Oleh Riri Hanifah Wildani
Sekretaris Umum PD PII Padang Panjang
Sekularisasi dan westernisasi tumbuh subur seiring berkembangnya berbagai macam disiplin ilmu dan teknologi. Ilmu berkembang karena majunya teknologi dan pada akhirnya ilmu yang berkembang itu mengembangkan teknologi. Begitulah seterusnya.
Namun kita sebagai umat Islam belum sepenuhnya menyadari bahwa ada pihak-pihak yang mengambil kesempatan dari kemajuan lmu Pengetahuan dan teknologi ini. Sebaliknya kita begitu santai dan tidak melakukan organizer atau filter terhadap perkembangan yang ad. Sementara di seberang sana terdapat sekelompok orang yang sedang gigih-gigih dan giat-giatnya menyusun ribuan strategi yang akan memecah belah umat Islam.
Sehingga secara tidak sadar akidah umat Islam terkikis dan semangat berjihat pun mengendur. Hal ini dikarenakan oleh imperialism yang tampil dengan wajah baru sehingga sulit untuk dideteksi dan diketahui keberadaannya.
Imperialisme yang berarti pendudukan kaum terhadap kaum lain kini tampil dengan penjajahan terhadap pemikiran umat Islam dengan memanfaatkan IPTEK yang ada. Dtambah lagi saat ini mereka memiliki kelebihan berupa penguasaaan terhadap berbagai teknologi modern karena ‘kecerdasan’ nenek moyang mereka dahulu yang memusnahkan manuskrib-manuskrib Arab milik kaum muslimin di Andalusia.
Dan kenyataan yang kita rasakan ini sejalan dengan apa yang digambarkan oleh Sayyid Quthb dalam bukunya jahiliyah Abad Dua Puluh, “Betapapun beratnya tugas penyampaian tuntutan ilahi, namun akhirnya dapat dimenangkan setelah perjuangan gigih. Akhirnya kebenaran menjadi jelas bagi semua orang dan setelah itu mereka tidak akan ragu-ragu dan tidak kembali kepada keadaan semula. Lain halnya dengan kebatilan zaman dewasa ini yaitu kebatilan yang bersandar pada ilmu pengetahuan dan menggunakan ilmu pengetahuan sebagai sarana menyesatkan manusia.”
Imperialism Modern telah menumbuhkan problem baru yaitu kejahilliahan abad modern dimana saat ini kebenaran telah bercampur aduk dengan kebatilan dalam pikiran manusia, sehingga tidak dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil.
Melihat kenyataan ini umat Islam harus menyusun rencana dan strategi yang terorganisir untuk melawan Imperialis yang menggunakan berbagai metode seperti Ghazwul Fikri ataupun psywar (perang psikologi).
H. Endang Saifuddin Anshari menyatakan dalam bukunya Wawasan Islam bahwa strategi pertama yang harus ditempuh adalah menjaga Islam yang kita anut agar tetap terpelihara dari tangan-tangan kotor yang hendak merusak dan mengotorinya.
Dakwah kembali mengambil andil besar dalam hal ini. Dakwah bisa membersihkan pandangan-pandangan yang salah karena terjangan Imperialis yang menyebarkan pengaruh-pengaruhnya. Namun dakwah yang amah (umum) yaitu metode dakwah dengan menyeru objek dakwah (yang didakwahi) secara umum perlu didukung dengan metode dakwah yang fokus dan dapat menunjang dakwah ammah.
Selama ini kegiatan dakwah sering dipahami sebagai kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat, dalam bentuk ceramah, aksi bakti sosial, dan lain-lain. Dan selama ini kita sering mempersepsikannya sebagai kegiatan yang butuh prasarana dan keahlian khusus di bidang pendidikan. Dengan adanya pandangan-pandangan ini, tidak banyak yang mau terlibat dalam kegiatan dakwah karena merasa kekurangan sarana seperti lembaga pendidikan sendiri.
Padahal dakwah pada dasarnya bisa dikerjakan oleh siapa saja tanpa membutuhkan sarana tertentu seperti lembaga pendidikan milik pribadi, pondok pesantren dan sebagainya. Misalnya saja kita bisa menggunakan metode Dakwah fardiyah atau pendekatan personal kepada sasaran dakwah sehingga sasaran dakwah merasa diperhatikan dan membuka diri terhadap da’inya.
Selain itu metoda ini dianggap mampu menunjang dakwah amah dengan adanya kesatuan antara da’I dan sasaran dakwah yang saling mengisi demi Islam dan jayanya Islam. Hal ini karena rasa ukhuwah islamiyah yang membangkitkan semangat jihad dengan dukungan saudara-saudara dan dorongan dari saudara-saudaranya. Saling bersama-sama menuju kemanisan iman.
Maka dakwah bukan hanya kewajiban ustadz atau ustadzah saja. Namun kewajiban kita semua dalam lingkaran Islam ini. Dengan berbagai profesi yang dimiliki dan keahlian yang digenggamnya. Bisa jadi seorang dokter berdakwah dengan pendekatan dan ukhuwah (persaudaraan) terhadap pasiennya, mengenalkan indah dan manisnya ukhuwah dalam dakwahnya. Begitu pula dengan profesi lainnya, seperti murid, mahasiswa, petani, pengusaha, wartawan, ilmuwan, pimpinan, dan lain-lainnya, mereka bisa melakukan pendekatan pribadi atau Dakwah fardiyah di lahan profesi yang mereka garapi.
Islam harus bersatu dalam dakwah ini. TAKBIR CIEK LU….. ALLAHU AKBAR!!!
Wallahu a’lam bis Shawwab..
Allahu Mu’thi wa nahnu muta’allimun
Referensi: Dakwah fardiyah : Sayyid Muhammad Nuh
Jahiliyah Abad 20 : Muhammad Quthb
Wawasan Islam : H. Endang Saifuddin Anshari, MA
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beramal shaleh....