Komunitas Pembelajar

Pengurus Wilayah

Pelajar Islam Indonesia ( PII )

Sumatera Barat

Gedung Student Centre Jln.Gunung Pangilun Padang ( Depan MTsN Model Padang)

Search

Minggu, 14 November 2010

Memulai dengan kepemimpinan Berketauladanan dan Mempertahankan Tradisi Membangun Cikal Peradaban


Reportase 1 : Diskusi mingguan ‘Ali.
Jumat/12 November 2010 pukul 16.30 WIB
Sekretariat PW PII Sumatera Barat Gunung Pangilun.
Tema : Memulai dengan kepemimpinan Berketauladanan dan Mempertahankan Tradisi Membangun Cikal Peradaban.
Adel Wahidi,S.E.I
Efri Yunaidi
Robby Yunianto Utama MS

Sejarah mencatat dan tak terbantahkan, bahwa tidak ada suatu “keluarbiasaan” yang ada/berawal dari luar biasa kemudian tumbuh menjadi sangat luar biasa, tidak ada yang sesuatu yang besar berawal besar dan tetap besar. Akan tetapi semuanya berawal dari biasa dan dengan kuantitas yang tidak besar.

Sebuah jamaah yang besar dimulai dari satu/beberapa orang penggerak yang teguh pendirian terhadap gerakannya, dan seiring dengan waktu barulah gerakan tersebut menjadi lebih besar. Islam yang besar di awali dengan seorang Muhammad yang menganjurkan masyarakat pada waktu itu untuk kembali kepada tauhid yang telah lama mereka tinggalkan.
Diskusi ini merupakan diskusi permulaan ( perdana ) yang digagas oleh team ta’lim PW PII Sumatera Barat untuk tetap mempertahankan budaya intelektual dalam memerkasa tamaddun bangsa. Dan hal ini harus dilestarikan.

Adel Wahidi ( Eks.Ketum PW PII 2005-2007) , memulai diskusi ini dengan sebuah statemen akan pentingnya setiap diri memunculkan karya. Bagi Adel, kehidupan yang besar itu adalah yang menghasilkan karya. Apaun bentuknya. Jika sesuatu itu adalah perorangan, karyanya bisa berbentuk pemikiran, sumbangsih ide-ide besar bagi perbaikan masyarakat dll. Jika itu adalah organisasi maka karyanya dapat berupa gerakan yang berdampak luas terhadap kemajuan. Dan semua orang menyadari akan pentingnya hal tersebut.

Hanya saja, menurut Adel rasa akan pentingnya berkarya tersebut tertahan pada tahap kesadaran dan sulit untuk menjadi nyata. Hal ini disebabkan karena dukungan lingkungan yang tidak memadai. Begitu juga dengan PII, ranah karya PII dewasa ini menjadi (terasa) luntur karena lingkungan PII tidak kondusif untuk menghasilkan karya. Tradisi Intelektual PII tidak terlestarikan dan tidak terwariskan kepada generasi baru.
Merujuk kepada falsafah gerakan PII, agar tercapainya Izzul Islam Wal Muslimin maka sektor yang dibenahi adalah sektor pendidikan dan kebudayaan. Tanpa perbaikan di kedua sektor ini, maka cita-cita tersebut hanya akan menjadi mimpi balaka (utopis). Budaya dalam pengertian proses, merupakan suatu proses yang terus-menerus, peran subyek (manusia) sangat signifikan, dan voluntaristik.

Tradisi intelektual ( seperti : baca, tulis, diskusi ) yang terwariskan ( menjadi budaya ) akan membentuk lingkungan kondusif untuk berkarya, sehingga siapa saja yang ingin berkarya patut membudayakan dan membiasakan tradisi intelektual dan keilmuan dalam setiap aktivitasnya.

Selanjutnya adel menjelaskan, pun ketika suatu pembiasaan intelektual dilaksanakan, maka persoalan berikutnya adalah ketidakkonsistenan dalam membiasakan tradisi tersebut. Secara lebih rinci adel menjelaskan hal ini sering disebabkan oleh kekecewaan orang-orang yang terlibat didalamnya terhadap orang yang dianggap bertanggung jawab (pemimpin).

Fathi Yakan, dalam Tasaqut fi dakwah menggambarkan orang-orang yang berguguran di jalan perjuangan Tuhan lantaran kecewa dengan kondisi pemimpin/imam mereka yang tidak dapat memberikan contoh tauladan bagi kemajuan gerakan perjuangan mereka. Sehingga membuat mereka mengudurkan diri ( menghilang) dari komunitas (jamaah) tersebut.

Agar hal tersebut tidak terjadi ( dapat diminimalisir ) maka setiap orang yang ada dalam komunits tersebut harus mencerminkan sifat pemimpin yang berketauladanan. Orang-orang yang sesuai ucapan dengan perbuatannya dan yang dapat dicontoh oleh orang-orang disekelilingnya.

Diskusi berjalan relatif datar karena memang tidak ada benturan ide dan pandangan yang terjadi. Robby selaku fasilitator kegiatan ini menyampaikan, tema diskusi ini perlu dilakukan untuk menyegarkan kembali ingatan kita akan pentingnya melestarikan tradisi intelektual dan mengembangkan kepemimpinan bertauladan dalam mengembangkan karya untuk munculnya peubahan sosial yang lebih humanis.

Kedepan diskusi ini akan dikembangkan mnejadi komunitas kreatif yang akan berdiskusi mengenai tema-tema yang lebih menarik.



0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beramal shaleh....