Komunitas Pembelajar

Pengurus Wilayah

Pelajar Islam Indonesia ( PII )

Sumatera Barat

Gedung Student Centre Jln.Gunung Pangilun Padang ( Depan MTsN Model Padang)

Search

Kamis, 15 Januari 2009

Potret Buram Pelajar Indonesia

Tahun 2008, tahun penuh dengan kemurakan bagi pelajar Indonesia, kekerasan dan anakhisme menjadi salah satu topik hangat untuk didiskusikan ketika berbicara tentang pelajar Indonesia hari ini, hampir setiap bulan ada berita tentang tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar, baik dilakukan dengan teman-teman satu sekolah, antara kakak kelas dengan adik kelasnya, atau antar sekolah dengan perkelahian massa (baca : tawuran) yang terjadi hanya dengan alasan sepele yang berakibat jatuhnya korban
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pelajar diakhir tahun ini adalah di SMU 90 Jakarta, yang terekspos oleh media, (mungkin masih banyak tindakan kekerasan yang tidak terekspos). Tradisi tindak kekerasan yang terjadi di SMU 90 yang dilakukan oleh kakak kelas kepada adik kelasnya merupakan tradisi turun temurun, seperti yang ditemukan oleh komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) yang mengunjungin sekolah itu (Koran Tempo, 3 Desember 2008).
Menurut data dari Komnas PA sejak awal tahun 2008, setidaknya terdapat 1.500 kasus kekerasan terhadap, ini dapat yang terlaporkan masih banyak lagi kasus yang tidak terlaporkan, fenomena ini seperti gunung es. Sebagian kecil kasus kekerasan terjadi dilingkungan sekolah, seperti yang tersorot di Aceh, Berau, dan Lubuk Linggau.
Perilaku kekerasan dikalangan pelajar sudah sangat terorganisir dengan baik, organisasi itu berbentuk geng-geng atau kelompok-kelompok pelajar, seperti geng NERO di Jawa Tengah, dan geng sejenis yang ada dibeberapa wilayah. Geng ini dalam tindakannya suka menggunakan kekerasan fisik.
Budaya tindak kekerasan yang terjadi di pelajar bukanlah suatu hal yang datang secara begitu saja, banyak alasan yang dapat dikaitkan dengan tindakan tersebut, salah satunya adalah peran media elektronik melalui film atau sinetron yang menjadi tonton utama pelajar Indonesia hari ini, dimana film dan sinetron banyak yang menayangkan aksi-aksi kekerasan, sehingga menimbulkan sifat agresif pelajar yang sering menonton tayang-tayangan kekerasan itu sehingga mengakibatkan mereka untuk mencontoh atau melakukan apa yang ditayangkan di televisi.
Selain tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar, para pelajar pemakai narkotika pun lumayan banyak, menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) sekitar 1,5 persen dari seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 3,2 juta hingga 3,6 juta adalah pemakai narkoba, dari jumlah tersebut, 1,1 Juta pemakai narkoba adalah pelajar dan mahasiswa. Dari angka tersebut 15 ribu orang harus meregang nyawa setiap tahunnya. Tak kurang dari 78 persen korban yang tewas akibat narkoba merupakan anak muda berusia antara 19 s.d 21 tahun.
Pemakaian narkotika tidak hanya ditemukan di sekolah-sekolah tingkat atas tetapi juga ada kasus pemakaian narkoba dikalangan pelajar sekolah dasar. Awal mula pemakaian narkoba oleh pelajar biasanya dimulai dengan merokok, dimana membeli rokok sama seperti membeli permen bagi anak-anak, yang mana dijual bebas disemua warung tanpa ada larangan, sehingga apabila mereka sudah kecanduan dengan rokok seringkali timbul keinginan untuk mencoba yang lebih, yaitu mengkomsumsi narkotika dan zat aditif lainnya, baik jenis pil ataupun dengan ganja.
Perokok dikalangan pelajar setiap tahunya terus meningkat pesat, hal ini juga dengan gencarnya promosi, iklan dan produksi dari para produsen rokok, baik dalam maupun luar negeri, karena melihat pangsa pasar rokok di Indonesia sangat tinggi. Sehingga perlunya suatu sikap yang tegas oleh pemerintah untuk membatasi iklan dan promosi rokok dan kalau pemerintah serius terhadap nasib generasi muda yaitu dengan memberikan batasan umur bagi para penikmat rokok.
Selain potret diatas, satu lagi potret buram pelajar Indonesia hari ini yaitu perbuatan seks bebas. Seks bebas dikalangan pelajar dapat diketahui dengan banyaknya video porno yang pelakunya adalah para pelajar, video porno ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia hal ini mengindikasikan bahwa perilaku seks bebas di kalangan pelajar sudah menjadi perilaku yang sangat memperihatinkan bagi bangsa ini.
Perilaku seks bebas dikalangan pelajar sangatlah mungkin dipengaruhi oleh tayang-tayangan yang ditampilkan di televisi, atau mereka dipengaruhi dari CD porno yang dapat dengan mudah dibeli dengan harga yang cukup terjangkau oleh kantong pelajar. Semua ini dapat membentuk pemikiran pelajar untuk mencontoh apa yang mereka lihat dan saksikan secara terbuka.
Pelaku seks bebas tidak hanya dilakukan oleh pelajar disekolah tingkat atas akan tetapi juga dilakukan oleh pelajar di sekolah menengah. Apabila perilaku ini tidak segera dihentikan maka nasib bangsa ini akan mengalami keterpurukan yang sangat dalam dan bisa saja bangsa ini akan kembali terjajah secara fisik oleh negara lain, karena generasi mudanya sudah tidak peduli dengan nasib bangsa ini.
Potret buram pelajar Indonesia hari ini, tidak semuanya terjadi pada para pelajar, masih ada pelajar yang memiliki prestasi yang mengharumkan nama bangsa, seperti para pemenangan olimpiade-olimpiade dalam bidang Kimia, Biologi, Fisika dan Matematika atau mereka pelajar yang memiliki prestasi di bidang olahraga, tetapi jumlah mereka sangat sedikit dari jumlah pejalar secara keseluruhan.
Kenapa para pelajar tersebut dapat memperoleh prsetasi yang dapat mengharumkan nama bangsa di dunia internasional? Sudah pasti jawabannya adalah karena mereka memiliki pendidikan yang sangat luar biasa dan memadai untuk menunjang proses belajar, mereka tidak perlu lagi bersusah-susah karena semua buku mudah didapat di perpustakaan sekolah serta ketika mereka ingin mengadakan penelitian, laboratarium sekolah tersedia dengan baik.
Fasilitas-fasilitas tersebut tidak semua dapat dimiliki oleh pelajar Indonesia, masih sangat banyak pelajar harus belajar dialam terbuka karena sekolah mereka ambruk, ruang perpustakaan seperti gudang karena tidak layak untuk dijadikan tempat untuk mencari buku sebagai bahan rujukan dalam belajar, walaupun ada buku-buku itupun sudah ketinggalan zaman
Sekolah =penjara pelajar
Semua potret buram pelajar Indonesia hari ini dimulai dari sekolah, sekolah telah menjadi sebuah penjara besar yang memenjarakan pelajar, mereka tidak dapat berekspresi sesuai dengan apa yang mereka miliki, suatu perbuatan yang mereka lakukan berbeda dengan kebiasaan disekolah maka itu dianggap suatu kesalahan dan harus dihukum. Hukum yang diberikan membuat pelajar semangkin keras untuk melawannya karena memang jiwa pelajar sangat suka tantangan, hukuman dianggap suatu tantangan bukan suatu yang perlu ditakuti.
Sekolah sudah gagal dalam memberikan pendidikan yang memanusiakan seorang pelajar. Tindak kekerasan, pemakaian narkoba dan seks bebas yang dilakukan oleh pelajar merupakan bentuk kegagalan sekolah dalam mentrasfer nilai-nilai kehidupan kepada pelajar.
Kegagalan yang dilakukan sekolah tidak dipersalahkan kepada para pengelolah sekolah dan pejabat-pejabat negara yang membuat kebijakan dalam bidang pendidikan tetapi yang dipersalahkan adalah pelajar itu sendiri, mereka yang layak untuk mendapat hukuman, baik itu hukuman dalam bentuk sanksi disiplin dengan cara di skors sampai dengan dikeluarkan dari sekolah hingga ada pelajar yang dibawa ke muka pengadilan serta dijatuhi hukum pidana seperti seorang kriminal.
Seharusnya sekolah tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual saja tetapi juga membentuk kecerdasan dalam aspek emosional, spiritulitas dan sosial pada diri pelajar sehingga pelajar juga memiliki kemampuan untuk dapat berinteraksi sosial dengan dunia luar dan tidak terpenjara oleh belenggu sekolah.
Penulis adalah Ketua Bidang Pembinaan Masyarakat Pelajar (PMP) Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) Periode 2008- 2010
Artikel ini Pernah Dimuat Di http://www.hupelita .com/baca. php?id=61962

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beramal shaleh....