Komunitas Pembelajar

Pengurus Wilayah

Pelajar Islam Indonesia ( PII )

Sumatera Barat

Gedung Student Centre Jln.Gunung Pangilun Padang ( Depan MTsN Model Padang)

Search

Sabtu, 19 November 2011

MENJAGA SEMANGAT KESATUAN ISLAM DENGAN IKATAN AQIDAH


Bismillahirrahmanirrahim

Pada reportase ta’lim ali kali ini ,kita bukan hendak mencoba berbicara menyoal konsep struktural seperti apa kebangkitan islam itu nantinya dan bukan pula membahas kerangka atau pokok-pokok aqidah untuk menyatukan umat ini pada salah satu main stream agama islam. Namun bagaimana nantinya ikatan aqidah yang kita coba resapi ini punya implikasi kepada semangat rasa yang mampu mendobrak benteng yang kokoh, menempuh jarak yang seluas bumi,menyelami samudera terdalam dan menyibak rimba yang gelap gulita untuk menyatukan umat ini dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan apapun saja. 

Sebagaimana kita ketahui Islam datang kepada seluruh manusia tanpa melihat status, kedudukan, ras, suku, etnis begitu juga kepada mereka yang telah beragama yang tetap merindukan kebenaran. Islam mengajarkan manusia hanya ada satu jalinan hakiki yang mengikat manusia dengan Tuhannya dan semua manusia sama dimana Tuhannya. Oleh karena itu tidak ada yang mampu memberi jarak antara muslim yang satu dengan muslim yang lainnya, meskipun berada di belahan bumi manapun bahkan planet sekalipun begitu juga status dan kedudukannya. Semua muslim adalah sama karena ikatan akidahnya, dan berarti juga bahwa akidahlah yang menjadi sebab terikatnya persaudaraan antar sesama muslim. Akibatnya, menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk saling mencintai, tolong menolong, saling memberi, saling menguatkan, dan nasehat-menasehati dalam menapaki realita kehidupan di dunia ini agar menjadi lebih baik dan semakin lebih baik serta bersatu padu menegakkan risalah yang mulia.

Beginilah seharusnya kita memahami akidah yang mampu menjadi ruh, motivator dan tiang dalam membangun eksistensi umat muslim dan umat manusia seluruhnya menuju kehidupan rahmatan lil’alamin. Tidaklah berarti al-quran yang kita baca, shalat yang kita dirikan, puasa yang kita tunaikan selama ini hanyalah menjadi aktivitas kosong yang tidak menyentuh realita, peristiwa dan tidak membangun kehidupan yang riil untuk lebih baik bagi  umat islam itu sendiri, dan umat manusia sepenuhnya.

Dalam perjalanannya sering kita menghadapi gejala-gejala penyakit yang semakin melemahkan kita dan  bahkan mempertemukan kita pada penyakit yang sesungguhnya. Maksudnya, sering kali ikatan-ikatan lain yang sebenarnya juga dapat memusababkan suatu hubungan antar manusia dengan sesamanya seperti halnya nasab, suku, status ,kedudukan, etnis, ras, dan lain-lain sebagaimana yang kita singgung sebelumnya menjadi penyebab merenggangnya atau mempersempit ruang hidup ikatan yang kita miliki tersebut yaitu “ikatan akidah” sehingga pada akhirnya juga akidah itu sendiri menjadi binasa karena tidak pernah dibina. Misalnya kita hanya peduli dengan saudara sesama muslim kita lantaran dia satu nasab dengan kita , lantaran memiliki status yang sama, lantaran memiliki ras yang sama dengan ras kita. Padahal ikatan-ikatan demikian bukanlah jaminan akan keselamatan seseorang terhadap akidah yang ia miliki dan terhadap hidup yang akan ia jalani. Sebagai contoh:  kita dapat mentadaburi kisah yang diceritakan Al-quran dalam surah hud ayat 36-47 , dimana di ceritakan kisah nabi Nuh yang di suruh oleh Allah untuk membuat sebuah BAHTERA untuk menyelamatkan kaumnya  dari AIR BAH yang akan melanda negerinya suatu saat nanti, namun ketika peristiwa itu terjadi nabi Nuh tidak mampu membuat anaknya sendiri menjadi bagian dari kaumnya dan pada akhirnya anaknya tersebut tidak selamat dari bencana tersebut, bahkan Nuh pun meratap kepada Allah untuk tetap diselamatkan anaknya namun itu sudah ketetapan Allah. Kemudian coba kita baca Al-quran surrah maryam ayat 41-45, lagi-lagi kita mendapatkan ibrah yang sama di mana nabi Ibrahim tidak mampu menyelamatkan ayahnya­ dari kebodohon dan kecongkakkanya_yang mana dia sendiri membuat berhala-berhala untuk disembahnya sendiri dan disembah kaumnya. Begitu juga dengan bagaimana dengan nabi Muhammad sendiri tidak mampu menyelamatkan sang paman (Abi Thalib) dari kekafirannya. Itu semua merupakan pelajaran yang mempertegas bahwasanya ikatan nasab bukanlah jaminan terhadap keselamatan ikatan akidah, begitu juga dengan ikatan seperti suku, ras, kedudukan dan sebagainya yang juga bukan menjadi jaminan terhadap ikatan akidah.

Namun tidaklah silap kita bahwasanya masih ada sebenarnya ikatan-ikatan lain yang juga merupakan gejala penyakit yang tidak boleh di anggap enteng karena gejala tersebut dapat dikatakan memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari gejala-gejala penyakit yang kita singgung sebelumnya. Ya.. kita akan dihadapkan dengan suatu ikatan yang disebut dengan IDEOLOGI.  Berbicara ideology tentu kita akan mendapati beberapa dari contohnya atau bentuknya seperti Marxisme, Sosialisme, Kapitalisme, Humanisme, Feminimisme, Nasionalisme dan lain-lain sebagainya. Dan untuk menguraikan satu-satu persatu dari ideology tersebut tentu tidaklah cukup untuk tulisan kita yang singkat ini. Tetapi notabenenya ideology-ideology semacam itu begitu membius bagi umat manusia dan tak luput umat muslim didalamnya, seolah-olah teory-teory yang mendasarinya begitu menjanjikan untuk perbaikan di dunia ini dan seolah-olah juga seperti harga mati untuk tidak disandingkan dengan ikatatan lain, termasuk juga ikatan akidah yang menjadi buhul bagi umat islam terhadap tuhannya dan terhadap sesamanya.

Baiklah untuk menyederhanakan tulisan ini yang perlu kita  pertegas adalah ikatan agama ini (islam) bukan ikatan darah , nasab, tanah air, bangsa, dan bukan ikatan kaum maupun ikatan ras. Sebagai konsekwensi logis dari berdirinya sebuah masyarakat atas landasan akidah_dan tidak berdiri ia di atas unsure-unsur paksaan lainnya_ia mendirikan sebuah komunitas kemanusiaan yang universal. Komunitas ini tidak boleh di hadang oleh penghadang apapun, siapapun dan batasan-batasan yang di buat-buat lainnya. Dan perlu kita yakini sebagaimana Allah mengatakan dalam surrah Ali Imran : 110.

                ”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkin dan beriman kepada allah..(QS. Ali imran :110).

Catt : reportase ta’lim ali ini merupakan kajian yang mencoba memahami pesan di balik tulisan sayyid quthb dalam bukunya ma’alim Fii Thariiq dan buku Aku Wariskan kepada kalian.

Reportase ta’lim ali ke-5
Ta’lim ali pada hari kamis tertanggal 03 November 2011 di Markas Dakwah PW PII Sumatera Barat dengan Peserta Ta’lim: 
Adel Wahidi
Robby Yunianto U MS
Efri Yunaidi
Hamda Risman
Zulfahmi
Fikry Ashyary.

Reportase yang ditulis oleh sahabat kita
Robby Tamanuang




"Tulisan yang memiliki semangat API"

editor: Prof 

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beramal shaleh....