Komunitas Pembelajar

Pengurus Wilayah

Pelajar Islam Indonesia ( PII )

Sumatera Barat

Gedung Student Centre Jln.Gunung Pangilun Padang ( Depan MTsN Model Padang)

Search

Jumat, 25 Februari 2011

Menakar Kepemimpinan Ideal Dari Perspektif Sejarah

Oleh :Dina Maria A.

Korwil PIIWATI Sumatera Barat


“Sesungguhnya hari ini adalah satu hari di antara hari-hari Allah, tidak pantas diisi dengan kebanggan dan keangkuhan. Ikhlaskanlah jihadmu dan tujulah Allah dengan amalmu. Karena hari ini menentukan hari-hari yang akan datang.”

(Khalid bin Walid).

Benarkah kita bertekad untuk terlibat dalam sebuah perniagaan yang dapat menyelamatkan kita dari adzab pedih-NYA? Ya! Tentu selalu kita damba keberuntungan besar itu. Namun, akankah mampu kita bayar pahitnya perjuangan, dengan semanis mahar berupa pengorbanan? Sanggupkah kita menebusnya dengan amal yang tidak seberapa? Dengan kerja-kerja yang masih tak sempurna.

Sejarah kepemimpinan bisa menjadi catatan besar bagi kita untuk berkaca. Sebagai tempat kita belajar. Untuk melangkah menuju masa depan yang lebih baik tentunya..

Peradaban-peradaban yang besar itu selalu diukir oleh orang-orang yng sedikit dari segi kuantitas. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa hari ini Kualitas tidak bisa dicapai tanpa dibarengi dengan kuantitas. Masyarakat secara umum bisa kita kategorikan dalam dua kelas yaitu kelompok pemimpin dan kelompok masyarakat awam. Satu fakta bahwa hadirnya sebuah bangsa atau peradaban besar itu adalah karena faktor kepemimpinan yang paling dominan dalam menentukan kebangkitan sebuah bangsa menuju pada harga diri yang tinggi dimata bangsa-bangsa lainnya. Demikian pula kebutuhan bangsa kita hari ini. Tentu saja kita butuh sosok yang mampu mengantar bangsa ini keluar dari keterpurukan yang telah lama memenjarakannya.

Tidak perlu belajar kepada orang-orang bangsa lain, Rosevelt, Fidel Castro, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi atau siapapun, meskipun tetap harus diakui bahwa mereka telah membuat catatan besar bagi sejarah bangsanya. Bangsa ini hanya perlu melihat lebih jauh kepada sejarahnya sendiri, sebagai muslim dan sebagai sebuah bangsa yang pernah memiliki catatan manis Dalam Pentas Sejarah Peradaban Dunia. Akan tetapi, bukan berarti kita dibuai oleh angin kejayaan sejarah masa lalu.

Sebagai Muslim tentu saja, kita bisa berkaca lebih banyak kepada Rasulullah SAW. Dialah yang hadir dipentas peradaban dunia, yang mampu mengubah harga sebuah bangsa, Bangsa Arab yang sebelum kehadirannya adalah bangsa yang tidak memiliki harga dan nilai apapun di hadapan imperium besar, Romawi dan Persia. Lahir di tengah-tengah kabilah yang senantiasa berperang diantara mereka, jahiliah, terhina, tak memiliki kekuatan. Kemudian para budak-budak itu, kaum kulit hitam di ubahnya menjadi pemimpin-pemimpin besar di pentas peradaban Dunia. Dialah sosok yang padanya akan kita temukan tiga karakter dasar.

Pertama dia seorang Visioner. Dialah yang pernah memecah batu untuk membuat parit dalam perang Ahzab, sambil setiap kali mengayunkan palunya untuk memecah batu ia berkata, “saya melihat pintu gerbang istana Parsi.” Itu visi, dan itu cita-cita yang ditanamkan secara kuat di hati para sahabat, terus menggelora sampai cita-cita itu terwujud.

Kedua, memiliki kepribadian yang utuh. Dia tidak hanya orang yang memiliki kapasitas sebagai seorang manajer dan pemimpin kuat, tetapi ia juga adalah imam shalat setiap waktu shalat. Ini sisi keutuhan pribadinya. Visinya yang besar itu dibingkai oleh satu tujuan yang besar, yaitu kesejahteraan bagi masyarakatnya, untuk bangsanya, bukan untuk kepentingan pribadi, menuju satu cita-cita tertinggi yaitu syurga Allah. Adakah nilai yang lebih tinggi dari itu? Pemimpin ideal Balance antara Intelektual dan Spritualnya.

Ketiga, memiliki kemampuan untuk menjadi perekat semua elemen yang dipimpinnya. Di tengah kemajemukan karakter orang-orang yang dipimpinnya, dengan berbagai macam persoalan yang Muncul Maka Dibutuhkan Sosok Seperti ini. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk memberikan kontribusi terbaik bagi orang-orang Yang dipimpinya,dan demi Cita-cita sebuah perjuangan : tegaknya Izzul Islam wal Muslimin.

Kita membutuhkan pemimpin seperti mereka, yang tegas, berani karena benar. Bukan pameran kelicinan berdebat, tetapi yang diperlukan adalah buah dari keintelektualan yang menunjukkan kualitas Perbuatan nyata.

Tokoh yang mungkin bisa dipercaya ini adalah tokoh yang berkualitas trasendental, tokoh yang kepentingannya tidak-berkepentingan, yang massanya tidak-bermassa, yang suaranya bukan suara sekarang ini. Pemimpin yang diinginkan adalah yang kuat karakternya, yang tidak ragu untuk membenarkan dan menyalahkan. Pemimpin yang tidak melihat batas-batas golongan dan kepentingan. Pemimpin yang tidak ambivalen, yang berbicara melalui kerja. Berkuasa tetapi tidak menguasai. Cerdas tetapi menyembunyikan kecerdasannya. Jujur tetapi rendah hati. Termasyhur Tetapi Berlaku biasa.

Tetapi semua keinginan dan harapan itu juga ditentukan oleh factor lainnya yaitu tabiat masyarakat. Tabiat rakyat menentukan jenis pemimpin mereka karena pemimpin selalu hadir dari rahim sosialnya sendiri. Pemimpin adalah miniatur dari masyarakat yang dipimipinnya. Rakyat yang mencari pemimpin seorang raja akan mendapatkan raja, dan rakyat yang mencari seorang khalifah akan mendapatkan khalifah. Rakyat kerajaan menginginkan seorang bos, seorang penguasa. Rakyat khalifah menginginkan pemimpin yang mampu melayani. Rakyat kerajaan cenderung hedonis, rakyat khalifah berorientasi pada kebijakan sosial.

Pemimpin yang baik akan tampak dari kematangan pribadi, buah karya, serta satunya antara Kata dan Perbuatannya…..

1 komentar:

[RARE BOOK - ONLY 15 BOOKS]

Judul : Max Havelaar
Penulis : Multatuli (Eduard Douwes Dekker)
Alih Bahasa : Andi Tenri W.
Penerbit : Narasi, 2008
Jlh Hal: 396 halaman.
Harga: Rp 70.000 (nett)

info, ask, order, req:
pm/ inbox FB
0821.3382.2284 (yudi)
0899.4545.573 (Arief)
0852.4074.7117 (Eva)

Max Havelaar adalah sebuah novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1860, yang diakui sebagai karya sastra Belanda yang sangat penting karena memelopori gaya tulisan baru.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di sebuah losmen di Belgia. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.
Daftar isi

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai karena untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar bercerita tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya besar yang diakui sebagai bagian dari karya sastra dunia. Di salah satu bagiannya memuat drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

Hermann Hesse dalam bukunya berjudul: Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.

HB Jassin menerjemahkan Max Havelaar dari bahasa Belanda aslinya ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1972. Tahun 1973 buku tersebut dicetak ulang.

Pada tahun 1973 Jassin mendapat penghargaan dari Yayasan Prins Bernhard. Dia diundang untuk tinggal di Belanda selama satu tahun.

Seandainya ada kelas membaca dalam kurikulum sekolah negeri, maka Max Havelaar harus ada dalam literatur wajib! Multatuli juga mewariskan semangat untuk menulis dengan kata-kata: "Ya, saya ingin dibaca! Ya, saya akan dibaca!"

http://www.facebook.com/deltabuku.tokobukujogjaonline

Posting Komentar

Silahkan beramal shaleh....