21. 14 Mei 2011.
Posted by PII-SUMBAR on Minggu, Maret 13, 2011. - No comments
Dunia ibarat sekolah merupakan salah satu sub bagian dari BAB Kematian dan Kehancuran dari buku Murtadha Muthahhari (MM) berjudul Keadilan Ilahi ( Asas Pandangan Dunia Islam), Murtadha Mutahari menulis bagian ini terkait dengan adanya orang-orang yang mencela dunia dan merasa tidak ada manfaat hidup di dunia dan dunia telah menipu manusia, barangkali juga menganggap Allah tidak adil menempatkan manusia di dunia dengan segala konsekuensinya.
Menurut MM, dalam kaitanya dengan akhirat, dunia merupakan tempat untuk mempersiapkan kehidupan akhirat tersebut, dunia merupakan fase persiapan, pelatihan dan penyempurnaan manusia. Dunia ini ibarat tingkat persiapan di sekolah dan perguruan tinggi bagi pelajar dan mahasiswa.
Di kisahkan dalam Nhaj Al Balaghah, bahwa ada seorang lelaki menemui Ali bin Abi Thalib ra*. Lelaki itu mulai mencela dunia karena memperdaya manusia, merusak dan menipu serta dunia berbuat jahat padanya.
Kemudia Ali ra, menjawab “ sesungguhnya engkaulah yang tertipu oleh dunia, bukan dunia yang menipumu. Engkaulah yang menganiaya dunia bukan dunia yang menganiayamu. Dunia akan jujur pada siapa saja yang memperlakukannya dengan jujur ;ia adalah sarana kesembuhan bagi siapa saja yang mengetahui hakikatnya . Dunia adalah tempat ibadah para kekasih Allah SWT.Mushallah para malaikat Allah, tempat turunya Wahyu Allah dan tempat berniaga para wali Allah.”
Selanjutnya MM mengutip firman Allah, “ Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, siapakah diantara kalian yang paling baik amalnya .” QS: Al Mulk [67] :2
Pengujian Allah atas manusia ini bertujuan untuk mengaktualisasikan semua kesiapan dan kapasitas manusia. Dan aktualisasi ini merupakan bagian dari proses pendewasaan dan penyempurnaan manusia. Dengan demikian pengujian Ilahi tersebut dimaksudkan untuk menyingkapkan semua ciri khas manusiawi dari persembunyian potensialitas dan kesiapan ke lapangan aktualitas dan kesempurnaan. Ia merupakan pengujian untuk menambah bobot bukan untuk menakarnya.
Dengan demikian, QS 67;2 telah menjelaskan bahwa pada dasarnya dunia merupakan tempat pendidikan, persiapan, dan pengembangan potensi dan kapasitas manusia.
Posted by PII-SUMBAR on Jumat, Februari 25, 2011. - No comments
Oleh : Riri Hanifah Wildani
PD PII Padang Panjang
Islam semakin tersudut. Islam semakin diserang dalam gerakan-gerakan modernisasi yang mempengaruhi paradigma dan pola pikir umat Islam. Umat Islam seperti berada dalam penjajahan tak terlihat dalam kurungan pikiran-pikiran mereka sendiri.
Umat Islam di bombastis dengan berbagai macam informasi yang salah. Kaum yang benci terhadap Islam menyebarkan berbagai kebohongan tak berdasar, menginformasikan ketidak benaran secara berulang-ulang, menambah-nambah isu, serta mengunci informasi dengan dukungan fakta yang tidak berkaitan.
Maka akibatnya tidak sedikit umat Islam yang percaya terhadap kebohongan orang-orang yang ingin menghancurkan Islam lewat pengaruh-pengaruh terhadap pemikiran yang mereka luncurkan lewat media-media. Ditambah lagi saat ini media-media dikuasai oleh mereka yang memang memiliki misi untuk itu. Ini merupakan kesempatan mereka untuk menyuplai paradigma-paradigma yang salah tentang Islam, menampilkannya secara berulang-ulang sehingga sesuatu yang salah menjadi benar di mata masyarakat luas.
Lalu bagaimana Islam terlepas dari hal ini??
Maka sebenarnya solusi dari masalah ini telah ditulis dan ditetapkan dalam dusturuna Al-Qur’anul Karim. Allah SWT berfirman
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (As-Shaff: 4)
Bersatu! Ya, itulah solusi yang harus ditempuh. Yakni membangun barisan yang berasal dari latar kehidupan yang berbeda, memiliki pandangan yang berbeda, selanjutnya menyatukan fikrah, serta bersatu dalam barisan dakwah dan perjuangan. Sehingga terbentuklah pasukan yang solid lagi memiliki semangat juang yang tinggi.
Banyak orang Islam yang cerdas, tapi kecerdasannya tidak digunakan untuk Islam. Banyak yang berharta, namun hartanya tidak mau disumbangkan untuk perjuangan Islam. Namun coba kita renungkan, jika kita hanya ingin membangun Islam dengan Qurban, zakat, serta sumbangan ala kadar, maka Islam tidak akan maju dan dakwah tidak akan berkembang.
Namun sayangnya, sistem yang telah Allah gambarkan dalam Al-Qur’an belum kita amalkan seutuhnya. Bahkan orang-orang yang memusuhi Islam lebih mantap dalam penerapan prinsip ‘bunyanun marshush’ ini. Kita lihat mereka saling topang menopang melaksanakan misi mereka. Semua berperan. Baik itu dari kalangan bawah, menengah dan atas. Sehingga kita bisa melihat diantara bukti kegigihan dan kemantapan mereka dalam mengorganisir gerakan.
Mari kita perhatikan pernyataan perwakilan musuh Islam sejak berpuluh tahun yang lalu. Hal ini menjadi tanda betapa besarnya kebencian mereka terhadap Islam dan mereka senantiasa merongrong Islam dari luar maupun dalam.
Pemimpin terbesar lembaga-lembaga misionaris Kristen, Samuel Zoemr, dalam muktamar suci yang dilaksanakan pada tahun 1935, menyeru kepada para penginjil yang hadir, “Sesungguhnya target utama yang diharapkan pemerintahan Masehi dalam merongrong Negara-negara Islam bukanlah agar mereka berpindah agama menjadi Kristen yang justru merupakan sebuah bimbingan dan kehormatan bagi mereka! Namun, yang terpenting adalah agar setiap Muslim keluar dari keislamannya sehingga menjadi manusia tidak punya ikatan dengan Allah, dan selanjutnya lunturlah akhlak mulia yg snantiasa mereka pegang dalam kehidupannya!”
Apa pendapat kita dengan pernyataan ini? Kembali saya ingat kepada perkataan salah seorang Ustadz saya di MAN/MAKN Kotobaru, Ustadz Zulhamdi, saat kami menelaah hadist ke 3 hadis Arba’in Nawawi yang telah saya nukil di atas:
“Banyak orang Islam yang cerdas, tapi kecerdasannya tidak digunakan untuk Islam. Banyak yang berharta, namun hartanya tidak mau disumbangkan untuk perjuangan Islam. Namun coba kita renungkan, jika kita hanya ingin membangun Islam dengan Qurban, zakat, serta sumbangan ala kadar, maka Islam tidak akan maju dan dakwah tidak akan berkembang. “
Mungkin diantara kita tidak pernah membayangkan gerakan-gerakan yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam bahkan malah tidak percaya terhadap wacana-wacana yang seperti ini. Namun kenyataan telah membuktikan. Dari kenyataan yang kita hadapi ini, kita dan saya secara pribadi sangat berharap bisa membangun lagi bunyan marshus (bangunan kokoh) itu ,. AMIIN.
Posted by PII-SUMBAR on Jumat, Februari 25, 2011. - 1 comment
Oleh :Dina Maria A.
Korwil PIIWATI Sumatera Barat
“Sesungguhnya hari ini adalah satu hari di antara hari-hari Allah, tidak pantas diisi dengan kebanggan dan keangkuhan. Ikhlaskanlah jihadmu dan tujulah Allah dengan amalmu. Karena hari ini menentukan hari-hari yang akan datang.”
(Khalid bin Walid).
Benarkah kita bertekad untuk terlibat dalam sebuah perniagaan yang dapat menyelamatkan kita dari adzab pedih-NYA? Ya! Tentu selalu kita damba keberuntungan besar itu. Namun, akankah mampu kita bayar pahitnya perjuangan, dengan semanis mahar berupa pengorbanan? Sanggupkah kita menebusnya dengan amal yang tidak seberapa? Dengan kerja-kerja yang masih tak sempurna.
Sejarah kepemimpinan bisa menjadi catatan besar bagi kita untuk berkaca. Sebagai tempat kita belajar. Untuk melangkah menuju masa depan yang lebih baik tentunya..
Peradaban-peradaban yang besar itu selalu diukir oleh orang-orang yng sedikit dari segi kuantitas. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa hari ini Kualitas tidak bisa dicapai tanpa dibarengi dengan kuantitas. Masyarakat secara umum bisa kita kategorikan dalam dua kelas yaitu kelompok pemimpin dan kelompok masyarakat awam. Satu fakta bahwa hadirnya sebuah bangsa atau peradaban besar itu adalah karena faktor kepemimpinan yang paling dominan dalam menentukan kebangkitan sebuah bangsa menuju pada harga diri yang tinggi dimata bangsa-bangsa lainnya. Demikian pula kebutuhan bangsa kita hari ini. Tentu saja kita butuh sosok yang mampu mengantar bangsa ini keluar dari keterpurukan yang telah lama memenjarakannya.
Tidak perlu belajar kepada orang-orang bangsa lain, Rosevelt, Fidel Castro, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi atau siapapun, meskipun tetap harus diakui bahwa mereka telah membuat catatan besar bagi sejarah bangsanya. Bangsa ini hanya perlu melihat lebih jauh kepada sejarahnya sendiri, sebagai muslim dan sebagai sebuah bangsa yang pernah memiliki catatan manis Dalam Pentas Sejarah Peradaban Dunia. Akan tetapi, bukan berarti kita dibuai oleh angin kejayaan sejarah masa lalu.
Sebagai Muslim tentu saja, kita bisa berkaca lebih banyak kepada Rasulullah SAW. Dialah yang hadir dipentas peradaban dunia, yang mampu mengubah harga sebuah bangsa, Bangsa Arab yang sebelum kehadirannya adalah bangsa yang tidak memiliki harga dan nilai apapun di hadapan imperium besar, Romawi dan Persia. Lahir di tengah-tengah kabilah yang senantiasa berperang diantara mereka, jahiliah, terhina, tak memiliki kekuatan. Kemudian para budak-budak itu, kaum kulit hitam di ubahnya menjadi pemimpin-pemimpin besar di pentas peradaban Dunia. Dialah sosok yang padanya akan kita temukan tiga karakter dasar.
Pertama dia seorangVisioner. Dialah yang pernah memecah batu untuk membuat parit dalam perang Ahzab, sambil setiap kali mengayunkan palunya untuk memecah batu ia berkata, “saya melihat pintu gerbang istana Parsi.” Itu visi, dan itu cita-cita yang ditanamkan secara kuat di hati para sahabat, terus menggelora sampai cita-cita itu terwujud.
Kedua,memiliki kepribadian yang utuh. Dia tidak hanya orang yang memiliki kapasitas sebagai seorang manajer dan pemimpin kuat, tetapi ia juga adalah imam shalat setiap waktu shalat. Ini sisi keutuhan pribadinya. Visinya yang besar itu dibingkai oleh satu tujuan yang besar, yaitu kesejahteraan bagi masyarakatnya, untuk bangsanya, bukan untuk kepentingan pribadi, menuju satu cita-cita tertinggi yaitu syurga Allah. Adakah nilai yang lebih tinggi dari itu? Pemimpin ideal Balance antara Intelektual dan Spritualnya.
Ketiga, memiliki kemampuan untuk menjadi perekat semua elemen yang dipimpinnya. Di tengah kemajemukan karakter orang-orang yang dipimpinnya, dengan berbagai macam persoalan yang Muncul Maka Dibutuhkan Sosok Seperti ini. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk memberikan kontribusi terbaik bagi orang-orang Yang dipimpinya,dan demi Cita-cita sebuah perjuangan : tegaknya Izzul Islam wal Muslimin.
Kita membutuhkan pemimpin seperti mereka, yang tegas, berani karena benar. Bukan pameran kelicinan berdebat, tetapi yang diperlukan adalah buah dari keintelektualan yang menunjukkan kualitas Perbuatan nyata.
Tokoh yang mungkin bisa dipercaya ini adalah tokoh yang berkualitas trasendental, tokoh yang kepentingannya tidak-berkepentingan, yang massanya tidak-bermassa, yang suaranya bukan suara sekarang ini. Pemimpin yang diinginkan adalah yang kuat karakternya, yang tidak ragu untuk membenarkan dan menyalahkan. Pemimpin yang tidak melihat batas-batas golongan dan kepentingan. Pemimpin yang tidak ambivalen, yang berbicara melalui kerja. Berkuasa tetapi tidak menguasai. Cerdas tetapi menyembunyikan kecerdasannya. Jujur tetapi rendah hati. Termasyhur Tetapi Berlaku biasa.
Tetapi semua keinginan dan harapan itu juga ditentukan oleh factor lainnya yaitu tabiat masyarakat. Tabiat rakyat menentukan jenis pemimpin mereka karena pemimpin selalu hadir dari rahim sosialnya sendiri. Pemimpin adalah miniatur dari masyarakat yang dipimipinnya. Rakyat yang mencari pemimpin seorang raja akan mendapatkan raja, dan rakyat yang mencari seorang khalifah akan mendapatkan khalifah. Rakyat kerajaan menginginkan seorang bos, seorang penguasa. Rakyat khalifah menginginkan pemimpin yang mampu melayani. Rakyat kerajaan cenderung hedonis, rakyat khalifah berorientasi pada kebijakan sosial.
Pemimpin yang baik akan tampak dari kematangan pribadi, buah karya, serta satunya antara Kata dan Perbuatannya…..
Posted by PII-SUMBAR on Kamis, Februari 10, 2011. - No comments
Sore ini di fb saya bercerita mengenai proses evakuasi WNI yang berada dimesir dengan salah seorang rekan saya Zamzami Shaleh mahasiswa Al-Azhar mesir ketua Umum PWK PII Mesir, beliau adalah Lulusan Pondok Pesantren Canduang ( MTI Canduang ) Kabupaten Agam, yang berasal dari Kab.Pasaman Timur.
Saya dapat informasi yang cukup kontras dari berita-berita yang ada dikoran-koran. Pemerintah mengklaim bahwa evakuasi berjalan normal dan suply logistik untuk WNI disana juga terjamin, Dan mesir sudah aman dan kondusif.
Pertama masalah evakuasi, teman saya mengatakan “ Nah manajemen evakuasi ko buruak bos..saat kami tanyo ka Dubes keceknyo yang bertanggung jawab atas evakuasi adolah satgas, nah satgas dan menlu malah mangecekan "Mesir aman dan Kondusif"” ( menajemen evakuasi nya jelek bos, saat kami tanya ke Dubes beliau bilang, evakuasi merupakan tanggung jawab Satgas, sebaliknya satgas dan menlu malah menagatkan mesir aman dan kondusif)
Pemerintah beralasan evakuasi belum bisa dilakukan dikarenakan data yang tidak lengkap, padahal data-data mereka sudah lengkap semua, hanya sekitar 20% yang datanya belum lengkap dan itu bukan mahasiswa/I tetapi adalah TKI yang ada disana. Artinya dengan menunggu yang 20% maka hampir 80% terbaikan. ( saya katakan hampir karena memang sudah ada yang sampai di INA ). Disamping itu juga terjadi komunikasi yang tidak baik antara KBRI dengan Satgas, antara KBRI dan Satgas malah ada lempar tanggung jawab. Dubes mengatakan bahwa evakuasi merupakan tanggung jawab satgas dan kemenlu.
Kedua, perihal penyataan pemerintah mengenai terjaminnya suply logistik. Para mahasiswa disana sehari-hari hanya di mengkonsumsi mie instan yang diberikan oleh pemerintah ( kecuali yang masih memiliki persediaan ). Padahal untuk situasi yang tidak kondusif seperti itu tentu dibutuhkan asupan makanan yang cukup.
Disamping itu satgas evakuasi dan kemenlu juga mengklaim bahwa mesir sudah aman dan kondusif, akan tetapi tidak begitu yang dirasakan oleh rekan-rekan disana. Salah seorang teman menuliskan “gak cuman ketua PCINU aja kali gung ane ma temen2 juga ( 4 orang ) kmaren tanggal 3 februari hari kamis 2011 sempat ditangkap dan ditahan dilapangan militer lalu di interogasi di daerah Muasasah selama -+ 6 jam dr jam 1.45 siang sampe jam 7 malam.. mana pulang banyak pemeriksaan di jalan hampir setiap 5 meter slalu di periksa.. ckckc.. gak jaminan bakal aman bisa kluar dari jam 8 - jam 2 siang... buat yang lain hati2 aja.. ada isu warga asing yang membiayai sebagian drpd demo2 yang terjadi dan akan terjadi.”
Menurut teman saya ini Sampai tadi ( 08/2) salah seorang mahsiswa juga ditangkap sama mesir.
Sehingga tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan dan dibahas mengenai ini selain MELAKUKAN EVAKUASI WNI SECEPATNYA DAN MENAMBAH FASILITAS EVAKUASI WNI DARI MESIR. SERTA PIHAK PEMERINTAH TIDAK PERLU DAN JANGAN SAMPAI SALING LEMPAR TANGGUNG JAWAB.
Bukankah Hatta Rajasa sudah berjanji "Kewajiban negara manakala warga negaranya terancam di luar negeri untuk membawanya pulang,"
Sedangkan bagi kita masyarakat juga diharapkan tidak melakukan aksi/aktivitas-aktivitas yang dapat membahayakan keselamatan WNI di mesir, misalnya melakukan aksi dukungan terhadap revolusi mesir. Karena tak semua orang mesir mendukung revolusi, ada juga yang pro husni mubarak. Baiknya kita tahan dulu semangat Aksi dan revolusi kita.
Terakhir semoga semua Saudara-saudar WNI disana senantiasa dalam lindungan Tuhan YME!
Komunitas Pembelajar