Bismillahirrahmanirrahim
Pada
reportase ta’lim ali kali ini ,kita bukan hendak mencoba berbicara
menyoal konsep struktural seperti apa kebangkitan islam itu nantinya dan
bukan pula membahas kerangka atau pokok-pokok aqidah untuk menyatukan
umat ini pada salah satu main stream agama islam. Namun bagaimana
nantinya ikatan aqidah yang kita coba resapi ini punya implikasi kepada
semangat rasa yang mampu mendobrak benteng yang kokoh, menempuh jarak
yang seluas bumi,menyelami samudera terdalam dan menyibak rimba yang
gelap gulita untuk menyatukan umat ini dimanapun, kapanpun dan dalam
keadaan apapun saja.
Sebagaimana kita ketahui Islam datang
kepada seluruh manusia tanpa melihat status, kedudukan, ras, suku,
etnis begitu juga kepada mereka yang telah beragama yang tetap
merindukan kebenaran. Islam mengajarkan manusia hanya ada
satu jalinan hakiki yang mengikat manusia dengan Tuhannya dan semua
manusia sama dimana Tuhannya. Oleh karena itu tidak ada
yang mampu memberi jarak antara muslim yang satu dengan muslim yang
lainnya, meskipun berada di belahan bumi manapun bahkan planet sekalipun
begitu juga status dan kedudukannya. Semua muslim adalah
sama karena ikatan akidahnya, dan berarti juga bahwa akidahlah yang
menjadi sebab terikatnya persaudaraan antar sesama muslim.
Akibatnya, menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk saling mencintai,
tolong menolong, saling memberi, saling menguatkan, dan
nasehat-menasehati dalam menapaki realita kehidupan di dunia ini agar
menjadi lebih baik dan semakin lebih baik serta bersatu padu menegakkan
risalah yang mulia.
Beginilah seharusnya kita memahami akidah yang
mampu menjadi ruh, motivator dan tiang dalam membangun eksistensi umat
muslim dan umat manusia seluruhnya menuju kehidupan rahmatan lil’alamin.
Tidaklah berarti al-quran yang kita baca, shalat yang kita dirikan,
puasa yang kita tunaikan selama ini hanyalah menjadi aktivitas kosong
yang tidak menyentuh realita, peristiwa dan tidak membangun kehidupan
yang riil untuk lebih baik bagi umat islam itu sendiri, dan umat
manusia sepenuhnya.
Dalam perjalanannya sering kita
menghadapi gejala-gejala penyakit yang semakin
melemahkan kita dan bahkan mempertemukan kita pada penyakit yang
sesungguhnya. Maksudnya, sering kali ikatan-ikatan lain yang sebenarnya
juga dapat memusababkan suatu hubungan antar manusia dengan sesamanya
seperti halnya nasab, suku, status ,kedudukan, etnis, ras, dan lain-lain
sebagaimana yang kita singgung sebelumnya menjadi penyebab
merenggangnya atau mempersempit ruang hidup ikatan yang kita miliki
tersebut yaitu “ikatan akidah” sehingga pada akhirnya juga
akidah itu sendiri menjadi binasa karena tidak pernah dibina. Misalnya
kita hanya peduli dengan saudara sesama muslim kita lantaran dia satu
nasab dengan kita , lantaran memiliki status yang sama, lantaran
memiliki ras yang sama dengan ras kita. Padahal ikatan-ikatan demikian
bukanlah jaminan akan keselamatan seseorang terhadap akidah yang ia
miliki dan terhadap hidup yang akan ia jalani. Sebagai contoh: kita
dapat mentadaburi kisah yang diceritakan Al-quran dalam surah hud ayat
36-47 , dimana di ceritakan kisah nabi Nuh yang di suruh oleh Allah
untuk membuat sebuah BAHTERA untuk menyelamatkan kaumnya dari AIR BAH
yang akan melanda negerinya suatu saat nanti, namun ketika peristiwa itu
terjadi nabi Nuh tidak mampu membuat anaknya sendiri menjadi bagian
dari kaumnya dan pada akhirnya anaknya tersebut tidak selamat dari
bencana tersebut, bahkan Nuh pun meratap kepada Allah untuk tetap
diselamatkan anaknya namun itu sudah ketetapan Allah. Kemudian coba kita
baca Al-quran surrah maryam ayat 41-45, lagi-lagi kita mendapatkan
ibrah yang sama di mana nabi Ibrahim tidak mampu menyelamatkan ayahnya
dari kebodohon dan kecongkakkanya_yang mana dia sendiri membuat
berhala-berhala untuk disembahnya sendiri dan disembah kaumnya. Begitu
juga dengan bagaimana dengan nabi Muhammad sendiri tidak mampu
menyelamatkan sang paman (Abi Thalib) dari kekafirannya. Itu semua
merupakan pelajaran yang mempertegas bahwasanya ikatan nasab bukanlah
jaminan terhadap keselamatan ikatan akidah, begitu juga dengan ikatan
seperti suku, ras, kedudukan dan sebagainya yang juga bukan menjadi
jaminan terhadap ikatan akidah.
Namun tidaklah silap
kita bahwasanya masih ada sebenarnya ikatan-ikatan lain yang juga
merupakan gejala penyakit yang tidak boleh di anggap enteng karena
gejala tersebut dapat dikatakan memiliki tingkatan yang lebih tinggi
dari gejala-gejala penyakit yang kita singgung sebelumnya. Ya.. kita
akan dihadapkan dengan suatu ikatan yang disebut dengan IDEOLOGI.
Berbicara ideology tentu kita akan mendapati beberapa dari
contohnya atau bentuknya seperti Marxisme, Sosialisme, Kapitalisme,
Humanisme, Feminimisme, Nasionalisme dan lain-lain sebagainya. Dan untuk
menguraikan satu-satu persatu dari ideology tersebut tentu tidaklah
cukup untuk tulisan kita yang singkat ini. Tetapi notabenenya
ideology-ideology semacam itu begitu membius bagi umat manusia dan tak
luput umat muslim didalamnya, seolah-olah teory-teory yang mendasarinya
begitu menjanjikan untuk perbaikan di dunia ini dan seolah-olah juga
seperti harga mati untuk tidak disandingkan dengan ikatatan lain,
termasuk juga ikatan akidah yang menjadi buhul bagi umat islam terhadap
tuhannya dan terhadap sesamanya.
Baiklah untuk
menyederhanakan tulisan ini yang perlu kita pertegas adalah ikatan
agama ini (islam) bukan ikatan darah , nasab, tanah air, bangsa, dan
bukan ikatan kaum maupun ikatan ras. Sebagai konsekwensi logis dari
berdirinya sebuah masyarakat atas landasan akidah_dan tidak berdiri ia
di atas unsure-unsur paksaan lainnya_ia mendirikan sebuah komunitas
kemanusiaan yang universal. Komunitas ini tidak boleh di hadang oleh
penghadang apapun, siapapun dan batasan-batasan yang di buat-buat
lainnya. Dan perlu kita yakini sebagaimana Allah mengatakan dalam surrah
Ali Imran : 110.
”Kamu adalah umat terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
dari yang mungkin dan beriman kepada allah..(QS. Ali imran :110).
Catt
: reportase ta’lim ali ini merupakan kajian yang mencoba memahami pesan
di balik tulisan sayyid quthb dalam bukunya ma’alim Fii Thariiq dan
buku Aku Wariskan kepada kalian.
Reportase ta’lim ali ke-5
Ta’lim ali pada hari kamis tertanggal 03 November 2011 di
Markas Dakwah PW PII Sumatera Barat dengan Peserta Ta’lim:
Adel Wahidi
Robby Yunianto U MS
Efri Yunaidi
Hamda Risman
Zulfahmi
Fikry
Ashyary.
Reportase yang ditulis oleh sahabat kita
Robby Tamanuang
"Tulisan yang memiliki semangat API"
editor: Prof
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beramal shaleh....