Komunitas Pembelajar

Pengurus Wilayah

Pelajar Islam Indonesia ( PII )

Sumatera Barat

Gedung Student Centre Jln.Gunung Pangilun Padang ( Depan MTsN Model Padang)

Search

Kamis, 17 November 2011

"Pelajar Mesti Belajar Lebih" (Selamat Hari Pelajar Se Dunia" International Students Day's)..today is Our Day..

“Pelajar yang Mesti lebih Belajar”

Bidang Kemitraan Pelajar & Lembaga

Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Sumatera Barat 2011-2013

Kata-kata Pelajar bukanlah sebuah kata asing bagi kita semua (bahkan masyarakat awam sekalipun). Mulai dari defenisi paling sederhana yang diberikan, bahwa pelajar adalah sekelompok anak-anak yang belajar di sekolah formal mulai dari TK sampai SMA. Pelajar adalah komunitas anak yang identik dengan buku. Atau pelajar adalah sekelompok anak-anak yang masih berseragam warna-warni, dari merah putih, putih dongker hingga putih abu-abu. Namun, sesederhana itukah arti Pelajar? Kita lihat Dalam Falsafah Gerakkan Pelajar Islam Indonesia (PII; organisasi Pelajar Islam tertua di Indonesia) dijelaskan makna strategis pelajar. Petama, pelajar merupakan representasi dari lapisan sosial yang berjumlah massa sangat besar. Oleh karena jumlahnya yang begitu besar, keberadaan pelajar harus menjadi realitas yang diperhitungkan dalam pengambilan kebijakan sosial (public policy making) dibidang-bidang terkait. Kedua, pelajar merupakan gambaran dari generasi pemimpin umat dan bangsa pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, keyakinan terhadap adanya keniscayaan alih generasi pada masa yang akan datang akan selalu melibatkan pelajar sebagai salah satu komponen terpenting di dalamnya.

Maksudnya, esensi pelajar adalah tidak saja bermakna secara sosial, tetapi juga berkonotasi politis. Pelajar adalah komunitas yang eksistensinya terkait dengan proses belajar dan masuk dalam metamorfosa dunia pendidikan. Sedangkan Secara politis, keberadaanya merupakan representasi dari komunitas yang terdidik dan relatif berperadaban. Sehingga, tuntutan peranan untuk melakukan sebuah perubahan kearah yang lebih baik merupakan sebuah keniscayaan bagi komunitas pelajar yang sudah terlanjur mendapat label baik dari lingkungannya., sebagai kaum intelektual, urang cadiak pandai di ranah minang, yang mangarati sopan jo santun, dan sebagainya label yang diberikan untuk pelajar...tapi labeling itu telah berubah...pelajar hari ini lebih dikenal masyarakat sebagai kelompok pembuat onar, tawuran, kerusuhan dan berbagai sikap negatif lainnya, meskipun sejatinya tak semua pelajar menjadi pelakunya...

Kenapa kemudian perubahan label itu terjadi? Satu hal yang mesti diingat oleh pelajar, bahwa Sungguhpun berusia relatif sangat muda, pelajar bukanlah anak-anak; yang dalam bahasa kebanyakan sering dikesankan sebagai komunitas yang belum cukup dewasa. Oleh karena itu, kata-kata “pelajar” dengan “anak-anak” perlu didekonstruksi. Kita tidak ingin, kalau kemudian jebakkan kata anak-anak ternyata membuat pelajar merasa tidak memiliki beban apa-apa terhadap permasalahan yang melanda dunia mereka, dunia pendidikan. Dalam otak mereka sudah terprogram dengan baik bahwa mereka karena masih pelajar artinya masih anak-anak belum memiliki tanggung jawab terhadap lingkungannya. Yang mereka tahu bahwa kitalah (baca; Pelajar ) yang menjadi tanggung jawab mereka. Disamping itu, saya juga sedikit memperluas defenisi pelajar, bahwa pelajar tidak kemudian hanya orang-orang yang duduk di bangku sekolah saja, tapi mahasiswa atau masyarakat lainya yang sedang menempuh pendidikan juga merupakan pelajar. Jadi secara umumnya pelajar itu adalah orang-orang yang masih melakukan aktivitas belajar, menuntut ilmu baik melalui lembaga formal ataupun non formal.

Sebagai seorang intelektual, tugas dan prioritas seorang Pelajar memang untuk belajar dalam lingkup akademik baik di sekolah meraka, di perguruan tinggi atau tempat dimana mereka menuntut ilmu. Namun posisi yang diemban oleh pelajar sebagai seorang intelektual muda tersebut, juga mempunyai tanggung jawab yang tidak dapat diabaikan untuk dapat turut berpartisipasi aktif dalam menggerakkan dan menggagas perubahan dalam dunia sosialnya (Eko Prasetyo, jadilah intelektual progresif. 2007). Pelajar mesti belajar lebih banyak belajar lagi agar bisa memainkan perannya sebagi intelektual muda. Soe Hok Gie mengatakan “ Kaum pembelajar (Pelajar) sebagai intelektual muda harus bisa menciptakan sesuatu yang baru, untuk mengatasi keberlangsungan kehidupan masyarakat, bukan malah sebaliknya menjadi sampah masyarakat…”.

Sebagaimana yang juga disepakati oleh banyak kalangan pembelajar, sebagai seorang intelektual maka sebuah keniscayaan bagi seorang Pelajar untuk bersikap progresif. Progresif merupakan sikap yang tanggap, aktif, dan partisipatif dalam menyikapi setiap realitas disekitarnya (Eko Prasetyo, 2007), bukan malah apatis (tidak mau peduli) karena hal ini akan membawa pelajar menjawab tantangan kedepan menuju cita – cita bangsa.

Namun realitas yang terjadi saat ini, disaat semua fasilitas sudah tersedia, laju informasi yang pesat serta beragam kemudahan teknologi lainnya ternyata justru semakin melemahkan daya kritis dan gerak progresif Pelajar. Pelajar semakin manja dan bersikap apatis terhadap kehidupan sekitarnya. Kemajuan-kemajuan yang ada menanggalkan peran progresif kaum intelektual. Peran yang nyatanya ditelan oleh rendahnya kepedulian dan pengetahuan. Kepedulian tidak tertanam kuat karena watak kelas yang semakin memanjakan. Watak yang tidak tahan derita dan penuh dengan keinginan akan kemapanan. Cerminan tersebut nampak nyata dalam kehidupan para pelajar.

Untuk melihat root of problemnya, sebenarnya sederhana saja, Pelajar hanya tidak Menjalankan tugas utamanya, yang telah penulis sebutkan sebelumnya yaitu belajar yang lebih lagi. Karena realitas yang kita lihat, bukannya pelajar saat ini tidak lagi belajar, tapi belajar dalam ranah yang sangat sempit seperti hanya pada ranah akademis saja, sehingga hal-hal krusial lain dalam kehidupan social dan beragama menjadi sedikit terlupakan. Padahal, nyata dalam Falsafah kehidupan minang kabau, bahwa alam takambang jadi guru. Ini mensinyalir kepada kita semua bahwa kita mesti belajar lebih dari apa yang ada di hadapan kita. Falsafah ini Selayaknya jadi jargon kehidupan kita semua kaum pembelajar. Pelajar yang mesti belajar lebih.

Selamat hari Pelajar se Dunia. International students Day’s, 17 November 2011

1 komentar:

alangkah baiknya tulisan ini dibaca oleh semua pelajar.

Posting Komentar

Silahkan beramal shaleh....