Komunitas Pembelajar

Pengurus Wilayah

Pelajar Islam Indonesia ( PII )

Sumatera Barat

Gedung Student Centre Jln.Gunung Pangilun Padang ( Depan MTsN Model Padang)

Search

Kamis, 20 Januari 2011

AKU Tercerahkan

Oleh : Fikry Bin Abi Fikry

( Kabid.Kaderisasi PW PII Sumatera Barat 2009-2011)


“ Kita mencela zaman, rupanya yang tercela itu ada pada diri kita sendiri”

Syair Arab. Dilansir dalam buku Faraq Fauda Kebenaran Yang Hilang

Teringat akan bukunya Ali Syari’ati yang berjudul Tugas Cendikiawan Muslim terjemahan Amien Rais. Dalam hal ini manusia dibaginya kedalam 4 kategori, yaitu:

1. Ilmuan (orang yang berilmu)

2. Intelektual Muslim

3. Ideolog

4. Ulama

Namun dalam hal ini, kita tak akan membahas panjang lebar tentang Orang yang berilmu karena kita tahu bahwa orang yang berilmu merupakan orang melakukan kajian keilmuan dan mengembangkan kapasitas serta kapabilitas keilmuannya. Juga tak akan menyinggung panjang lebar cerita hidup seorang Ideolog, karena kita butuh waktu banyak untuk menjelaskan penemuan-penemuan besar yang mereka hasilkan. Dan juga, untuk berbicara soal Ulama sangat disayangkan jika kita nantinya tak berani untuk menyelesaikan pembahasan ini, karena sangat banyak hal yang dapat kita ambil dari sosok seorang ulama dan kefokusan mereka dalam kajian keilmuan yang mereka lakoni.

Namun entah kenapa, tatkala memperbincangkan sosok Intelektual muslim, akan terasa dekat dengan diri kita. Dan semakin diperbincangkan semakin timbul keresahan dalam diri ini. Dan semakin lama, hati ini semakin resah…

Kenapa demikian?

Apa sebenarnya Intektual Muslim itu? Sehingga tatkala membicarakannya malah timbul keresahan dalam diri ini…

Oleh sebab itu alangkah arifnya kita mulai pembahasan ini dengan menyamakan presepsi kita terhadap Intelektual Muslim. Intelektual Muslim adalah orang yang berada disekitar masyarakat dan melakukan perubahan bersama masyarakat. Mereka adalah inisiator yang mengarahkan, mengajak, dan ikut bersama-sama dengan masyarakat melakukan perubahan dalam kehidupan. Mereka adalah orang yang terenyuh hatinya tatkala melihat betapa kritisnya kondisi masyarakat. Juga orang yang memiliki sifat Guriah. Guriah dalam arti orang yang merasa “resah” sehingga keresahan itu melahirkan keinginan untuk membebaskan mereka.

Mereka teringat akan suatu pesan dalam Firman Allah SWT surat Ar-ra’du ayat 11:

Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu berusaha merubah nasibnya sendiri

Hal ini terpatri dalam hati dan jiwa-jiwa mereka. Hati yang resah akan realita kehidupan. Jiwa yang penuh keresahan akan krisisnya kondisi masyarakat. Dengan hadirnya ditengah-tengah masyarakat, bergaul dan hidup bersama masyarakat akan memudahkan mereka memperkecil keresahan itu. Sehingga ini menjadi modal awal mereka untuk masuk memberi warna dalam kehidupan masyarakat.

Intelektual Muslim adalah orang yang memiliki sifat kepedulian terhadap lingkungannya. Andaikan terjadi sekelumit persoalan rumit, maka dia berusaha untuk mengambil peran dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

Dalam beberapa kasus, seorang Intelektual Muslim mesti terlebih dahulu memetakan kondisi masyarakat, terkadang tak semua persoalan itu dipermasalahkan dan tak semua masalah adalah kesalahan yang benar atau benar-benar masalah.

Oleh sebab itu pemetaan yang benar oleh seorang Intelektual Muslim adalah prasyarat penting untuk memanajemen kepedulian terhadap masyarakat. Sebab kepedulian yang membabi buta juga akan menyebabkan kerancuhan dalam bertindak benar.

Teringat akan konsep Pejuang yang disampaikan oleh seorang Penulis Buku Wawasan Islam. Pejuang yang artinya sama dengan Intelektual Muslim seperti yang kita sampaikan sebelumnya. Pejuang yang merupakan orang yang memiliki Tujuan yang jelas, strategi yang rapi, taktik yang jitu, dan juga teknik yang baik. Tujuan Kesempurnaan Islam dan rahmat bagi sekalian alam berlandaskan Qur’an dan Sunah menjadi titik tolak perjuangan. Menentukan strategi, taktik, dan teknik itulah yang mesti dipetakan oleh seorang Intelektual Muslim. Strategi melahirkan taktik, dan taktik merekomendasikan teknik.

Untuk memetakan itu mestilah seorang intelektual muslim memiliki beberapa kecakapan dasar. Seperti yang disampaikan Kurt Singer ada 3 kecakapan dasar untuk bertindak dalam masyarakat:

1. Kecakapan negosiasi

2. Kecakapan mengelola konflik

3. Kecakapan menyantuni pluralism

Setelah pemetaan selesai, Strategi telah lahir, Taktik sudah selesai, tinggal mengimplementasikan Teknik. Untuk mengimplementasikan teknik mestilah seorang Intelektual Muslim memiliki kecerdasan Interrelationship. Dalam hal ini kita fokuskan terhadap Skill interpersonalnya. Ada beberapa skill Interpersonal yang seharusnya ada pada dirinya:

1. Kemampuan, kesanggupan, kepandaian, kemahiran seseorang dalam mengerjakan sesuatu

2. Memiliki konsep diri dan kepribadian yang kuat

3. Meningkatkan potensi diri menjadi pribadi yang mempunyai kompetensi dibidangnya

4. Percaya diri dan mengasah kemampuan berkomunikasi

5. Berpenampilan menarik dan menyenangkan

6. Meningkatkan human relationship dalam kehidupan bermasyarakat dan organisasi

7. Meningkatkan kemampuan menjadi pemimpin dan dapat bekerjasama dalam tim dan siap untuk dipimpin

Inilah beberapa skill yang mesti ada disetiap diri seorang Intelektual Muslim. Ini menjadi skill yang sangat membantu dalam melakukan interaksi dalam sosial masyarakat.

Oleh sebab itu, untuk meminimalisir keresahan demi keresahan itu sudah semestinya kita sebagai Intelektual Muslim bersegera untuk mengambil peran dalam masyarakat, khususnya masarakat sekitar kita. Sebab untuk merubah nasibnya mesti ada usaha yang mereka lakukan seperti yang disampaikan Allah dalam Surat Ar-ra’du ayat 11. Masyarakat sudah mendambakan kebebasan diri yang teraniaya oleh kerusakan moral yang sangat konfrehensif dalam setiap lini kehidupan.

Mumpung waktu masih ada, kesempatan masih terbuka. Mari kita berlompa-lomba untuk memuliakan Islam dengan segera berbuat sebagai seorang Intelektual Muslim.

Seorang Intelektual Muslim tak mesti lahir dari rahim pendidikan agama formal, sebab tak semua yang lahir dari rahim pendidikan agama formal mau menjadi Intelektual Muslim. Karena syarat utama menjadi intelektual Muslim setelah Keteguhan Islamnya dan Kecerdasan Berfikirnya adalah Rasa Guriah nya. Guriah Melihat Kerusakan Moral. Guriah melihat kerancuhan pemahaman agama. Guriah terhadap jauhnya nilai-nilai Islam dalam diri masyarakat.

Tulisan ini saya tutup dengan pesan yang disampaikan oleh Ketua PW PII Sumbar saat melakukan kajian ini di sekretariat Gedung Student Center PII Sumbar di jalan Gunung Pangilun, tepatnya di depan MTsN Model Padang beberapa waktu lalu.

Jadilah Orang yang Tercerahkan…

Tercerahkan adalah Orang yang hadir dalam masyarakat…

Melakukan perubahan besar dalam lingkungan bersama-sama masyarakat.

Reportase Diskusi Ta’lim PW PII Sumbar ke 5

Oleh:

Adel Wahidi

Efri Yunaidi

Rengga Satria

Robby Yunianto Utama MS

Hamda Risman

Fikry bin Abi Fikry

Tulisan Ini diselesaikan di Koto Laweh, X Koto, Tanah Datar

Di bawah rindangnya Pohon Bambu, Dinginnya suhu pagi pegunungan Singgalang,

Dan indahnya sentuhan suasana Tropis

"Prof"

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beramal shaleh....